"Nggak apa-apa, A', penasaran aja, nggak biasanya Aa' pulang telat, kan? Apalagi pulang-pulang langsung —"
"Langsung apa?" tanya Al membuat Dina tersipu."Langsung minta jatah," jawab Dina malu-malu."Memangnya ada yang salah kalau suami minta jatah sama istrinya?""Nggak sih, A', cuma Dina jadi dejavu aja, teringat suatu kondisi yang sama, tapi Dina berharap kali ini kondisinya tak sama," jawab Dina menimbulkan tanya."Kondisi apa maksud kamu?""Kondisi saat Aa' mendatangi Dina secara terburu-buru, sepulang dari tempat tante Merry. Maaf, A', Dina nggak ada niatan berprasangka buruk, hanya saja situasinya memang mirip," jelas Dina tak enak hati."Saya, sedikitpun tak lagi memiliki keinginan untuk datang lagi ke tempat itu, Din," jelas Al, tentu saja hal itu membuat hati Dina lega."Alhamdulillah, Dina senang dengarnya, A'," jawab Dina seraya tersenyum.Al lalu mendekati istrinya, dan berbicara serayaCINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (63)Waktu shubuh tiba, saat Dina kembali membuka matanya. Semalaman Dina menangis hingga tertidur.Dina meraba tempat di sisinya, tempat di mana suaminya biasa menghabiskan waktu bersamanya. Kini tempat itu kosong, entah ke mana suami yang biasanya tak bisa lepas dari mendekapnya itu.Ada rasa kehilangan dan kekosangan di hatinya. Gundah kembali merajai, kecewa dan khawatir berpadu memenuhi hati, "Ya Allah, akankah semuanya berubah setelah ini? Akankah kebahagiaan yang baru saja ku rengkuh kembali itu sirna dan berganti luka?Rasanya baru saja aku merasakan hidup yang sempurna, tapi sekarang, hidupku kembali dipenuhi air mata," batin Dina.Ia kemudian bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, melakukan mandi wajib kemudian segera bersiap untuk sholat shubuh.Dina menggelar dua sajadah seperti yang biasa ia lakukan, menyiapkan tempat untuk imamnya, berharap Al akan kembali untuk
"Non Dina jangan sedih ya, yang namanya hidup berumah tangga itu pasti akan ada saja ujiannya, apalagi di saat-saat usia pernikahan masih seumur jagung begini, itu sudah sangat wajar, karena kalian pasti masih berproses untuk saling mengenal dan mengerti satu sama lain.Maaf, kalau Bibi terdengar lancang telah menasihati majikan Bibi, bukan bermaksud menggurui, Bibi hanya ingin berbagi pengalaman saja, Non," ucap Bi Ina hati-hati."Nggak apa-apa, Bi, Makasih ya karena sudah mau berbagi sama Dina, pelajaran yang Bibi sampaikan sangat bermanfaat, sekali lagi terima kasih, ya?" ucap Dina ramah.Bi Ina tersenyum, " sama-sama, Non, pokoknya Bi Ina doakan yang terbaik buat Non dina dan Tuan Muda."Aamiin.""Dan Bi Ina cuma mau kasih tahu, kalau memang Tuan Muda sedang ada masalah, biasanya beliau menghabiskan waktunya di ruang kerja," jawab Bi Ina menyadarkan Dina bahwa ada satu ruangan yang dilewatkan."Ruang kerja ya, Bi?""Iya, Non. Biasanya, kalau sedang banyak masalah, Tuan Muda melamp
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (64)Al dan Dina sarapan dalam suasana hening, keduanya sibuk bermonolog dengan dirinya sendiri. Pagi ini, Bi Ina memasak nasi dengan lauk rendang dan sayuran ala masakan padang. Al terlihat menikmatinya, walau tak selahap ketika Dina yang memasak."Kenapa sejak gue tau rasa masakan Dina semua masakan jadi terasa nggak seenak masakan dia, ya?" batin Al heran.Sedangkan Dina, sejak tadi ia hanya memainkan makanannya, disuapnya nasi sedikit demi sedikit ke mulutnya, bukan karena tak berselera, tapi entah mengapa, ia merasa semua makanan favoritnya kini terasa hambar di lidahnya.Al melirik Dina yang hanya memakan nasi tanpa menyentuh rendang yang sudah diambilnya."Makan dagingnya, Din! Jangan cuma makan nasi, kamu butuh nutrisi lebih sekarang!" ucap Al perhatian walau terdengar sinis."Dina lagi nggak pengen dagingnya, A'," jawab Dina apa adanya."Jangan kayak anak kecil! Makanlah sesuai kebutuhan, bukan keinginan! Janin dalam kandungan kamu i
"A'," panggil Dina."Kenapa?"Dina meraih tangan Al kemudian menciumnya penuh hormat, seketika membuat hati Al menghangat."A' Dina boleh minta izin nggak?""Untuk?""Ke dokter kandungan.""Ngapain? Kan kemarin sudah?" tanya Al heran."Dina butuh konsultasi aja, A'," jawab Dina apa adanya."Dengan kondisi kamu seperti ini? Nggak, saya nggak mengizinkan."Dina terdiam tertunduk."Kalau kamu sampai kenapa-napa di jalan bagaimana? Saya nggak bisa antar kamu, ada jadwal meeting pagi ini.""InsyaAllah Dina bisa sendiri, A'," rayu Dina."Tapi saya tidak mengizinkan! Kamu kan bisa memanfaatkan ponselmu, konsultasi dengan dokter melalui aplikasi-aplikasi yang menyediakan layanan itu, sekarang kan banyak, kelau hanya untuk konsultasi tanpa pemeriksaan saya rasa cukup.Kamu bisa pilih dokter spesialis kandungan, bila perlu atur janji untuk bertemu di rumah, jangan keluar tanpa pantauan saya," putus Al tak terbantah."Iya, A'," ungkap Dina pasrah.Al lalu beranjak dari tempatnya untuk pergi beke
