Kemampuan dan keahlian Jared saat bercinta tidak perlu diragukan lagi. Dia telah melakukan penelitian dan peraktek langsung di masa lalu dengan banyak wanita di club. Hal tersebut membuatnya menjadi ahli dalam segala hal aktivitas ranjang entah itu ciuman, sentuhan, mencapai kenikmatan dan banyak hal lainnya.
Amy mengetahui masa lalu Jared. Namun dia sama sekali tidak keberatan. Dia menerima Jared yang dulu. Menurut Amy, dia dan Jared tidak perlu mengingat masa lalu. Saat ini mereka hanya perlu memikirkan masa depan.
Setelah mengakhiri kegiatan ranjang panas. Jared dan Amy masih bersembunyi di balik selimut tebal. Keduanya berpelukan sambil bertukar pandang. Biasanya seusai menuntaskan urusan hasrat mereka sejenak melakukan pillowtalk.
"Jared," panggil Amy lembut.
"hmm."
"Ini pertama kalinya kau melakukannya tanpa pengaman," kata Amy yang sembunyi di bidang dada Jared. Sesungguhnya masih ada sedikit rasa takut dalam diri Amy setelah mereka melakukannya tanpa alat pengaman.
Sebelum menjawab, Jared lebih dulu mengangkat dagu Amy agar dia bisa melihat dengan jelas wajah Amy. "Apa kau tidak ingin punya anak dariku?" tanya Jared to the point
"Bukan begitu. Hanya saja ...." ada jeda sesaat sebelum Amy melanjutkan kalimatnya, "aku takut kau meninggalkanku. Hal seperti itu biasanya sering terjadi di novel atau film-film."
Bukannya menanggapi serius. Justru Jared tertawa lepas setelah mendengar penjelasan Amy. Hal itu tentu membuat Amy kesal.
"Jared! Ini tidak lucu," pekik Amy sambil mendorong tubuh Jared agar menjauh darinya karena kesal.
Jared menyudahi tawanya, lalu menjawab, "maaf maaf, tapi yang ini lucu honey. Sepertinya kau terlalu banyak menonton film dan novel sampai terbawa suasana. Astaga," jawab Jared kembali mengeratkan pelukannya pada Amy. Dia menyembunyikan kepala Amy di dada agar bisa menciumi puncak kepala wanitanya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu. Cinta kita sudah direstui oleh kedua orang tuaku dan juga kakek. Aku sangat mencintaimu. Tidak ada alasanku untuk pergi dari sisimu," ucap Jared tulus.
"Sungguh?" tanya Amy balik sambil menengadahkan kepalnya agar dia bisa melihat Jared. Apakah pria itu berkata serius atau berbohong.
"Sungguh. Kau juga sungguh mencintaiku kan?"
Amy mengangguk semangat. "I love you ever after Jared," ungkap Amy dengan senyum terpatri.
"I love you ever after Amy."
Setelah pernyataan cinta satu sama lain, Jared kembali mendaratkan bibirnya bertemu dengan bibir Amy. Suara decapan sensual kembali terdengar di kamar. Berhubung tubuh wanitanya masih polos kesempatan tersebut tentu tidak disia-siakan oleh Jared. Jari-jari panjangnya dengan teratur dan terampil kembali menyusuri setiap inci tubuh Amy. Jared mengelus dan sesekali menekan bagian sensitif tubuh Amy. Sungguh Jared sangat menyukai ketika melihat wanita yang berada di bawah kungkungannya menikmati permainan jari-jarinya.
Jared yang mengetahui Amy butuh oksigen sejenak melepaskan tautan bibir. Saat Amy mengambil napas. Jared berbisik, "honey, sepertinya kita harus melakukan beberapa ronde lagi."
Amy tersenyum dan mengangguk. "Tapi lakukan dengan pelan."
Seketika senyum Jared semakin merekah.
***
Sore harinya, Jared turun sendiri menuju dapur. Meninggalkan Amy sendiri di kamar yang masih terbaring lemah akibat ulah Jared.
"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu asisten
"Tolong bilang pada Carol buatkan sup untuk Amy. Setelah itu antar ke kamar," suruh Jared.
"Baik tuan. Ada lagi tuan?"
"Tidak. Aku akan buat sandwich-ku sendiri."
"Baik tuan. Saya permisi."
Selepas asisten pergi, Jared membuat sandwichnya sendiri di dapur. Dia perlu mengisi amunisi yang telah terpakai saat bercinta dengan Amy. Jared menikmati sandwichnya sambil tersenyum tipis-tipis. Hal itu tentu disadari oleh Edwardo, orang kepercayaan Jared, pria yang berusia di penghujung empat puluh tahunan itu menghampiri Jared dan duduk di sampingnya.
"Sepertinya mood-mu bagus," ucap Ed. Karena masih sibuk menguyah, Jared hanya mengangguk sebagai jawaban iya. Dua pria beda generasi berbicara layaknya teman dan orang tua di luar jam kerja. Jared tidak ingin bersikap sebagai atasan Ed setiap waktu. Dia juga manusia biasa. Sosok anak yang membutuhkan kritik dan saran dari orang tua.
"Kau tau, ayahmu juga pernah melakukan hal seperti ini. Bukannya ke kantor malah bercinta. Kau benar-benar mirip dengan ayahmu."
Jared telah menyelesaikan suapan terakhirnya. Lalu menjawab,"tentu saja. Aku kan putranya," jawab Jared, lanjutnya menenggak habis segelas air. "Ahh...segar."
"Oh iya, apa segala kebutuhan honeymoon aku dan Amy telah selesai?"
"Semuanya sudah beres."
"Baguslah," jawab Jared. "Pantas saja ayahku menyukaimu, Ed. Kau selalu totalitas segala hal," tambahnya.
"Terima kasih."
Beberapa saat Jared dan Ed terdiam. Sebelum akhirnya Edwardo mulai buka suara. "Aku sangat tidak menyangka kau akan menikah," ucap Ed santai.
"Bahkan aku masih ingat betul saat ayahmu marah-marah karena ulahmu yang sering main di club bersama para wanita. Jared yang dulu kukenal telah berubah ke arah yang lebih baik. Aku senang," tutur Edwardo.
Jared mendengus mendengar ungkapan hati Edwardo. "Aku juga tidak percaya pada diriku yang sekarang, Ed. Kehadiran Amy di hidupkan seperti membawa energi positif. Meski Amy seorang anak yang tumbuh tanpa kedua orang tua, hanya didikan seorang abang dia mampu menjadi gadis yang sopan dan pekerja keras. Sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama Amy dan abangnya, Keenan, harus berjuang keras. Jika hal itu terjadi padaku mungkin saja aku tidak sanggup."
"Kupikir kalian imbang. Satu sama," kata Ed membuat Jared mengernyit. Tanda dia bingung.
"Amy sejak kecil harus berjuang hidup agar bisa sekolah hingga kuliah, sekarang dia mendapatkan pria tampan dan kaya raya. Dia tidak perlu lagi bekerja keras. Karena kau memiliki segalanya. Sedangkan perjuanganmu meninggalkan gemerlap dunia malam, berhasil membawamu bertemu wanita baik seperti Amy," jelas Ed panjang.Kini dia paham maksud kalimat Ed.
"Kau benar, Ed. Kami imbang. Semua ini berkat kakek juga. Jika dia tidak memberikan peringatan padaku saat itu. Mungkin aku akan menyesal."
"Tidak ada orang tua yang ingin memberikan jalan sesat ke seorang anak."
"Aku sangat bersyukur saat Amy tidak pernah membahas masa laluku. Dia menerimaku sebagai Jared yang sekarang, bukan Jared dari masa lalu. Sungguh, aku sangat sangat mencintai Amy," ungkap Jared tulus. Ed dapat melihat jelas tatapan Jared dengan penuh rasa keyakinan, tanpa ada sedikitpun rasa kebohongan. Terpancar jelas dari sorot mata Jared.
"Aku tau itu."
