Amy baru saja keluar dari balik pintu ruang Ibu Kepala Sekolah, Erica, dengan wajah sedikit khawatir. Sebelum kembali ke kelas, Amy duduk sejenak di bangku panjang yang ada di koridor sekolah. Dia mengambil ponselnya dari dalam saku blazer motif floral berwarna terang. Amy menyentuh layar ponselnya yang menunjukkan deretan angka. Amy menekan satu sebagai panggilan cepat pada Jared. Ada nada panggil tanda ponsel Jared aktif. Sebanyak tiga kali dia coba menghubungi Jared namun tidak kunjung dijawab.
Amy menghela napasnya. Tanda dia gusar. "Sebaiknya aku ke kantor saja," gumamnya.
Bunyi bel pergantian kelas terdengar ke seluruh sudut sekolah. Amy segera beranjak dari tempat duduknya menuju kelas. Beruntung hari ini dia hanya memiliki tiga kelas jadwal mengajar. Maka dia bisa pergi ke kantor Jared lebih cepat.
Hampir jam dua belas siang Amy tiba di kantor Jared. Dia datang menggunakan taksi. Selagi di perjalanan Amy telah mengirimkan pesan pada Edwardo, dia bertanya perihal jadwal Jared siang ini. Edwardo membalas pesan Amy dan mengatakan jika Jared sedang melakukan peninjauan ke kantor cabang dan akan kembali jam satu siang jika tidak meleset.
Bagi Amy bukan masalah menunggu Jared selama satu jam. Bahkan pernah di waktu kencan mereka dulu Amy harus menunggu Jared bertemu klien selama lebih dari dua jam. Awalnya Jared kesal karena klien itu sesuka hati merubah jadwal secara tiba-tiba. Namun Amy memberikan pengertian lain pada Jared dan Jared pun menyetujuinya. Amy tidak keberatan jika harus menungggu. Amy paham pekerjaan Jared yang super sibuk. Amy tidak mau menjadi seseorang yang egois. Bisa-bisa karena hal sepele reputasi perusahaan milik keluarga Latrivis yang selama ini mulus tanpa setitik noda malah ternodai. Inilah salah satu resiko memiliki kekasih yang sebentar lagi menjadi suami seorang pengusaha terkenal. Siap tidak siap, suka tidak suka, harus bisa menerima.
Daripada harus menunggu Jared hingga tengah malam. Sedangkan Erica membutuhkan jawaban Amy segera. Maka tidak ada salahnya jika dia datang ke kantor. Untungnya ruang kerja luas bernuansa minimalis namun tetap memberikan kesan mewah disetiap perabotan dengan jendela full kaca di belakang meja kerja Jared menyuguhkan pemandangan indah dari ketinggi puluhan meter. Bahkan ruang kerja Jared telah didesain memiliki mini pantry untuk menyimpan berbagi jenis minuman dan makanan.
Amy asik melihat pemandangan kota sambil duduk di atas kursi putar kebesaran tunangannya tiba-tiba dikejutkan dengan suara decitan pintu tanpa ada ketukan.
"Jared, aku dat-," ucapnya tersendat begitu mengangkat pandangannya dari berkas yang dia bawa. "Oh, Amy," lanjut Dylan terheran melihat kehadiran Amy.
"Maaf, aku ke sini mencari Jared. Di mana dia?" tanya Dylan, mencari ke seleruh sudut ruangan.
"Edwardo bilang mereka ke kantor cabang sedang melakukan peninjauan," jawab Amy. Dia bangkit dari posisi duduknya, lalu berjalan mendekat ke arah Dylan.
"Kalau begitu aku akan kembali nanti."
"Kau sedang sibuk, ya?" tanya Amy cepat
Dylan menggeleng pelan, "tidak juga. Kenapa?"
"Apa kau bisa menemaniku hingga Jared tiba?" tanya Amy ragu-ragu. Pasalnya hampir selururh karyawan di ATT corp gila kerja dan sangat sibuk. Jadi lebih baik jika dia memastikan pekerjaan Dylan dulu sebelum minta menemaninya.
Dylan menampilkan senyum tipisnya. "Bukan masalah."
Mendengar jawaban Dylan seketika Amy tersenyum gembira, "duduklah, akan kuambilkan kau minum. Kau ingin apa?" tanya Amy bersemangat menuju mini pantry.
"Terserahmu saja."
