# 67CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (67)"Astaghfirullah, Dina! Kamu kenapa?" pekik Al melihat Dina yang bersimpuh di lantai dengan darah mengalir di kakinya."Aa' ... Tolong Dina," rintih Dina."Ya Allah, Dina!" ucap Al seraya berlari ke arah Dina dan dengan sigap menggendongnya.Al berjalan keluar kamar dengan menggendong Dina, langkahnya terburu-buru, Ia begitu khawatir melihat kondisi istrinya. "Ya Allah ... Kamu kenapa sih, Din?" tanya Al dengan suara terengah-engah."Sakit ... A'," keluh Dina seraya meremas perutnya."Kamu bertahan ya!"Al berteriak memanggil Bi Ina untuk membukakan pintu."Bi Ina .... Buka pintunya, Bi! Cepat!" "I ... Iya, Tuan!" jawab Bi Ina terbata, sambil memandang heran Tuannya yang kini menggendong sang istri."Ya Allah, kenapa dengan Non Dina, Tuan?" Tanya Bi Ina khawatir."Dina pendarahan, Bi!" jawab Al singkat sambil berlalu membawa Dina ke garasi mobil."Astaghfirullah, cobaan apa lagi ini Gusti?" gumam Bi Ina seraya menyeka air mata yang
"Pak Alfaro?" panggil seorang lelaki muda dari arah belakang.Al menghentikan langkahnya, kemudian memandang seseorang yang baru saja memanggilnya, dan seketika Al mengingat sesuatu saat memandang wajah anak bujang di hadapannya, dia lah dokter Ahmad versi muda."Pak Al ada perlu apa di sini?" tanyanya seraya mengulurkan tangan ramah. Al menerima uluran itu dan menjabatnya."Saya sedang menunggu istri saya," jawab Al singkat. "Ya Allah, Dina sakit? Dan ... Apakah dia yang sedang berada di dalam?" tanyanya terlihat cemas."Iya.""Jadi Dina sedang hamil?""Iya, kok kamu bisa tahu? Dina cerita-cerita kalau dia hamil?" tanya Al heran dan mulai sensi."Oh, nggak, Pak. Bahkan sejak dia menikah kami belum pernah kontak lagi. Saya tahu karena Ayah saya dokter kandungan di sini, dan baru saja beliau meminta ditunggu di depan ruangan ini, saya datang untuk menjemput beliau, tapi ternyata tiba-tiba ada pasien darurat, jadi terpaksa kepulangannya harus tertunda. Ternyata pasiennya Dina, saya har
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (68)"Tolong tinggalkan Dina sendiri!" ucapnya tajam begitu menghunus relung hati sang suami."Din ....""Please, A', Dina mohon, tinggalkan Dina sendiri," pinta Dina sekali lagi dengan suara bergetar."Tapi, Din ... Saya —.""Dina bilang pergi, A'!" bentak Dina dengan air mata yang terus mengaliri pipinya. Mendengar suara Dina berteriak, suster yang sedang berjaga segera menghampiri."Maaf, Pak, tolong jaga ketenangan area rumah sakit ya, dan tolong emosi pasien dijaga," ucap sang Suster memperingatkan."Pergi ...," lirih Dina sekali lagi di tengah isakannya."Sekali lagi mohon maaf, Pak, sebaiknya Bapak tunggu di luar," ucap Suster mengusir Al secara halus."Tapi, Sus ....""Saat ini yang terpenting adalah menjaga kestabilan emosi pasien, lagi pula sebentar lagi akan dilakukan tindakan kuretase, jadi sebaiknya memang Bapak menunggu di luar ya. Nanti kalau ibu sudah lebih tenang, Bapak bisa coba temui lagi."Al memandang Dina dengan tatapan y
"Untuk apa lagi Aa' masih berada di sini?" Tanya Dina tanpa memandang suaminya."Saya di sini untuk kamu, Din," jawab Al.Dina tersenyum kecut, "Dina tidak sedang membutuhkan Aa', sebaiknya Aa' pergi dan kembali ke rumah untuk beristirahat, biarkan Dina sendiri di sini," jawab Dina santai, dan masih enggan memandang suaminya."Saya tahu kamu sedang membutuhkan saya, Din, dan saya tidak akan pulang ke rumah, saya akan tetap di sini untuk kamu, untuk menjaga kamu sampai kamu sembuh," jawab Al lembut."Dina heran sama Aa', saat Dina benar-benar membutuhkan Aa' berada di sisi Dina, Aa' tidak ada untuk Dina, tapi saat sekarang Dina sudah tidak membutuhkan, Aa' justru datang menawarkan diri untuk Dina.Sudahlah, A', Aa' tidak perlu berdrama di depan Dina, Dina tahu Aa' sedang bahagia, dalam hati Aa' tengah euforia, kan? Karena pada akhirnya kehamilan Dina yang tak pernah Aa' harapkan itu berakhir," sahut Dina dengan suara parau."Kamu ngomong apa sih, Addina?" tanya Al heran, tak memahami a