Jared merubah posisi duduk yang awalnya lurus menghadap dapur, kini menghadap Edwardo. "Berjanjilah padaku, Ed," ucap Jared memberikan tatapan penuh harapan, "setelah aku menikah nanti kau harus memaksimalkan penjagaan pada Amy. Aku tidak ingin dia kenapa-kenapa. Kau tau kan bagaiman mengerikannya perang dunia bisnis. Mereka bisa sengaja menjebak untuk mencoreng nama keluarga Latrivis dan ATT corp. Aku tidak mau semua hal itu terjadi," ungkap Jared panjang.
"Aku janji Tuan."
Jared berdecak kesal. "Jangan panggil aku Tuan. Kita sedang di rumah."
"Tapi kita sedang membicarakan keamanan nama perusahaan," jawab Edwardo.
"Ah, kau benar juga. Tapi ...ah, sudahlah. Intinya kau harus ingat apa yang kukatakan barusan."
Layaknya anak sedang bercengkerama dengan orang tuanya tertawa sambil minum bersama di mini bar. Mereka melanjutkan pembicaraan topik lain. Tidak lama kemudian bibi Carol muncul dari balik pintu dapur sembari membawa baki berisi dua mangkuk berisi sup sesuai permintaan Jared.
Jared yang melihat bibi Carol otomatis berdiri dan mengambil alih baki tersebut. "Biar aku saja. Terima kasih, Car."
"Sama-sama Tuan."
"Oh iya, Ed, jika kau ingin supnya mintalah pada Carol. Aku naik dulu."
"Kudoakan benih yang kau tanam segera tumbuh di dalam tubuh Amy," teriak Ed.
"Terima kasih. Kuharap kau juga Carol tidak lupa mendoakannya," balas Jared ikut berteriak yang kini telah menaiki anak tangga menuju kamar.
"Tentu Tuan."
Amy telah menyiapkan makanan yang dia masak sendiri untuk dibawa ke kantor Jared. Sebelumnya, Amy lebih dulu menghubungi Edwardo, menanyakan jadwal Jared siang ini. Ed bilang, Jared akan selesai meeting tepat jam dua siang. Amy diantar supir pribadi keluarga Latrivis segera menuju kantor. Tidak ingin membuat heboh satu gedung karena kehadiran calon nyonya muda Latrivis di ATT Corp, Amy meminta bantuan Ed untuk membawanya lewat jalur lift eksklusif yang langsung terhubung ke ruang kerja Jared. "Tuan akan selesai sebentar lagi. Apa anda tidak keberatan jika saya tinggal sendiri di sini? atau ingin saya panggilkan seseorang?" tawar Ed "Tidak, tidak usah repot-repot, Ed. Tidak masalah, aku sendiri saja," tolak Amy sembari tersenyum. "Baiklah. Kalau begitu saya permisi." Edwardo sudah menghilang di balik pintu. Amy sendiri diruang kerja menunggu Jared sambil melihat-lihat isi ruang kerja calon suaminya. Di meja kerja Jared terdapat figura po
Amy baru saja keluar dari balik pintu ruang Ibu Kepala Sekolah, Erica, dengan wajah sedikit khawatir. Sebelum kembali ke kelas, Amy duduk sejenak di bangku panjang yang ada di koridor sekolah. Dia mengambil ponselnya dari dalam saku blazer motif floral berwarna terang. Amy menyentuh layar ponselnya yang menunjukkan deretan angka. Amy menekan satu sebagai panggilan cepat pada Jared. Ada nada panggil tanda ponsel Jared aktif. Sebanyak tiga kali dia coba menghubungi Jared namun tidak kunjung dijawab. Amy menghela napasnya. Tanda dia gusar. "Sebaiknya aku ke kantor saja," gumamnya. Bunyi bel pergantian kelas terdengar ke seluruh sudut sekolah. Amy segera beranjak dari tempat duduknya menuju kelas. Beruntung hari ini dia hanya memiliki tiga kelas jadwal mengajar. Maka dia bisa pergi ke kantor Jared lebih cepat. Hampir jam dua belas siang Amy tiba di kantor Jared. Dia datang menggunakan taksi. Selagi di perjalanan Amy telah mengirimkan pesan pada Edwardo, dia berta