Tanpa menunggu lama Amy mengambil dua kaleng minuman dari kulkas. Lalu menyuguhkan pada Dylan.
"Root beer?" tanya Dylan dengan sebelah alis yang terangkat.
"Kupikir kau perlu menyegarkan pikiranmu setelah bekerja," jelas Amy mengundang gelak tawa keduanya.
Root beer untuk Dylan dan soda untuk Amy. Sensasi asam yang terkandung dalam minuman karbonasi langsung merangsang reseptor saraf di mulut.
"Ah, segarnya," desah Amy selesai menyesap minuman bersoda miliknya. Dylan yang melihat tingkah Amy dibuat tersenyum.
"Jadi kau ke sini untuk apa? Mau mengantarkan makan siang untuk Jared?" tebak Dylan
"Kau salah. Aku dari sekolah. Ada hal mendesak. Aku harus segera bicara," ucap Amy.
"Tentang pengunduran dirimu dari sekolah?" Lagi-lagi Dylan menebak.
"Ya. Itu salah satunya. Aku dan Jared sudah sepakat jika aku mengundurkan diri."
"Lalu? Apalagi?" tanya Dylan makin penasaran sembari menatap fokus pada Amy.
Sebelum menjawab, Amy menghembuskan napasnya kasar. Seolah berat untuk memberitahu pada Dylan.
"Hei, jika kau keberatan mengatakannya tidak usah katakan. Tidak masalah," kata Dylan santai
"Tidak tidak. Bukan begitu Dylan. Jadi tadi Ibu Kepala Sekolah memintaku untuk menemani kegiatan wisata para murid selama tiga hari ke daerah pegunungan. Beliau bilang itu adalah permintaan terakhirnya. Hitung-hitung sebagai acara perpisahanku dengan para murid. Tapi acaranya diadakan dua minggu sebelum acara pernikahan kami. Aku ragu Jared mengizinkanku," ungkap Amy sedikit lemah di akhir kalimat dengan wajah tertunduk.
Dylan yang bersandar pada sofa empuk sambil meletakkan dua tangannya di belakang leher menganggukkan kepanya mendengar penjelasan Amy. Beberapa detik kemudian dia merubah posisi badannya condong ke arah Amy.
"Aku tahu bagaimana Jared. Kami berteman cukup lama, My. Dia begitu mencintaimu. Dia selalu melakukan apapun dan memberikan segalanya yang dia punya untukmu. Tapi ...jika aku berada di posisi Jared. Aku tentu tidak mengizinkanmu pergi. Aku tidak mau momen bahagia yang telah di nantikan harus terundur akibat suatu hal. Misalnya saja, sakit."
Ya, Amy tau kalau Jared cukup posesif padanya menjelang hari pernikahan mereka. Tapi dia merasa tidak enak jika harus menolak permintaan terakhir Erica. Jika begini Amy berada dalam posisi sulit.
"Jangan terlalu dipikirkan. Kau hanya butuh menjelaskannya pada Jared pelan-pelan,"pesan Dylan.
"Kupikir juga begitu," ujarnya, lalu menghela napas kasar. "Hei, bagaimana kalau kita ke kafe selagi menunggu Jared. Mumpung ada kau yang bisa menemaniku," lanjut Amy, spontan suasana hatinya telah berubah.
"Itu ide bagus. Kalau begitu ayo." Dylan langsung berdiri dan merapikan setelan jasnya.
Tentu Amy menyambut antusias dengan wajah berseri. Keduanya keluar dari ruang kerja Jared, lalu menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai satu tempat kafe perusahaan berada.
***
Di tempat lain, Jared baru saja tiba di parkiran gedung pusat ATT corp. Wajahnya siang itu sedikit berbeda, rahang tegas, tatapan tajam, ditambah penampilannya saat itu sedikit acak. Dua kancing kemeja bagian atas telah dibuka dengan lengan kemeja yang tergulung dan Jared tidak lagi memakai jas hitamnya. Jared berjalan cepat, di belakangnya ada Edwardo setia mengikuti Jared ke mana pun sambil membawakan jas dan tas kerja milik bosnya. Edwardo paham jika Jared masih terbawa emosi saat di kantor cabang ATT corp. Pemicu emosi Jared tentunya akibat para staff divisi produksi yang tidak becus. Semua rencana awal malah meleset jauh dari bayangan Jared.
Edwardo menyadari bahwa sejak Jared bersama Amy, perlahan bosnya itu mulai bisa menstabilkan emosi. Tapi jika masalahnya sudah fatal dan hampir mendekati fatal Jared tidak akan segan-segan membalikkan meja dan memaki orang-orang tersebut.
"Ed, tolong jadwalku hari ini mulai siang sampai malam undur semua. Aku butuh menenangkan pikiran setelah masalah tadi," ucap Jared masih berdiri di depan pintu masuk ruang kerjanya.
"Baik tuan."
Jared mengambil jas dan tasnya dari tangan Edwardo, lalu menyuruh pria berusia lima puluh tahun itu untuk pergi.
Jared masuk, lalu membanting pintu ruangannya yang terbuat dari batang pohon eboni. Berniat menenangkan pikiran, baru tiga langkah hendak menuju meja kerja, emosinya kembali. Dia membuang asal jas dan tasnya di lantai. Kemudian mendekat ke arah meja di mana biasa dia menyambut tamu. Betapa kagetnya Jared mendapati satu kaleng minuman root beer yang sudah habis dan satu botol minuman soda masih tersisa setengah.
Jared kembali menuju pintu ruangannya, lalu berteriak, "EDWARD!" teriak Jared dengan suara lantang membuat karyawan yang masih sembunyi di balik kubikel tersentak kaget. Beruntung Edwardo masih di sekitar ruang Jared jadi dia masih mendengar jelas suara teriakan atasannya. Beruntung juga, Edwardo tidak punya riwayat sakit jantung, jika iya sudah dipastikan saat ini Edwardo berada di rumah sakit.
"SHIT! Siapa yang berani masuk ke ruanganku dan membuat kotor!" pekik Jared kesal dari luar ruang kerjanya.
Edwardo muncul di hadapan Jared, "Ya, Tuan."
"Cek cctv siapa yang berani masuk ke ruanganku. Berani sekali membuat meninggalkan sampah di atas meja," kata Jared sambil menunjuk dua botol minuman kemasan.
Pandangan Edwardo mengikuti arah yang ditunjuk Jared. Sontak teringat jika dia belum memberitahu pada Jared perihal Amy yang menunggu. Bisa jadi itu minuman milik Amy. Pikir Edwardo sendiri.
"Maaf Tuan, sepertinya itu milik Nona Amy. Tadi Nona mengirimkan pesan pada saya akan menunggu Tuan," jelas Edwardo tertunduk menyadari kesalahannya.
"Amy ke sini? Kenapa tidak segera kau beritau aku?" decak Jared kesal pada Edwardo.
"Saya minta maaf Tuan." Edwardo menyadari kesalahannya. Sebenarnya dia ingin memberitahu Jared sejak di kantor cabang tadi. Tapi niatnya itu diurungkan melihat kondisi Jared stres dengan masalah perusahaan.
Jared mengehela napasnya kasar. "Pasti dia menungguku bersama orang lain di sini. Amy tidak suka beer. Segera hubungi Amy, katakan aku sudah di sini," perintah Jared.
"Baik Tuan. Sekali lagi saya minta maaf Tuan."
Jared tidak menjawab sepatah kata pun atau sekedar berdeham. Dia berlalu begitu saja masuk ke ruang kerjanya, lalu kembali membanting pintu.
