Tinggal di rumah besar mewah bak istana terkadang membuat Amy lelah. Dia harus berjalan jauh ke mana pun. Istana Jared memiliki lorong panjang, jalan berbelok serta banyaknya pintu menuju ke ruangan yang bisa saja terhubung ke ruang lain. Butuh waktu satu bulan bagi Amy mengingat denah istana Jared.
Kelewat luas, Amy meminta Jared untuk menyediakan minibar di kamar untuk menyimpan camilan dan minuman jika sewaktu-waktu merasa lapar atau haus tanpa harus turun ke dapur.
Di rumah, Amy tidak hanya tinggal berdua dengan Jared. Ada puluhan asisten. Semua asisten akan diawasi oleh kepala asisten utama, Bibi Carol. Dahulu beliau bekerja di rumah Ayah Jared, sebelum akhirnya Jared meminta Bibi Carol untuk ikut ke rumah ini. Tak jarang Amy dan Bibi Carol sering bertukar cerita. Bibi Carol juga sering menemani Amy yang menunggu Jared pulang.
"Nona Amy sebaiknya pergilah tidur. Bukan kah Tuan Jared sudah mengatakan jika dia pulang larut malam," ujar Carol kasihan melihat Amy duduk menahan kantuknya di sofa.
"Ah, aku heran pada diriku, Bi. Kenapa mataku tidak pernah bersahabat jika menunggu Jared hingga pulang larut malam."
"Bukankah itu sesuai perintah tuan Jared."
"Ah, Bibi bener. Baiklah, aku akan pergi tidur. Jika Bibi mengantuk tidurlah, tak usah menunggu Jared. Jangan takut, bibi tidak akan ditegur olehnya."
"Saya sudah terbiasa."
"Ya sudah. Aku ke kamar ya, Bi. Selamat malam," pamit Amy bangkit dari sofa dan perlahan menaiki anak tangga, berlalu meninggalkan Carol.
***
Pukul 01.15 dini hari Jared tiba di rumah masih dengan setelan kantoran saat dia meninggalkan rumah kemarin pagi. Hanya saja jasnya dan dua kancing bagian atas kemeja telah dibuka. Jared yang hendak akan naik ke atas bertemu dengan Carol di ruang tengah.
"Malam Tuan. Apa Tuan ingin saya siapkan makan atau minum teh?" tanya Carol menyambut Jared
"No, thanks Carol. Aku langsung istirahat saja. Kau juga sebaiknya istirahat."
"Baik Tuan."
Jared langsung menaiki anak tangga menuju kamar. Sesampainya di kamar, dia mendapati Amy sudah tertidur pulas. Jared meletakkan tas kerjanya di sofa lalu bergerak mendekat ke arah Amy untuk menyelimuti wanitanya. Lanjut menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
Selesai urusan di kamar mandi Jared bergabung ke atas tempat tidur bersama Amy dan memeluk tubuh mungil wanitanya. Pergerakan Jared membangunkan Amy dari alam bawah sadarnya.
Dengan mata sayup-sayup Amy menatap Jared yang memeluknya.
"Kau baru pulang?"
"Iya," jawab Jared.
"Kau sudah makan?"
"Belum."
Amy langsung mendorong tubuh Jared dan menatapnya tidak suka. Sungguh Amy kesal dengan kebiasaan Jared suka melewatkan waktu makannya.
"Apa? Jangan menatapku seperti itu."
"Apa setiap saat aku harus menelponmu untuk mengingatkanmu makan? atau mungkin lebih baik setiap hari aku mengantarkan makanan langsung ke kantormu?" tanya Amy ketus, malah membuat Jared mendengus sambil tersenyum dan kembali memeluk Amy
"Yang mana pun aku tetap suka selama Amy-ku yang melakukannya."
"Jared aku bicara serius."
"Aku juga serius honey."
Amy kembali mendorong dada Jared. "Ayo, kutemani kau makan."
"Aku lebih tertarik memakanmu sekarang. Bagaimana?" goda Jared dengan menaik turunkan kedua alisnya.