Di salah satu bangku kafe perusahaan, Amy ditemani Dylan tampak asik mengobrol sambil menikmati camilan yang dipesan sebelumnya. Amy tidak menyangka Dylan tipe orang lumayan easy going. Padahal selama ini Amy lebih sering melihat sosok Dylan yang pendiam, kalem, tapi sekalinya bicara tajam. Terutama saat bicara dengan Nicholas, raut wajah Dylan seperti ingin membunuh Nicholas. "Aku heran kenapa kau dan Nic sering terlihat tidak akur," tanya Amy penasaran. "Aku tidak begitu suka dengan orang banyak omong kosong seperti Nic. Dia seperti tidak menjaga citranya sebagai salah satu atasan di ATT corp," jelas Dylan, kemudian memasukkan kukis coklat ke dalam mulutnya. "Ya, kau benar," jawab Amy terkekeh pelan. "Jared juga sering bilang begitu. Terkadang Jared jengah melihat tingkah sahabatnya satu itu," lanjutny
Setelah kembali menemui ibu kepala sekolah, Erica, Amy diberikan waktu tiga hari untuk berpikir sekaligus kompromi dengan Jared. Sebenarnya Erica menawarkan diri untuk dia sendiri menghubungi Jared meminta izin. Tapi Amy menolak. Dia lebih ingin mengatakan langsung pada calon suaminya. Namun belum menemukan waktu yang tepat. Entahlah, Amy bingung sendiri. "Apa ini pertanda jika aku harus menolak?" gumam Amy kebingungan sekaligus resah. Amy menghela napas berat. Dia meraih ponsel di saku blazernya, kemudian menekan salah satu nama yang tersimpan di kontak telepon. Tepat nada keempat panggilannya dijawab. "Halo Ken, apa kabarmu?" sapa Amy lebih dulu. ... "Aku baik. Aku ingin bertemu denganmu, apa siang ini kau ada waktu?" tanya Amy pada seseorang diseberang telepon. ... "Ada yang ingin aku bicarakan padamu. Penting." ... "Baiklah. Sampai jumpa nanti." Panggilan selesai. Amy harap siang nanti dia bisa
Sinar matahari telah berganti cahaya bulan. Amy masih setia menunggu Jared sambil menonton film genre drama musikal kesukaannya di atas ranjang empuk yang biasa dia tiduri bersama Jared. Sebenarnya Amy selalu mendambakan pergi ke bioskop menonton film dengan Jared, seperti yang dilakukan pasangan kekasih pada umumnya. Tapi Jared terlalu sibuk. Sedangkan di akhir pekan pria itu lebih senang menghabiskan waktu untuk olahraga dan bermanja-manja dengan sang kekasih. Sebenarnya mereka tidak perlu repot-repot menonton ke bioskop. Rumah Jared yang besarnya bak istana tentu memiliki ruang khusus home theater. Sayangnya, Jared bukan tipe orang penikmati film. Dia tidak akan mengikuti film hingga akhir karena di tengah-tengah berjalannya film Jared selalu tertidur. Hal itu sering membuat Amy kesal. Amy melirik jam beker diatas
Di balik apron merah dan rambut diikat ponytail seorang wanita bersenandung sambil menata meja dengan dua piring berisi menu english breakfast yang mana di sampingnya juga telah tersedia segelas kopi hitam dan secangkir teh. "Perfect." Meski tinggal di rumah mewah dan megah untuk urusan memasak dia selalu melakukannya sendiri tanpa bantuan para asisten. Mengingat memasak adalah kegiatan favoritnya. Selesai memasak biasanya dia mengambil foto menu makanan yang dia masak dan berakhir diunggah ke media sosial. "Sekarang saatnya ambil foto." Segera dia meraih ponsel yang terletak di mini tablebar. Asik sendiri. Tanpa sadar dari arah belakang ada seorang pria berjalan mengendap-ngendap mendekat ke arahnya. Ketika jarak keduanya sudah cukup dekat, lengan kekar pria itu langsung melingkar di pinggang kecil sang wanita membuatnya berjengit. "Kau lebih dulu bersenang-senang dengan makanan itu nyonya Latrivis
Meski hari pernikahan sudah dekat bukan berarti Jared bisa meninggalkan pekerjaan sebagai pemimpin ATT corp. Senin sampai sabtu dari pagi hingga malam Jared lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor. Jared mempunyai peran dan tanggungjawab besar demi kemajuan perusahaan. Kesuksesan ATT corp tidak sepenuhnya dia peroleh sendiri. Tentu berkat bantuan seluruh staff yang bekerja di perusahaan. Edwardo atau biasa disapa Ed adalah tangan kanan sekaligus orang kepercayaan di keluarga Latrivis. Mengingat Ed sudah bekerja di ATT corp sejak ayah Jared memimpin hingga pensiun. Setiap minggu Jared selalu memperoleh informasi-informasi terbaru terkait perkembangan industri teknologi di seluruh dunia dari Ed. Jared seorang pemimpin tegas, disiplin dan teliti. Tidak heran hampir semua staff di perusahaan merasa segan dan takut pada Jared. Kata 'terlambat' sangat anti bagi seluruh staff. Jangan pernah bermain-main dengan Jared karena dia selalu konsisten pada
Tinggal di rumah besar mewah bak istana terkadang membuat Amy lelah. Dia harus berjalan jauh ke mana pun. Istana Jared memiliki lorong panjang, jalan berbelok serta banyaknya pintu menuju ke ruangan yang bisa saja terhubung ke ruang lain. Butuh waktu satu bulan bagi Amy mengingat denah istana Jared. Kelewat luas, Amy meminta Jared untuk menyediakan minibar di kamar untuk menyimpan camilan dan minuman jika sewaktu-waktu merasa lapar atau haus tanpa harus turun ke dapur. Di rumah, Amy tidak hanya tinggal berdua dengan Jared. Ada puluhan asisten. Semua asisten akan diawasi oleh kepala asisten utama, Bibi Carol. Dahulu beliau bekerja di rumah Ayah Jared, sebelum akhirnya Jared meminta Bibi Carol untuk ikut ke rumah ini. Tak jarang Amy dan Bibi Carol sering bertukar cerita. Bibi Carol juga sering menemani Amy yang menunggu Jared pulang. "Nona Amy sebaiknya pergilah tidur. Bukan kah Tuan Jared sudah mengatakan jika dia pulang larut malam," ujar Carol kasihan
Sinar matahari telah berganti cahaya bulan. Amy masih setia menunggu Jared sambil menonton film genre drama musikal kesukaannya di atas ranjang empuk yang biasa dia tiduri bersama Jared. Sebenarnya Amy selalu mendambakan pergi ke bioskop menonton film dengan Jared, seperti yang dilakukan pasangan kekasih pada umumnya. Tapi Jared terlalu sibuk. Sedangkan di akhir pekan pria itu lebih senang menghabiskan waktu untuk olahraga dan bermanja-manja dengan sang kekasih. Sebenarnya mereka tidak perlu repot-repot menonton ke bioskop. Rumah Jared yang besarnya bak istana tentu memiliki ruang khusus home theater. Sayangnya, Jared bukan tipe orang penikmati film. Dia tidak akan mengikuti film hingga akhir karena di tengah-tengah berjalannya film Jared selalu tertidur. Hal itu sering membuat Amy kesal. Amy melirik jam beker diatas
Setelah kembali menemui ibu kepala sekolah, Erica, Amy diberikan waktu tiga hari untuk berpikir sekaligus kompromi dengan Jared. Sebenarnya Erica menawarkan diri untuk dia sendiri menghubungi Jared meminta izin. Tapi Amy menolak. Dia lebih ingin mengatakan langsung pada calon suaminya. Namun belum menemukan waktu yang tepat. Entahlah, Amy bingung sendiri. "Apa ini pertanda jika aku harus menolak?" gumam Amy kebingungan sekaligus resah. Amy menghela napas berat. Dia meraih ponsel di saku blazernya, kemudian menekan salah satu nama yang tersimpan di kontak telepon. Tepat nada keempat panggilannya dijawab. "Halo Ken, apa kabarmu?" sapa Amy lebih dulu. ... "Aku baik. Aku ingin bertemu denganmu, apa siang ini kau ada waktu?" tanya Amy pada seseorang diseberang telepon. ... "Ada yang ingin aku bicarakan padamu. Penting." ... "Baiklah. Sampai jumpa nanti." Panggilan selesai. Amy harap siang nanti dia bisa
Di salah satu bangku kafe perusahaan, Amy ditemani Dylan tampak asik mengobrol sambil menikmati camilan yang dipesan sebelumnya. Amy tidak menyangka Dylan tipe orang lumayan easy going. Padahal selama ini Amy lebih sering melihat sosok Dylan yang pendiam, kalem, tapi sekalinya bicara tajam. Terutama saat bicara dengan Nicholas, raut wajah Dylan seperti ingin membunuh Nicholas. "Aku heran kenapa kau dan Nic sering terlihat tidak akur," tanya Amy penasaran. "Aku tidak begitu suka dengan orang banyak omong kosong seperti Nic. Dia seperti tidak menjaga citranya sebagai salah satu atasan di ATT corp," jelas Dylan, kemudian memasukkan kukis coklat ke dalam mulutnya. "Ya, kau benar," jawab Amy terkekeh pelan. "Jared juga sering bilang begitu. Terkadang Jared jengah melihat tingkah sahabatnya satu itu," lanjutny
Amy baru saja keluar dari balik pintu ruang Ibu Kepala Sekolah, Erica, dengan wajah sedikit khawatir. Sebelum kembali ke kelas, Amy duduk sejenak di bangku panjang yang ada di koridor sekolah. Dia mengambil ponselnya dari dalam saku blazer motif floral berwarna terang. Amy menyentuh layar ponselnya yang menunjukkan deretan angka. Amy menekan satu sebagai panggilan cepat pada Jared. Ada nada panggil tanda ponsel Jared aktif. Sebanyak tiga kali dia coba menghubungi Jared namun tidak kunjung dijawab. Amy menghela napasnya. Tanda dia gusar. "Sebaiknya aku ke kantor saja," gumamnya. Bunyi bel pergantian kelas terdengar ke seluruh sudut sekolah. Amy segera beranjak dari tempat duduknya menuju kelas. Beruntung hari ini dia hanya memiliki tiga kelas jadwal mengajar. Maka dia bisa pergi ke kantor Jared lebih cepat. Hampir jam dua belas siang Amy tiba di kantor Jared. Dia datang menggunakan taksi. Selagi di perjalanan Amy telah mengirimkan pesan pada Edwardo, dia berta
Amy telah menyiapkan makanan yang dia masak sendiri untuk dibawa ke kantor Jared. Sebelumnya, Amy lebih dulu menghubungi Edwardo, menanyakan jadwal Jared siang ini. Ed bilang, Jared akan selesai meeting tepat jam dua siang. Amy diantar supir pribadi keluarga Latrivis segera menuju kantor. Tidak ingin membuat heboh satu gedung karena kehadiran calon nyonya muda Latrivis di ATT Corp, Amy meminta bantuan Ed untuk membawanya lewat jalur lift eksklusif yang langsung terhubung ke ruang kerja Jared. "Tuan akan selesai sebentar lagi. Apa anda tidak keberatan jika saya tinggal sendiri di sini? atau ingin saya panggilkan seseorang?" tawar Ed "Tidak, tidak usah repot-repot, Ed. Tidak masalah, aku sendiri saja," tolak Amy sembari tersenyum. "Baiklah. Kalau begitu saya permisi." Edwardo sudah menghilang di balik pintu. Amy sendiri diruang kerja menunggu Jared sambil melihat-lihat isi ruang kerja calon suaminya. Di meja kerja Jared terdapat figura po