Di salah satu bangku kafe perusahaan, Amy ditemani Dylan tampak asik mengobrol sambil menikmati camilan yang dipesan sebelumnya. Amy tidak menyangka Dylan tipe orang lumayan easy going. Padahal selama ini Amy lebih sering melihat sosok Dylan yang pendiam, kalem, tapi sekalinya bicara tajam. Terutama saat bicara dengan Nicholas, raut wajah Dylan seperti ingin membunuh Nicholas. "Aku heran kenapa kau dan Nic sering terlihat tidak akur," tanya Amy penasaran. "Aku tidak begitu suka dengan orang banyak omong kosong seperti Nic. Dia seperti tidak menjaga citranya sebagai salah satu atasan di ATT corp," jelas Dylan, kemudian memasukkan kukis coklat ke dalam mulutnya. "Ya, kau benar," jawab Amy terkekeh pelan. "Jared juga sering bilang begitu. Terkadang Jared jengah melihat tingkah sahabatnya satu itu," lanjutny
Setelah kembali menemui ibu kepala sekolah, Erica, Amy diberikan waktu tiga hari untuk berpikir sekaligus kompromi dengan Jared. Sebenarnya Erica menawarkan diri untuk dia sendiri menghubungi Jared meminta izin. Tapi Amy menolak. Dia lebih ingin mengatakan langsung pada calon suaminya. Namun belum menemukan waktu yang tepat. Entahlah, Amy bingung sendiri. "Apa ini pertanda jika aku harus menolak?" gumam Amy kebingungan sekaligus resah. Amy menghela napas berat. Dia meraih ponsel di saku blazernya, kemudian menekan salah satu nama yang tersimpan di kontak telepon. Tepat nada keempat panggilannya dijawab. "Halo Ken, apa kabarmu?" sapa Amy lebih dulu. ... "Aku baik. Aku ingin bertemu denganmu, apa siang ini kau ada waktu?" tanya Amy pada seseorang diseberang telepon. ... "Ada yang ingin aku bicarakan padamu. Penting." ... "Baiklah. Sampai jumpa nanti." Panggilan selesai. Amy harap siang nanti dia bisa
Sinar matahari telah berganti cahaya bulan. Amy masih setia menunggu Jared sambil menonton film genre drama musikal kesukaannya di atas ranjang empuk yang biasa dia tiduri bersama Jared. Sebenarnya Amy selalu mendambakan pergi ke bioskop menonton film dengan Jared, seperti yang dilakukan pasangan kekasih pada umumnya. Tapi Jared terlalu sibuk. Sedangkan di akhir pekan pria itu lebih senang menghabiskan waktu untuk olahraga dan bermanja-manja dengan sang kekasih. Sebenarnya mereka tidak perlu repot-repot menonton ke bioskop. Rumah Jared yang besarnya bak istana tentu memiliki ruang khusus home theater. Sayangnya, Jared bukan tipe orang penikmati film. Dia tidak akan mengikuti film hingga akhir karena di tengah-tengah berjalannya film Jared selalu tertidur. Hal itu sering membuat Amy kesal. Amy melirik jam beker diatas
Di balik apron merah dan rambut diikat ponytail seorang wanita bersenandung sambil menata meja dengan dua piring berisi menu english breakfast yang mana di sampingnya juga telah tersedia segelas kopi hitam dan secangkir teh. "Perfect." Meski tinggal di rumah mewah dan megah untuk urusan memasak dia selalu melakukannya sendiri tanpa bantuan para asisten. Mengingat memasak adalah kegiatan favoritnya. Selesai memasak biasanya dia mengambil foto menu makanan yang dia masak dan berakhir diunggah ke media sosial. "Sekarang saatnya ambil foto." Segera dia meraih ponsel yang terletak di mini tablebar. Asik sendiri. Tanpa sadar dari arah belakang ada seorang pria berjalan mengendap-ngendap mendekat ke arahnya. Ketika jarak keduanya sudah cukup dekat, lengan kekar pria itu langsung melingkar di pinggang kecil sang wanita membuatnya berjengit. "Kau lebih dulu bersenang-senang dengan makanan itu nyonya Latrivis