# 65Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (65)Al memasuki rumahnya saat jam menunjukkan pukul 19.00, tepatnya selepas waktu isya'. Jalanan yang macet membuatnya sampai di rumah dengan telat.Al berjalan menuju kamarnya, sepi. Tak ada tanda-tanda kehidupan, di mana Dina dan Bi Ina?Al membuka pintu kamarnya pelan, berharap menemukan Dina di sana, biasanya, istrinya itu akan menyambut kepulangannya dengan senyuman yang menenangkan, yang mampu menghilangkan penat pekerjaan selama seharian.Namun, ia mendapati kamar itu kosong, tak ada Dina di sana, tak ada Dina yang menyambutnya dengan ciuman tangan, tak ada Dina yang akan mengambil alih tas kerjanya, tak ada Dina yang membantunya membuka kancing kemeja. Kemana Dina? Istri Al itu tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Hanya tersisa jejak tangannya yang sudah mempersiapkan segala kebutuhan suaminya.Baju ganti, handuk dan sajadah yang menghampar. Sejenak Al terpikir sesuatu."Dina menyiapkan segala kebutuhan gue, tapi ke mana dia?
"Astaga, Dina kamu di mana sih?" ungkap Al mulai frusstasi."Maaf sebelumnya, Tuan. Apa mungkin non Dina ada di kamar tamu ya? soalnya tadi pagi Non Dina minta Bibi untuk bersihkan kamar tamu, ya Bibi kira mau ada tamu, tapi bisa saja kan mau ditempati sendiri oleh Non Dina?"Kok Bi Ina baru bilang sih?" protes Al."Maaf, Tuan."Al tak menanggapi, ia segera berlalu ke kamar tamu. Al membuka pintu perlahan, tampak Dina tengah meringkuk di bawah balutan badcover berwarna biru muda yang dipadukan dengan warna pink, perpaduan warna awan dan bunga sakura yang indah.Al melangkahkan kakinya perlahan, semakin mendekati istrinya, tampak Dina tengah terpejam, wajahnya pucat, sudut matanya terlihat basah, apakah dia menangis?Al menggerakkan tangannya hendak menyentuh pipi mulus istrinya, namun ia membatalkan niatnya, tak ingin mengganggu istirahat Dina."Lebih baik gue mandi, sholat dan makan dulu, baru nanti ke sini lagi untuk mastiin kondisi Dina," batin Al kemudian beranjak pergi meninggal
# 66Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (66)Al menghela nafas sebelum akhirnya keluar dari kamar yang ditempati Dina. Langkahnya berat, seberat hatinya meninggalkan Dina seorang diri di sana. Tapi ia cukup sadar, bahwa tidak mungkin Dina melakukannya tanpa alasan. Memutuskan untuk memberinya ruang adalah pilihan terbaik baginya untuk saat ini.Al menutup pintu perlahan, bersamaan dengan itu, air mata yang sejak tadi tertahan di pelupuk mata Dina akhirnya jatuh juga. Ia kembali terisak dalam diam, berusaha menekan suara agar isakannya tak sampai terdengar oleh siapapun.Sakit dan sesak rasanya di dada, merupakan hal yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita, saat ia harus menangis tanpa suara, sakit yang begitu mendalam.Sedangkan di balik pintu, Al menyandarkan tubuhnya, memejamkan mata sejenak untuk mencari ketenangan jiwa, sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi ke taman mencari kedamaian dengan suasana alam.Sedangkan dari kejauhan, Bi Ina yang memperhatikan meredupnya hu
"Ya, lalu, ada perlu apa Bi Ina masih berdiri di sana?" tanya Al heran."Emm, anu, Tuan ... Maaf sebelumnya kalau Bi Ina lancang, tapi sepertinya Bi Ina lihat Tuan Muda sedang tidak baik-baik saja, apa ada masalah, Tuan?" tanya Bi Ina hati-hati."Ya ... Seperti yang Bi Ina lihat sendiri, pasti Bi Ina sudah paham kan apa jawabannya? Dan saya pikir itu bukan urusan Bi Ina." jawaban terdengar sinis, namun, tak sedikitpun mengurangi niat Bi Ina untuk berbicara dengan tuannya. Bi Ina sudah terlampau memahami karakter Al, sehingga ia sudah pandai menempatkan diri di hadapan majikannya itu."Maaf, Tuan, kalau Bi Ina terkesan ikut campur, tapi Tuan harus tahu, bahwa di setiap pernikahan pasti ada ujiannya tersendiri, dan Bi Ina yakin, Tuan pasti bisa melaluinya, karena yang lebih berat dari ini saja, Tuan berhasil melaluinya," ujar Bi Ina membuat Al tertegun."Tapi ini berat, Bi, saya tidak ingin anak saya bernasib sama dengan saya dulu, saya takut, Bi," jawab Al masih tertunduk.Bi Ina kemba