Kemampuan dan keahlian Jared saat bercinta tidak perlu diragukan lagi. Dia telah melakukan penelitian dan peraktek langsung di masa lalu dengan banyak wanita di club. Hal tersebut membuatnya menjadi ahli dalam segala hal aktivitas ranjang entah itu ciuman, sentuhan, mencapai kenikmatan dan banyak hal lainnya. Amy mengetahui masa lalu Jared. Namun dia sama sekali tidak keberatan. Dia menerima Jared yang dulu. Menurut Amy, dia dan Jared tidak perlu mengingat masa lalu. Saat ini mereka hanya perlu memikirkan masa depan. Setelah mengakhiri kegiatan ranjang panas. Jared dan Amy masih bersembunyi di balik selimut tebal. Keduanya berpelukan sambil bertukar pandang. Biasanya seusai menuntaskan urusan hasrat mereka sejenak melakukan pillowtalk. "Jared," panggil Amy lembut. "hmm." "Ini pertama kalinya kau melakukannya tanpa pengaman," kata Amy yang sembunyi di bidang dada Jared. Sesungguhnya masih ada sedikit rasa
Tinggal di rumah besar mewah bak istana terkadang membuat Amy lelah. Dia harus berjalan jauh ke mana pun. Istana Jared memiliki lorong panjang, jalan berbelok serta banyaknya pintu menuju ke ruangan yang bisa saja terhubung ke ruang lain. Butuh waktu satu bulan bagi Amy mengingat denah istana Jared. Kelewat luas, Amy meminta Jared untuk menyediakan minibar di kamar untuk menyimpan camilan dan minuman jika sewaktu-waktu merasa lapar atau haus tanpa harus turun ke dapur. Di rumah, Amy tidak hanya tinggal berdua dengan Jared. Ada puluhan asisten. Semua asisten akan diawasi oleh kepala asisten utama, Bibi Carol. Dahulu beliau bekerja di rumah Ayah Jared, sebelum akhirnya Jared meminta Bibi Carol untuk ikut ke rumah ini. Tak jarang Amy dan Bibi Carol sering bertukar cerita. Bibi Carol juga sering menemani Amy yang menunggu Jared pulang. "Nona Amy sebaiknya pergilah tidur. Bukan kah Tuan Jared sudah mengatakan jika dia pulang larut malam," ujar Carol kasihan
Meski hari pernikahan sudah dekat bukan berarti Jared bisa meninggalkan pekerjaan sebagai pemimpin ATT corp. Senin sampai sabtu dari pagi hingga malam Jared lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor. Jared mempunyai peran dan tanggungjawab besar demi kemajuan perusahaan. Kesuksesan ATT corp tidak sepenuhnya dia peroleh sendiri. Tentu berkat bantuan seluruh staff yang bekerja di perusahaan. Edwardo atau biasa disapa Ed adalah tangan kanan sekaligus orang kepercayaan di keluarga Latrivis. Mengingat Ed sudah bekerja di ATT corp sejak ayah Jared memimpin hingga pensiun. Setiap minggu Jared selalu memperoleh informasi-informasi terbaru terkait perkembangan industri teknologi di seluruh dunia dari Ed. Jared seorang pemimpin tegas, disiplin dan teliti. Tidak heran hampir semua staff di perusahaan merasa segan dan takut pada Jared. Kata 'terlambat' sangat anti bagi seluruh staff. Jangan pernah bermain-main dengan Jared karena dia selalu konsisten pada
Di balik apron merah dan rambut diikat ponytail seorang wanita bersenandung sambil menata meja dengan dua piring berisi menu english breakfast yang mana di sampingnya juga telah tersedia segelas kopi hitam dan secangkir teh. "Perfect." Meski tinggal di rumah mewah dan megah untuk urusan memasak dia selalu melakukannya sendiri tanpa bantuan para asisten. Mengingat memasak adalah kegiatan favoritnya. Selesai memasak biasanya dia mengambil foto menu makanan yang dia masak dan berakhir diunggah ke media sosial. "Sekarang saatnya ambil foto." Segera dia meraih ponsel yang terletak di mini tablebar. Asik sendiri. Tanpa sadar dari arah belakang ada seorang pria berjalan mengendap-ngendap mendekat ke arahnya. Ketika jarak keduanya sudah cukup dekat, lengan kekar pria itu langsung melingkar di pinggang kecil sang wanita membuatnya berjengit. "Kau lebih dulu bersenang-senang dengan makanan itu nyonya Latrivis