"Tidak mau," bantah Amy cepat
"Ayolah, lagi pula sebentar lagi kita akan menikah. Aku tidak mungkin tidak bertanggung jawab," ujar Jared. Tiga bulan belakangan ini Jared dan Amy memang telah melakukan hubungan seksual. Hanya saja saat bermain Jared selalu memakai pengaman. Sedangkan di awal-awal mereka berpacaran Jared sepakat untuk tidak menyentuh Amy. Jared benar-benar menjaga Amy dengan baik dan tulus.
"Bukan soal itu Jared. Kau seharian bekerja, pulang larut malam, lalu kau juga melewatkan jam makanmu. Apa kau masih punya tenaga?"
Mata Jared seketika terbelalak. "Honey, kau meragukan kekuatanku?" pekik Jared tidak terima merasa harga dirinya dilecehkan. "Ayolah, bahkan jika kita melakukannya sampai pagi nanti aku sungguh sanggup."
"Jangan gila, Jared. Sudah tidurlah. Besok kau harus kembali bekerja." Akhir kalimat Amy mengecup bibir calon suaminya sekilas. Kemudian membenarkan kembali posisi selimutnya.
"Honey, jadi tidur nih? Mainnya gak jadi? Sebentar aja," pinta Jared memelas tanpa dilihat Amy.
"Jared tidur."
"Tapi aku butuh men-charge tenagaku."
"Honey. Honey," panggil Jared berulang, namun tetap diabaikan Amy. Pria dewasa itu berdecak, lalu bergumam, "lihat saja nanti."
***
Amy dibuat heran oleh Jared pagi ini. Pasalnya sudah jam tujuh pagi namun Jared masih santai memakai piyamanya sambil menyesap kopi di depan tv. Tentu membuat Amy tanda tanya. Setau Amy, calon suaminya ini adalah tipe workholic. Bahkan waktu weekend dipakai untuk kerja lembur.
"Kau hari ini ke kantor agak siangan?" tanya Amy
"Tidak," balas Jared.
"Apa kau ada meeting di rumah?"
"Tidak."
Kesal dengan jawaban yang serba tidak dari Jared. Amy pun menghela napasnya kasar. Ingin rasanya dia memukul tubuh keras Jared.
"Lalu? Kenapa kau tidak berangkat Jared?" tanya Amy mulai bernada emosi.
Jared bangkit dari posisi duduknya, lalu pria itu mendekat ke arah Amy. Jared sedikit mencondongkan tubuhnya. Menyisakan jarak beberapa jengkal pria itu berbisik tepat di telinga Amy. "Aku mau menagih tadi malam yang sempat tertunda," bisik Jared disertai seringai
Mendengar kalimat tersebut otomatis membuat mata Amy melotot. "Apa? Kau gi--."
Belum sempat wanita itu menyelesaikan kalimatnya, Jared bergerak lebih cepat mengangkat tubuh kurus Amy. Dia membopong Amy kembali ke kamar.
"Hei, turunkan aku Latrivis! Hei! Jared kau harus bekerja. Shit!" upat Amy kesal sambil memukul punggung keras Jared.
Para asisten rumah yang melihat kejadian tadi hanya tersenyum geli melihat kelakuan dua pasangan itu. Mereka tau calon nyonya muda mereka bukanlah tipe wanita pembangkak dan keras. Amy hanya bersifat keras jika pada kondisi tertentu.
"Carol, jika ada yang datang bilang aku tidak ada. Jangan ganggu aku saat bersenang-senang," teriak Jared masih berjalan menaiki tangga sambil membopong Amy layaknya karung.
"Baik tuan," jawab Carol dari bawah tangga.
Jika sudah begini. Maka tidak ada satu pun asisten diizinkan untuk naik ke lantai dua. Para asisten hanya akan menunggu hingga tuan dan calon nyonya turun.
Sampai di kamar yang luasnya hampir sama dengan ukuran lapangan basket, Jared menjatuhkan tubuh kecil calon istrinya dengan pelan ke atas tempat tidur king size. Bukannya langsung menyingkir dari atas Amy, Jared betah memposisikan tubuhnya berada di atas Amy. Namun tidak menekan tubuh Amy. Kedua tangan Jared dia jadikan sebagai penyangga tubuhnya.
"Jared! Ini tidak lucu."
"Memang tidak lucu. Tapi akan menyenangkan. Karena kita akan bersenang-senang."
"Jared!" pekik Amy cukup kuat.
Jared meletakkan satu jarinya di bibir Amy. "Shhh, tidak baik berteriak seperti itu pada calon suami," goda Jared. Tidak lupa senyum seringai khasnya.
"Ini akibatnya jika kau mengabaikanku."
"Iya iya. Aku minta maaf. Tapi ... bukan kah aku benar? Kau lelah seharian bekerja. Bagai--." Belum sempat menyelesaikan ucapannya. Bibir Jared sudah lebih duluan mengecap bibir manis Amy.
Amy kaget akibat ciuman spontan Jared. Awalnya dia membiarkan kedua matanya terbuka. Menahan dada Jared agar mundur. Namun Jared malah memperdalam ciumannya. Detik demi detik Amy pun membalas pergerakan lumatan lembut Jared. Tidak hanya bibir, permainan tangan Jared yang lihai menemukan titik sensitif selalu ikut serta disetiap inci tubuh Amy. Keduanya mulai terbawa suasana hangat akan dekapan dan manisnya ciuman dua insan manusia yang saling mencinta.
Jika sudah begini jangan harap hanya dua atau tiga jam. Karena Jared adalah seorang pria yang sangat tergila-gila pada tubuh dan ciuman seorang Amy Savares.
Kemampuan dan keahlian Jared saat bercinta tidak perlu diragukan lagi. Dia telah melakukan penelitian dan peraktek langsung di masa lalu dengan banyak wanita di club. Hal tersebut membuatnya menjadi ahli dalam segala hal aktivitas ranjang entah itu ciuman, sentuhan, mencapai kenikmatan dan banyak hal lainnya. Amy mengetahui masa lalu Jared. Namun dia sama sekali tidak keberatan. Dia menerima Jared yang dulu. Menurut Amy, dia dan Jared tidak perlu mengingat masa lalu. Saat ini mereka hanya perlu memikirkan masa depan. Setelah mengakhiri kegiatan ranjang panas. Jared dan Amy masih bersembunyi di balik selimut tebal. Keduanya berpelukan sambil bertukar pandang. Biasanya seusai menuntaskan urusan hasrat mereka sejenak melakukan pillowtalk. "Jared," panggil Amy lembut. "hmm." "Ini pertama kalinya kau melakukannya tanpa pengaman," kata Amy yang sembunyi di bidang dada Jared. Sesungguhnya masih ada sedikit rasa
Amy telah menyiapkan makanan yang dia masak sendiri untuk dibawa ke kantor Jared. Sebelumnya, Amy lebih dulu menghubungi Edwardo, menanyakan jadwal Jared siang ini. Ed bilang, Jared akan selesai meeting tepat jam dua siang. Amy diantar supir pribadi keluarga Latrivis segera menuju kantor. Tidak ingin membuat heboh satu gedung karena kehadiran calon nyonya muda Latrivis di ATT Corp, Amy meminta bantuan Ed untuk membawanya lewat jalur lift eksklusif yang langsung terhubung ke ruang kerja Jared. "Tuan akan selesai sebentar lagi. Apa anda tidak keberatan jika saya tinggal sendiri di sini? atau ingin saya panggilkan seseorang?" tawar Ed "Tidak, tidak usah repot-repot, Ed. Tidak masalah, aku sendiri saja," tolak Amy sembari tersenyum. "Baiklah. Kalau begitu saya permisi." Edwardo sudah menghilang di balik pintu. Amy sendiri diruang kerja menunggu Jared sambil melihat-lihat isi ruang kerja calon suaminya. Di meja kerja Jared terdapat figura po
Amy baru saja keluar dari balik pintu ruang Ibu Kepala Sekolah, Erica, dengan wajah sedikit khawatir. Sebelum kembali ke kelas, Amy duduk sejenak di bangku panjang yang ada di koridor sekolah. Dia mengambil ponselnya dari dalam saku blazer motif floral berwarna terang. Amy menyentuh layar ponselnya yang menunjukkan deretan angka. Amy menekan satu sebagai panggilan cepat pada Jared. Ada nada panggil tanda ponsel Jared aktif. Sebanyak tiga kali dia coba menghubungi Jared namun tidak kunjung dijawab. Amy menghela napasnya. Tanda dia gusar. "Sebaiknya aku ke kantor saja," gumamnya. Bunyi bel pergantian kelas terdengar ke seluruh sudut sekolah. Amy segera beranjak dari tempat duduknya menuju kelas. Beruntung hari ini dia hanya memiliki tiga kelas jadwal mengajar. Maka dia bisa pergi ke kantor Jared lebih cepat. Hampir jam dua belas siang Amy tiba di kantor Jared. Dia datang menggunakan taksi. Selagi di perjalanan Amy telah mengirimkan pesan pada Edwardo, dia berta
Di salah satu bangku kafe perusahaan, Amy ditemani Dylan tampak asik mengobrol sambil menikmati camilan yang dipesan sebelumnya. Amy tidak menyangka Dylan tipe orang lumayan easy going. Padahal selama ini Amy lebih sering melihat sosok Dylan yang pendiam, kalem, tapi sekalinya bicara tajam. Terutama saat bicara dengan Nicholas, raut wajah Dylan seperti ingin membunuh Nicholas. "Aku heran kenapa kau dan Nic sering terlihat tidak akur," tanya Amy penasaran. "Aku tidak begitu suka dengan orang banyak omong kosong seperti Nic. Dia seperti tidak menjaga citranya sebagai salah satu atasan di ATT corp," jelas Dylan, kemudian memasukkan kukis coklat ke dalam mulutnya. "Ya, kau benar," jawab Amy terkekeh pelan. "Jared juga sering bilang begitu. Terkadang Jared jengah melihat tingkah sahabatnya satu itu," lanjutny
Setelah kembali menemui ibu kepala sekolah, Erica, Amy diberikan waktu tiga hari untuk berpikir sekaligus kompromi dengan Jared. Sebenarnya Erica menawarkan diri untuk dia sendiri menghubungi Jared meminta izin. Tapi Amy menolak. Dia lebih ingin mengatakan langsung pada calon suaminya. Namun belum menemukan waktu yang tepat. Entahlah, Amy bingung sendiri. "Apa ini pertanda jika aku harus menolak?" gumam Amy kebingungan sekaligus resah. Amy menghela napas berat. Dia meraih ponsel di saku blazernya, kemudian menekan salah satu nama yang tersimpan di kontak telepon. Tepat nada keempat panggilannya dijawab. "Halo Ken, apa kabarmu?" sapa Amy lebih dulu. ... "Aku baik. Aku ingin bertemu denganmu, apa siang ini kau ada waktu?" tanya Amy pada seseorang diseberang telepon. ... "Ada yang ingin aku bicarakan padamu. Penting." ... "Baiklah. Sampai jumpa nanti." Panggilan selesai. Amy harap siang nanti dia bisa
Sinar matahari telah berganti cahaya bulan. Amy masih setia menunggu Jared sambil menonton film genre drama musikal kesukaannya di atas ranjang empuk yang biasa dia tiduri bersama Jared. Sebenarnya Amy selalu mendambakan pergi ke bioskop menonton film dengan Jared, seperti yang dilakukan pasangan kekasih pada umumnya. Tapi Jared terlalu sibuk. Sedangkan di akhir pekan pria itu lebih senang menghabiskan waktu untuk olahraga dan bermanja-manja dengan sang kekasih. Sebenarnya mereka tidak perlu repot-repot menonton ke bioskop. Rumah Jared yang besarnya bak istana tentu memiliki ruang khusus home theater. Sayangnya, Jared bukan tipe orang penikmati film. Dia tidak akan mengikuti film hingga akhir karena di tengah-tengah berjalannya film Jared selalu tertidur. Hal itu sering membuat Amy kesal. Amy melirik jam beker diatas
Di balik apron merah dan rambut diikat ponytail seorang wanita bersenandung sambil menata meja dengan dua piring berisi menu english breakfast yang mana di sampingnya juga telah tersedia segelas kopi hitam dan secangkir teh. "Perfect." Meski tinggal di rumah mewah dan megah untuk urusan memasak dia selalu melakukannya sendiri tanpa bantuan para asisten. Mengingat memasak adalah kegiatan favoritnya. Selesai memasak biasanya dia mengambil foto menu makanan yang dia masak dan berakhir diunggah ke media sosial. "Sekarang saatnya ambil foto." Segera dia meraih ponsel yang terletak di mini tablebar. Asik sendiri. Tanpa sadar dari arah belakang ada seorang pria berjalan mengendap-ngendap mendekat ke arahnya. Ketika jarak keduanya sudah cukup dekat, lengan kekar pria itu langsung melingkar di pinggang kecil sang wanita membuatnya berjengit. "Kau lebih dulu bersenang-senang dengan makanan itu nyonya Latrivis
Meski hari pernikahan sudah dekat bukan berarti Jared bisa meninggalkan pekerjaan sebagai pemimpin ATT corp. Senin sampai sabtu dari pagi hingga malam Jared lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor. Jared mempunyai peran dan tanggungjawab besar demi kemajuan perusahaan. Kesuksesan ATT corp tidak sepenuhnya dia peroleh sendiri. Tentu berkat bantuan seluruh staff yang bekerja di perusahaan. Edwardo atau biasa disapa Ed adalah tangan kanan sekaligus orang kepercayaan di keluarga Latrivis. Mengingat Ed sudah bekerja di ATT corp sejak ayah Jared memimpin hingga pensiun. Setiap minggu Jared selalu memperoleh informasi-informasi terbaru terkait perkembangan industri teknologi di seluruh dunia dari Ed. Jared seorang pemimpin tegas, disiplin dan teliti. Tidak heran hampir semua staff di perusahaan merasa segan dan takut pada Jared. Kata 'terlambat' sangat anti bagi seluruh staff. Jangan pernah bermain-main dengan Jared karena dia selalu konsisten pada
Sinar matahari telah berganti cahaya bulan. Amy masih setia menunggu Jared sambil menonton film genre drama musikal kesukaannya di atas ranjang empuk yang biasa dia tiduri bersama Jared. Sebenarnya Amy selalu mendambakan pergi ke bioskop menonton film dengan Jared, seperti yang dilakukan pasangan kekasih pada umumnya. Tapi Jared terlalu sibuk. Sedangkan di akhir pekan pria itu lebih senang menghabiskan waktu untuk olahraga dan bermanja-manja dengan sang kekasih. Sebenarnya mereka tidak perlu repot-repot menonton ke bioskop. Rumah Jared yang besarnya bak istana tentu memiliki ruang khusus home theater. Sayangnya, Jared bukan tipe orang penikmati film. Dia tidak akan mengikuti film hingga akhir karena di tengah-tengah berjalannya film Jared selalu tertidur. Hal itu sering membuat Amy kesal. Amy melirik jam beker diatas
Setelah kembali menemui ibu kepala sekolah, Erica, Amy diberikan waktu tiga hari untuk berpikir sekaligus kompromi dengan Jared. Sebenarnya Erica menawarkan diri untuk dia sendiri menghubungi Jared meminta izin. Tapi Amy menolak. Dia lebih ingin mengatakan langsung pada calon suaminya. Namun belum menemukan waktu yang tepat. Entahlah, Amy bingung sendiri. "Apa ini pertanda jika aku harus menolak?" gumam Amy kebingungan sekaligus resah. Amy menghela napas berat. Dia meraih ponsel di saku blazernya, kemudian menekan salah satu nama yang tersimpan di kontak telepon. Tepat nada keempat panggilannya dijawab. "Halo Ken, apa kabarmu?" sapa Amy lebih dulu. ... "Aku baik. Aku ingin bertemu denganmu, apa siang ini kau ada waktu?" tanya Amy pada seseorang diseberang telepon. ... "Ada yang ingin aku bicarakan padamu. Penting." ... "Baiklah. Sampai jumpa nanti." Panggilan selesai. Amy harap siang nanti dia bisa
Di salah satu bangku kafe perusahaan, Amy ditemani Dylan tampak asik mengobrol sambil menikmati camilan yang dipesan sebelumnya. Amy tidak menyangka Dylan tipe orang lumayan easy going. Padahal selama ini Amy lebih sering melihat sosok Dylan yang pendiam, kalem, tapi sekalinya bicara tajam. Terutama saat bicara dengan Nicholas, raut wajah Dylan seperti ingin membunuh Nicholas. "Aku heran kenapa kau dan Nic sering terlihat tidak akur," tanya Amy penasaran. "Aku tidak begitu suka dengan orang banyak omong kosong seperti Nic. Dia seperti tidak menjaga citranya sebagai salah satu atasan di ATT corp," jelas Dylan, kemudian memasukkan kukis coklat ke dalam mulutnya. "Ya, kau benar," jawab Amy terkekeh pelan. "Jared juga sering bilang begitu. Terkadang Jared jengah melihat tingkah sahabatnya satu itu," lanjutny
Amy baru saja keluar dari balik pintu ruang Ibu Kepala Sekolah, Erica, dengan wajah sedikit khawatir. Sebelum kembali ke kelas, Amy duduk sejenak di bangku panjang yang ada di koridor sekolah. Dia mengambil ponselnya dari dalam saku blazer motif floral berwarna terang. Amy menyentuh layar ponselnya yang menunjukkan deretan angka. Amy menekan satu sebagai panggilan cepat pada Jared. Ada nada panggil tanda ponsel Jared aktif. Sebanyak tiga kali dia coba menghubungi Jared namun tidak kunjung dijawab. Amy menghela napasnya. Tanda dia gusar. "Sebaiknya aku ke kantor saja," gumamnya. Bunyi bel pergantian kelas terdengar ke seluruh sudut sekolah. Amy segera beranjak dari tempat duduknya menuju kelas. Beruntung hari ini dia hanya memiliki tiga kelas jadwal mengajar. Maka dia bisa pergi ke kantor Jared lebih cepat. Hampir jam dua belas siang Amy tiba di kantor Jared. Dia datang menggunakan taksi. Selagi di perjalanan Amy telah mengirimkan pesan pada Edwardo, dia berta
Amy telah menyiapkan makanan yang dia masak sendiri untuk dibawa ke kantor Jared. Sebelumnya, Amy lebih dulu menghubungi Edwardo, menanyakan jadwal Jared siang ini. Ed bilang, Jared akan selesai meeting tepat jam dua siang. Amy diantar supir pribadi keluarga Latrivis segera menuju kantor. Tidak ingin membuat heboh satu gedung karena kehadiran calon nyonya muda Latrivis di ATT Corp, Amy meminta bantuan Ed untuk membawanya lewat jalur lift eksklusif yang langsung terhubung ke ruang kerja Jared. "Tuan akan selesai sebentar lagi. Apa anda tidak keberatan jika saya tinggal sendiri di sini? atau ingin saya panggilkan seseorang?" tawar Ed "Tidak, tidak usah repot-repot, Ed. Tidak masalah, aku sendiri saja," tolak Amy sembari tersenyum. "Baiklah. Kalau begitu saya permisi." Edwardo sudah menghilang di balik pintu. Amy sendiri diruang kerja menunggu Jared sambil melihat-lihat isi ruang kerja calon suaminya. Di meja kerja Jared terdapat figura po
Kemampuan dan keahlian Jared saat bercinta tidak perlu diragukan lagi. Dia telah melakukan penelitian dan peraktek langsung di masa lalu dengan banyak wanita di club. Hal tersebut membuatnya menjadi ahli dalam segala hal aktivitas ranjang entah itu ciuman, sentuhan, mencapai kenikmatan dan banyak hal lainnya. Amy mengetahui masa lalu Jared. Namun dia sama sekali tidak keberatan. Dia menerima Jared yang dulu. Menurut Amy, dia dan Jared tidak perlu mengingat masa lalu. Saat ini mereka hanya perlu memikirkan masa depan. Setelah mengakhiri kegiatan ranjang panas. Jared dan Amy masih bersembunyi di balik selimut tebal. Keduanya berpelukan sambil bertukar pandang. Biasanya seusai menuntaskan urusan hasrat mereka sejenak melakukan pillowtalk. "Jared," panggil Amy lembut. "hmm." "Ini pertama kalinya kau melakukannya tanpa pengaman," kata Amy yang sembunyi di bidang dada Jared. Sesungguhnya masih ada sedikit rasa
Tinggal di rumah besar mewah bak istana terkadang membuat Amy lelah. Dia harus berjalan jauh ke mana pun. Istana Jared memiliki lorong panjang, jalan berbelok serta banyaknya pintu menuju ke ruangan yang bisa saja terhubung ke ruang lain. Butuh waktu satu bulan bagi Amy mengingat denah istana Jared. Kelewat luas, Amy meminta Jared untuk menyediakan minibar di kamar untuk menyimpan camilan dan minuman jika sewaktu-waktu merasa lapar atau haus tanpa harus turun ke dapur. Di rumah, Amy tidak hanya tinggal berdua dengan Jared. Ada puluhan asisten. Semua asisten akan diawasi oleh kepala asisten utama, Bibi Carol. Dahulu beliau bekerja di rumah Ayah Jared, sebelum akhirnya Jared meminta Bibi Carol untuk ikut ke rumah ini. Tak jarang Amy dan Bibi Carol sering bertukar cerita. Bibi Carol juga sering menemani Amy yang menunggu Jared pulang. "Nona Amy sebaiknya pergilah tidur. Bukan kah Tuan Jared sudah mengatakan jika dia pulang larut malam," ujar Carol kasihan
Meski hari pernikahan sudah dekat bukan berarti Jared bisa meninggalkan pekerjaan sebagai pemimpin ATT corp. Senin sampai sabtu dari pagi hingga malam Jared lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor. Jared mempunyai peran dan tanggungjawab besar demi kemajuan perusahaan. Kesuksesan ATT corp tidak sepenuhnya dia peroleh sendiri. Tentu berkat bantuan seluruh staff yang bekerja di perusahaan. Edwardo atau biasa disapa Ed adalah tangan kanan sekaligus orang kepercayaan di keluarga Latrivis. Mengingat Ed sudah bekerja di ATT corp sejak ayah Jared memimpin hingga pensiun. Setiap minggu Jared selalu memperoleh informasi-informasi terbaru terkait perkembangan industri teknologi di seluruh dunia dari Ed. Jared seorang pemimpin tegas, disiplin dan teliti. Tidak heran hampir semua staff di perusahaan merasa segan dan takut pada Jared. Kata 'terlambat' sangat anti bagi seluruh staff. Jangan pernah bermain-main dengan Jared karena dia selalu konsisten pada
Di balik apron merah dan rambut diikat ponytail seorang wanita bersenandung sambil menata meja dengan dua piring berisi menu english breakfast yang mana di sampingnya juga telah tersedia segelas kopi hitam dan secangkir teh. "Perfect." Meski tinggal di rumah mewah dan megah untuk urusan memasak dia selalu melakukannya sendiri tanpa bantuan para asisten. Mengingat memasak adalah kegiatan favoritnya. Selesai memasak biasanya dia mengambil foto menu makanan yang dia masak dan berakhir diunggah ke media sosial. "Sekarang saatnya ambil foto." Segera dia meraih ponsel yang terletak di mini tablebar. Asik sendiri. Tanpa sadar dari arah belakang ada seorang pria berjalan mengendap-ngendap mendekat ke arahnya. Ketika jarak keduanya sudah cukup dekat, lengan kekar pria itu langsung melingkar di pinggang kecil sang wanita membuatnya berjengit. "Kau lebih dulu bersenang-senang dengan makanan itu nyonya Latrivis