Meski hari pernikahan sudah dekat bukan berarti Jared bisa meninggalkan pekerjaan sebagai pemimpin ATT corp. Senin sampai sabtu dari pagi hingga malam Jared lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor. Jared mempunyai peran dan tanggungjawab besar demi kemajuan perusahaan. Kesuksesan ATT corp tidak sepenuhnya dia peroleh sendiri. Tentu berkat bantuan seluruh staff yang bekerja di perusahaan. Edwardo atau biasa disapa Ed adalah tangan kanan sekaligus orang kepercayaan di keluarga Latrivis. Mengingat Ed sudah bekerja di ATT corp sejak ayah Jared memimpin hingga pensiun. Setiap minggu Jared selalu memperoleh informasi-informasi terbaru terkait perkembangan industri teknologi di seluruh dunia dari Ed. Jared seorang pemimpin tegas, disiplin dan teliti. Tidak heran hampir semua staff di perusahaan merasa segan dan takut pada Jared. Kata 'terlambat' sangat anti bagi seluruh staff. Jangan pernah bermain-main dengan Jared karena dia selalu konsisten pada
Tinggal di rumah besar mewah bak istana terkadang membuat Amy lelah. Dia harus berjalan jauh ke mana pun. Istana Jared memiliki lorong panjang, jalan berbelok serta banyaknya pintu menuju ke ruangan yang bisa saja terhubung ke ruang lain. Butuh waktu satu bulan bagi Amy mengingat denah istana Jared. Kelewat luas, Amy meminta Jared untuk menyediakan minibar di kamar untuk menyimpan camilan dan minuman jika sewaktu-waktu merasa lapar atau haus tanpa harus turun ke dapur. Di rumah, Amy tidak hanya tinggal berdua dengan Jared. Ada puluhan asisten. Semua asisten akan diawasi oleh kepala asisten utama, Bibi Carol. Dahulu beliau bekerja di rumah Ayah Jared, sebelum akhirnya Jared meminta Bibi Carol untuk ikut ke rumah ini. Tak jarang Amy dan Bibi Carol sering bertukar cerita. Bibi Carol juga sering menemani Amy yang menunggu Jared pulang. "Nona Amy sebaiknya pergilah tidur. Bukan kah Tuan Jared sudah mengatakan jika dia pulang larut malam," ujar Carol kasihan
Kemampuan dan keahlian Jared saat bercinta tidak perlu diragukan lagi. Dia telah melakukan penelitian dan peraktek langsung di masa lalu dengan banyak wanita di club. Hal tersebut membuatnya menjadi ahli dalam segala hal aktivitas ranjang entah itu ciuman, sentuhan, mencapai kenikmatan dan banyak hal lainnya. Amy mengetahui masa lalu Jared. Namun dia sama sekali tidak keberatan. Dia menerima Jared yang dulu. Menurut Amy, dia dan Jared tidak perlu mengingat masa lalu. Saat ini mereka hanya perlu memikirkan masa depan. Setelah mengakhiri kegiatan ranjang panas. Jared dan Amy masih bersembunyi di balik selimut tebal. Keduanya berpelukan sambil bertukar pandang. Biasanya seusai menuntaskan urusan hasrat mereka sejenak melakukan pillowtalk. "Jared," panggil Amy lembut. "hmm." "Ini pertama kalinya kau melakukannya tanpa pengaman," kata Amy yang sembunyi di bidang dada Jared. Sesungguhnya masih ada sedikit rasa
Amy telah menyiapkan makanan yang dia masak sendiri untuk dibawa ke kantor Jared. Sebelumnya, Amy lebih dulu menghubungi Edwardo, menanyakan jadwal Jared siang ini. Ed bilang, Jared akan selesai meeting tepat jam dua siang. Amy diantar supir pribadi keluarga Latrivis segera menuju kantor. Tidak ingin membuat heboh satu gedung karena kehadiran calon nyonya muda Latrivis di ATT Corp, Amy meminta bantuan Ed untuk membawanya lewat jalur lift eksklusif yang langsung terhubung ke ruang kerja Jared. "Tuan akan selesai sebentar lagi. Apa anda tidak keberatan jika saya tinggal sendiri di sini? atau ingin saya panggilkan seseorang?" tawar Ed "Tidak, tidak usah repot-repot, Ed. Tidak masalah, aku sendiri saja," tolak Amy sembari tersenyum. "Baiklah. Kalau begitu saya permisi." Edwardo sudah menghilang di balik pintu. Amy sendiri diruang kerja menunggu Jared sambil melihat-lihat isi ruang kerja calon suaminya. Di meja kerja Jared terdapat figura po
Sinar matahari telah berganti cahaya bulan. Amy masih setia menunggu Jared sambil menonton film genre drama musikal kesukaannya di atas ranjang empuk yang biasa dia tiduri bersama Jared. Sebenarnya Amy selalu mendambakan pergi ke bioskop menonton film dengan Jared, seperti yang dilakukan pasangan kekasih pada umumnya. Tapi Jared terlalu sibuk. Sedangkan di akhir pekan pria itu lebih senang menghabiskan waktu untuk olahraga dan bermanja-manja dengan sang kekasih. Sebenarnya mereka tidak perlu repot-repot menonton ke bioskop. Rumah Jared yang besarnya bak istana tentu memiliki ruang khusus home theater. Sayangnya, Jared bukan tipe orang penikmati film. Dia tidak akan mengikuti film hingga akhir karena di tengah-tengah berjalannya film Jared selalu tertidur. Hal itu sering membuat Amy kesal. Amy melirik jam beker diatas
Setelah kembali menemui ibu kepala sekolah, Erica, Amy diberikan waktu tiga hari untuk berpikir sekaligus kompromi dengan Jared. Sebenarnya Erica menawarkan diri untuk dia sendiri menghubungi Jared meminta izin. Tapi Amy menolak. Dia lebih ingin mengatakan langsung pada calon suaminya. Namun belum menemukan waktu yang tepat. Entahlah, Amy bingung sendiri. "Apa ini pertanda jika aku harus menolak?" gumam Amy kebingungan sekaligus resah. Amy menghela napas berat. Dia meraih ponsel di saku blazernya, kemudian menekan salah satu nama yang tersimpan di kontak telepon. Tepat nada keempat panggilannya dijawab. "Halo Ken, apa kabarmu?" sapa Amy lebih dulu. ... "Aku baik. Aku ingin bertemu denganmu, apa siang ini kau ada waktu?" tanya Amy pada seseorang diseberang telepon. ... "Ada yang ingin aku bicarakan padamu. Penting." ... "Baiklah. Sampai jumpa nanti." Panggilan selesai. Amy harap siang nanti dia bisa
Di salah satu bangku kafe perusahaan, Amy ditemani Dylan tampak asik mengobrol sambil menikmati camilan yang dipesan sebelumnya. Amy tidak menyangka Dylan tipe orang lumayan easy going. Padahal selama ini Amy lebih sering melihat sosok Dylan yang pendiam, kalem, tapi sekalinya bicara tajam. Terutama saat bicara dengan Nicholas, raut wajah Dylan seperti ingin membunuh Nicholas. "Aku heran kenapa kau dan Nic sering terlihat tidak akur," tanya Amy penasaran. "Aku tidak begitu suka dengan orang banyak omong kosong seperti Nic. Dia seperti tidak menjaga citranya sebagai salah satu atasan di ATT corp," jelas Dylan, kemudian memasukkan kukis coklat ke dalam mulutnya. "Ya, kau benar," jawab Amy terkekeh pelan. "Jared juga sering bilang begitu. Terkadang Jared jengah melihat tingkah sahabatnya satu itu," lanjutny
Amy baru saja keluar dari balik pintu ruang Ibu Kepala Sekolah, Erica, dengan wajah sedikit khawatir. Sebelum kembali ke kelas, Amy duduk sejenak di bangku panjang yang ada di koridor sekolah. Dia mengambil ponselnya dari dalam saku blazer motif floral berwarna terang. Amy menyentuh layar ponselnya yang menunjukkan deretan angka. Amy menekan satu sebagai panggilan cepat pada Jared. Ada nada panggil tanda ponsel Jared aktif. Sebanyak tiga kali dia coba menghubungi Jared namun tidak kunjung dijawab. Amy menghela napasnya. Tanda dia gusar. "Sebaiknya aku ke kantor saja," gumamnya. Bunyi bel pergantian kelas terdengar ke seluruh sudut sekolah. Amy segera beranjak dari tempat duduknya menuju kelas. Beruntung hari ini dia hanya memiliki tiga kelas jadwal mengajar. Maka dia bisa pergi ke kantor Jared lebih cepat. Hampir jam dua belas siang Amy tiba di kantor Jared. Dia datang menggunakan taksi. Selagi di perjalanan Amy telah mengirimkan pesan pada Edwardo, dia berta
Amy telah menyiapkan makanan yang dia masak sendiri untuk dibawa ke kantor Jared. Sebelumnya, Amy lebih dulu menghubungi Edwardo, menanyakan jadwal Jared siang ini. Ed bilang, Jared akan selesai meeting tepat jam dua siang. Amy diantar supir pribadi keluarga Latrivis segera menuju kantor. Tidak ingin membuat heboh satu gedung karena kehadiran calon nyonya muda Latrivis di ATT Corp, Amy meminta bantuan Ed untuk membawanya lewat jalur lift eksklusif yang langsung terhubung ke ruang kerja Jared. "Tuan akan selesai sebentar lagi. Apa anda tidak keberatan jika saya tinggal sendiri di sini? atau ingin saya panggilkan seseorang?" tawar Ed "Tidak, tidak usah repot-repot, Ed. Tidak masalah, aku sendiri saja," tolak Amy sembari tersenyum. "Baiklah. Kalau begitu saya permisi." Edwardo sudah menghilang di balik pintu. Amy sendiri diruang kerja menunggu Jared sambil melihat-lihat isi ruang kerja calon suaminya. Di meja kerja Jared terdapat figura po
