# 66Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (66)Al menghela nafas sebelum akhirnya keluar dari kamar yang ditempati Dina. Langkahnya berat, seberat hatinya meninggalkan Dina seorang diri di sana. Tapi ia cukup sadar, bahwa tidak mungkin Dina melakukannya tanpa alasan. Memutuskan untuk memberinya ruang adalah pilihan terbaik baginya untuk saat ini.Al menutup pintu perlahan, bersamaan dengan itu, air mata yang sejak tadi tertahan di pelupuk mata Dina akhirnya jatuh juga. Ia kembali terisak dalam diam, berusaha menekan suara agar isakannya tak sampai terdengar oleh siapapun.Sakit dan sesak rasanya di dada, merupakan hal yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita, saat ia harus menangis tanpa suara, sakit yang begitu mendalam.Sedangkan di balik pintu, Al menyandarkan tubuhnya, memejamkan mata sejenak untuk mencari ketenangan jiwa, sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi ke taman mencari kedamaian dengan suasana alam.Sedangkan dari kejauhan, Bi Ina yang memperhatikan meredupnya hu
"Ya, lalu, ada perlu apa Bi Ina masih berdiri di sana?" tanya Al heran."Emm, anu, Tuan ... Maaf sebelumnya kalau Bi Ina lancang, tapi sepertinya Bi Ina lihat Tuan Muda sedang tidak baik-baik saja, apa ada masalah, Tuan?" tanya Bi Ina hati-hati."Ya ... Seperti yang Bi Ina lihat sendiri, pasti Bi Ina sudah paham kan apa jawabannya? Dan saya pikir itu bukan urusan Bi Ina." jawaban terdengar sinis, namun, tak sedikitpun mengurangi niat Bi Ina untuk berbicara dengan tuannya. Bi Ina sudah terlampau memahami karakter Al, sehingga ia sudah pandai menempatkan diri di hadapan majikannya itu."Maaf, Tuan, kalau Bi Ina terkesan ikut campur, tapi Tuan harus tahu, bahwa di setiap pernikahan pasti ada ujiannya tersendiri, dan Bi Ina yakin, Tuan pasti bisa melaluinya, karena yang lebih berat dari ini saja, Tuan berhasil melaluinya," ujar Bi Ina membuat Al tertegun."Tapi ini berat, Bi, saya tidak ingin anak saya bernasib sama dengan saya dulu, saya takut, Bi," jawab Al masih tertunduk.Bi Ina kemba
# 67CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (67)"Astaghfirullah, Dina! Kamu kenapa?" pekik Al melihat Dina yang bersimpuh di lantai dengan darah mengalir di kakinya."Aa' ... Tolong Dina," rintih Dina."Ya Allah, Dina!" ucap Al seraya berlari ke arah Dina dan dengan sigap menggendongnya.Al berjalan keluar kamar dengan menggendong Dina, langkahnya terburu-buru, Ia begitu khawatir melihat kondisi istrinya. "Ya Allah ... Kamu kenapa sih, Din?" tanya Al dengan suara terengah-engah."Sakit ... A'," keluh Dina seraya meremas perutnya."Kamu bertahan ya!"Al berteriak memanggil Bi Ina untuk membukakan pintu."Bi Ina .... Buka pintunya, Bi! Cepat!" "I ... Iya, Tuan!" jawab Bi Ina terbata, sambil memandang heran Tuannya yang kini menggendong sang istri."Ya Allah, kenapa dengan Non Dina, Tuan?" Tanya Bi Ina khawatir."Dina pendarahan, Bi!" jawab Al singkat sambil berlalu membawa Dina ke garasi mobil."Astaghfirullah, cobaan apa lagi ini Gusti?" gumam Bi Ina seraya menyeka air mata yang
"Pak Alfaro?" panggil seorang lelaki muda dari arah belakang.Al menghentikan langkahnya, kemudian memandang seseorang yang baru saja memanggilnya, dan seketika Al mengingat sesuatu saat memandang wajah anak bujang di hadapannya, dia lah dokter Ahmad versi muda."Pak Al ada perlu apa di sini?" tanyanya seraya mengulurkan tangan ramah. Al menerima uluran itu dan menjabatnya."Saya sedang menunggu istri saya," jawab Al singkat. "Ya Allah, Dina sakit? Dan ... Apakah dia yang sedang berada di dalam?" tanyanya terlihat cemas."Iya.""Jadi Dina sedang hamil?""Iya, kok kamu bisa tahu? Dina cerita-cerita kalau dia hamil?" tanya Al heran dan mulai sensi."Oh, nggak, Pak. Bahkan sejak dia menikah kami belum pernah kontak lagi. Saya tahu karena Ayah saya dokter kandungan di sini, dan baru saja beliau meminta ditunggu di depan ruangan ini, saya datang untuk menjemput beliau, tapi ternyata tiba-tiba ada pasien darurat, jadi terpaksa kepulangannya harus tertunda. Ternyata pasiennya Dina, saya har