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (69)Al keluar dari ruangan Dina dengan perasaan yang tak karuan, wajahnya terlihat kusut, dan sudut matanya masih terlihat basah."Al, gimana kondisi Dina?" tanya Oma Rose yang sejak tadi memang tak bisa tenang.Al hanya terdiam."Al, you okay?" tanya Reno seolah memahami arti diamnya Al."Dina nggak mau ketemu gue," jawab Al dengan pandangan kosong."Terus Dina lagi ngapain sekarang?" tanya Vio menimpali."Lagi nangis," jawab Al singkat, "mungkin sebaiknya Oma temui Dina terlebih dahulu, barang kali dengan begitu dia akan lebih terhibur," ucap Al pada Oma Rose."Bener, Oma. Biar Vio sama Reno di sini temani Al, kan yang boleh masuk cuma satu orang.Oma Rose tampak ragu."Kamu yakin nggak apa-apa Oma tinggal, Al?" tanya Oma Rose."Al nggak apa-apa, Oma. Dina lebih butuh Oma," ungkap Al kemudian berjalan dan duduk di kursi tunggu tak jauh dari ruangan Dina. Sedangkan Oma Rose, beranjak ke ruangan Dina.Reno dan Vio saling berpandangan, kemudia
"Apa mungkin ini karma ya buat gue?" ungkap Al menyimpulkan."Yaa ... Bisa aja sih, karma yang dibayar kontan, alias langsung! Mangkanya, orang tua sering wanti-wanti, kan? Hati-hati sama istri, jan sampe bikin dia sakit hati, karena wanita itu sakti gais, sekalinya lo bikin dia sakit hati, hidup lo bisa hancur," lanjut Vio membuat dua lelaki di hadapannya memandang dengan pandangan tak terima."Apaan sih, Vi, sok tau, Lo!" gerutu Al."Tau, nih, sok tau banget! Nikah aja belum, lo!" timpal Reno."Idih, nggak percayaan. Gua dengar ini dari sumber yang valid ya," sahut Vio jumawa."Dari siapa emang?" tanya Al penasaran."Dari Oma," jawab Vio mantap."Masa sih? Kok Oma nggak pernah kasih tau gue? Ngarang ya, Lo!""Iya lah, Oma nggak pernah kasih tau lo, orang Oma bicara gitu selalunya kalau nyeritain Opa gue, gimana Opa gue mengalami kehidupannya hancur setelah selingkuhin Oma. Kalau nggak percaya, tanya aja sama Oma!" pungkas Vio."Ya pantes lah, kalau sampai selingkuh sih emang udah k
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (70)Dina membuka matanya perlahan, saat matahari mulai menampakkan sinarnya, kemudian mengerjapkannya untuk mengembalikan kesadaran. Dina mengedarkan pandangan, hingga pandangannya berhenti pada seseorang yang sedang tertidur dalam posisi duduk di sisinya."Aa' Al? Kapan dia datang?" gumam Dina dalam hati. Suaminya itu tertidur dengan kedua tangan yang disendekapkan di dadanya, kemudian kepalanya bersandar sedikit mendongak."Apa dia datang sejak semalam ya? Kasihan sekali, pasti badannya capek-capek," batin Dina bersimpati.Dina menggerakkan tubuhnya perlahan, ingin bersandar sebab terlalu capek tidur dengan posisi terbaring. Perut yang masih terasa nyeri membuatnya terhalang untuk bergerak bebas.Merasakan kembali nyeri di perutnya, membuat Dina mengingat satu hal yang sangat mengguncang jiwanya. Kesedihan itu kembali menghampiri. Dina meraba perutnya perlahan, kemudian meremasnya dengan menahan isakan. Rasanya ia masih tak menyangka, jani
"Soal semalam, Dina minta maaf ya, A', Dina terlalu emosional," lanjut Dina masih tertunduk."Saya sudah memaafkan kamu sebelum kamu memintanya, Din. Saya juga minta maaf ya, semua ini terjadi juga karena kecerobohan saya," balas Al membuat Dina mengangkat kepalanya."Bagaimanapun jalannya, tetap hidup dan mati mutlak kuasa Allah, A', jadi Aa' tak perlu menyalahkan diri sendiri," balas Dina."Ya sudah, kamu lanjut makannya ya?" ucap Al seraya kembali menyuapkan makanan ke mulut Dina, tak ingin berlarut-larut membahas sesuatu yang menyesakkan dada bagi keduanya."Iya, Aa' juga makan ya?" ucap Dina."Ya, nanti saya akan makan di kantin.""Makan ini aja, A', bareng sama Dina.""Jangan, nanti kamu kekurangan nutrisi.""Dina nggak mau makan kalau Aa' nggak makan juga," balas Dina merajuk."Din ....""Ayolah, A', soal nutrisi nanti bisa ditambah lagi, kita kan bisa makan lagi? Yang penting sekarang makan bareng," pinta Dina setengah memaksa.Al menahan senyuman, ada hangat dalam hatinya mer