Kemampuan dan keahlian Jared saat bercinta tidak perlu diragukan lagi. Dia telah melakukan penelitian dan peraktek langsung di masa lalu dengan banyak wanita di club. Hal tersebut membuatnya menjadi ahli dalam segala hal aktivitas ranjang entah itu ciuman, sentuhan, mencapai kenikmatan dan banyak hal lainnya. Amy mengetahui masa lalu Jared. Namun dia sama sekali tidak keberatan. Dia menerima Jared yang dulu. Menurut Amy, dia dan Jared tidak perlu mengingat masa lalu. Saat ini mereka hanya perlu memikirkan masa depan. Setelah mengakhiri kegiatan ranjang panas. Jared dan Amy masih bersembunyi di balik selimut tebal. Keduanya berpelukan sambil bertukar pandang. Biasanya seusai menuntaskan urusan hasrat mereka sejenak melakukan pillowtalk. "Jared," panggil Amy lembut. "hmm." "Ini pertama kalinya kau melakukannya tanpa pengaman," kata Amy yang sembunyi di bidang dada Jared. Sesungguhnya masih ada sedikit rasa
Tinggal di rumah besar mewah bak istana terkadang membuat Amy lelah. Dia harus berjalan jauh ke mana pun. Istana Jared memiliki lorong panjang, jalan berbelok serta banyaknya pintu menuju ke ruangan yang bisa saja terhubung ke ruang lain. Butuh waktu satu bulan bagi Amy mengingat denah istana Jared. Kelewat luas, Amy meminta Jared untuk menyediakan minibar di kamar untuk menyimpan camilan dan minuman jika sewaktu-waktu merasa lapar atau haus tanpa harus turun ke dapur. Di rumah, Amy tidak hanya tinggal berdua dengan Jared. Ada puluhan asisten. Semua asisten akan diawasi oleh kepala asisten utama, Bibi Carol. Dahulu beliau bekerja di rumah Ayah Jared, sebelum akhirnya Jared meminta Bibi Carol untuk ikut ke rumah ini. Tak jarang Amy dan Bibi Carol sering bertukar cerita. Bibi Carol juga sering menemani Amy yang menunggu Jared pulang. "Nona Amy sebaiknya pergilah tidur. Bukan kah Tuan Jared sudah mengatakan jika dia pulang larut malam," ujar Carol kasihan
Meski hari pernikahan sudah dekat bukan berarti Jared bisa meninggalkan pekerjaan sebagai pemimpin ATT corp. Senin sampai sabtu dari pagi hingga malam Jared lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor. Jared mempunyai peran dan tanggungjawab besar demi kemajuan perusahaan. Kesuksesan ATT corp tidak sepenuhnya dia peroleh sendiri. Tentu berkat bantuan seluruh staff yang bekerja di perusahaan. Edwardo atau biasa disapa Ed adalah tangan kanan sekaligus orang kepercayaan di keluarga Latrivis. Mengingat Ed sudah bekerja di ATT corp sejak ayah Jared memimpin hingga pensiun. Setiap minggu Jared selalu memperoleh informasi-informasi terbaru terkait perkembangan industri teknologi di seluruh dunia dari Ed. Jared seorang pemimpin tegas, disiplin dan teliti. Tidak heran hampir semua staff di perusahaan merasa segan dan takut pada Jared. Kata 'terlambat' sangat anti bagi seluruh staff. Jangan pernah bermain-main dengan Jared karena dia selalu konsisten pada
Di balik apron merah dan rambut diikat ponytail seorang wanita bersenandung sambil menata meja dengan dua piring berisi menu english breakfast yang mana di sampingnya juga telah tersedia segelas kopi hitam dan secangkir teh. "Perfect." Meski tinggal di rumah mewah dan megah untuk urusan memasak dia selalu melakukannya sendiri tanpa bantuan para asisten. Mengingat memasak adalah kegiatan favoritnya. Selesai memasak biasanya dia mengambil foto menu makanan yang dia masak dan berakhir diunggah ke media sosial. "Sekarang saatnya ambil foto." Segera dia meraih ponsel yang terletak di mini tablebar. Asik sendiri. Tanpa sadar dari arah belakang ada seorang pria berjalan mengendap-ngendap mendekat ke arahnya. Ketika jarak keduanya sudah cukup dekat, lengan kekar pria itu langsung melingkar di pinggang kecil sang wanita membuatnya berjengit. "Kau lebih dulu bersenang-senang dengan makanan itu nyonya Latrivis