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (68)"Tolong tinggalkan Dina sendiri!" ucapnya tajam begitu menghunus relung hati sang suami."Din ....""Please, A', Dina mohon, tinggalkan Dina sendiri," pinta Dina sekali lagi dengan suara bergetar."Tapi, Din ... Saya —.""Dina bilang pergi, A'!" bentak Dina dengan air mata yang terus mengaliri pipinya. Mendengar suara Dina berteriak, suster yang sedang berjaga segera menghampiri."Maaf, Pak, tolong jaga ketenangan area rumah sakit ya, dan tolong emosi pasien dijaga," ucap sang Suster memperingatkan."Pergi ...," lirih Dina sekali lagi di tengah isakannya."Sekali lagi mohon maaf, Pak, sebaiknya Bapak tunggu di luar," ucap Suster mengusir Al secara halus."Tapi, Sus ....""Saat ini yang terpenting adalah menjaga kestabilan emosi pasien, lagi pula sebentar lagi akan dilakukan tindakan kuretase, jadi sebaiknya memang Bapak menunggu di luar ya. Nanti kalau ibu sudah lebih tenang, Bapak bisa coba temui lagi."Al memandang Dina dengan tatapan y
"Untuk apa lagi Aa' masih berada di sini?" Tanya Dina tanpa memandang suaminya."Saya di sini untuk kamu, Din," jawab Al.Dina tersenyum kecut, "Dina tidak sedang membutuhkan Aa', sebaiknya Aa' pergi dan kembali ke rumah untuk beristirahat, biarkan Dina sendiri di sini," jawab Dina santai, dan masih enggan memandang suaminya."Saya tahu kamu sedang membutuhkan saya, Din, dan saya tidak akan pulang ke rumah, saya akan tetap di sini untuk kamu, untuk menjaga kamu sampai kamu sembuh," jawab Al lembut."Dina heran sama Aa', saat Dina benar-benar membutuhkan Aa' berada di sisi Dina, Aa' tidak ada untuk Dina, tapi saat sekarang Dina sudah tidak membutuhkan, Aa' justru datang menawarkan diri untuk Dina.Sudahlah, A', Aa' tidak perlu berdrama di depan Dina, Dina tahu Aa' sedang bahagia, dalam hati Aa' tengah euforia, kan? Karena pada akhirnya kehamilan Dina yang tak pernah Aa' harapkan itu berakhir," sahut Dina dengan suara parau."Kamu ngomong apa sih, Addina?" tanya Al heran, tak memahami a
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (69)Al keluar dari ruangan Dina dengan perasaan yang tak karuan, wajahnya terlihat kusut, dan sudut matanya masih terlihat basah."Al, gimana kondisi Dina?" tanya Oma Rose yang sejak tadi memang tak bisa tenang.Al hanya terdiam."Al, you okay?" tanya Reno seolah memahami arti diamnya Al."Dina nggak mau ketemu gue," jawab Al dengan pandangan kosong."Terus Dina lagi ngapain sekarang?" tanya Vio menimpali."Lagi nangis," jawab Al singkat, "mungkin sebaiknya Oma temui Dina terlebih dahulu, barang kali dengan begitu dia akan lebih terhibur," ucap Al pada Oma Rose."Bener, Oma. Biar Vio sama Reno di sini temani Al, kan yang boleh masuk cuma satu orang.Oma Rose tampak ragu."Kamu yakin nggak apa-apa Oma tinggal, Al?" tanya Oma Rose."Al nggak apa-apa, Oma. Dina lebih butuh Oma," ungkap Al kemudian berjalan dan duduk di kursi tunggu tak jauh dari ruangan Dina. Sedangkan Oma Rose, beranjak ke ruangan Dina.Reno dan Vio saling berpandangan, kemudia
"Apa mungkin ini karma ya buat gue?" ungkap Al menyimpulkan."Yaa ... Bisa aja sih, karma yang dibayar kontan, alias langsung! Mangkanya, orang tua sering wanti-wanti, kan? Hati-hati sama istri, jan sampe bikin dia sakit hati, karena wanita itu sakti gais, sekalinya lo bikin dia sakit hati, hidup lo bisa hancur," lanjut Vio membuat dua lelaki di hadapannya memandang dengan pandangan tak terima."Apaan sih, Vi, sok tau, Lo!" gerutu Al."Tau, nih, sok tau banget! Nikah aja belum, lo!" timpal Reno."Idih, nggak percayaan. Gua dengar ini dari sumber yang valid ya," sahut Vio jumawa."Dari siapa emang?" tanya Al penasaran."Dari Oma," jawab Vio mantap."Masa sih? Kok Oma nggak pernah kasih tau gue? Ngarang ya, Lo!""Iya lah, Oma nggak pernah kasih tau lo, orang Oma bicara gitu selalunya kalau nyeritain Opa gue, gimana Opa gue mengalami kehidupannya hancur setelah selingkuhin Oma. Kalau nggak percaya, tanya aja sama Oma!" pungkas Vio."Ya pantes lah, kalau sampai selingkuh sih emang udah k
Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi
Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya
Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila
Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang
Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj