CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (70)Dina membuka matanya perlahan, saat matahari mulai menampakkan sinarnya, kemudian mengerjapkannya untuk mengembalikan kesadaran. Dina mengedarkan pandangan, hingga pandangannya berhenti pada seseorang yang sedang tertidur dalam posisi duduk di sisinya."Aa' Al? Kapan dia datang?" gumam Dina dalam hati. Suaminya itu tertidur dengan kedua tangan yang disendekapkan di dadanya, kemudian kepalanya bersandar sedikit mendongak."Apa dia datang sejak semalam ya? Kasihan sekali, pasti badannya capek-capek," batin Dina bersimpati.Dina menggerakkan tubuhnya perlahan, ingin bersandar sebab terlalu capek tidur dengan posisi terbaring. Perut yang masih terasa nyeri membuatnya terhalang untuk bergerak bebas.Merasakan kembali nyeri di perutnya, membuat Dina mengingat satu hal yang sangat mengguncang jiwanya. Kesedihan itu kembali menghampiri. Dina meraba perutnya perlahan, kemudian meremasnya dengan menahan isakan. Rasanya ia masih tak menyangka, jani
"Soal semalam, Dina minta maaf ya, A', Dina terlalu emosional," lanjut Dina masih tertunduk."Saya sudah memaafkan kamu sebelum kamu memintanya, Din. Saya juga minta maaf ya, semua ini terjadi juga karena kecerobohan saya," balas Al membuat Dina mengangkat kepalanya."Bagaimanapun jalannya, tetap hidup dan mati mutlak kuasa Allah, A', jadi Aa' tak perlu menyalahkan diri sendiri," balas Dina."Ya sudah, kamu lanjut makannya ya?" ucap Al seraya kembali menyuapkan makanan ke mulut Dina, tak ingin berlarut-larut membahas sesuatu yang menyesakkan dada bagi keduanya."Iya, Aa' juga makan ya?" ucap Dina."Ya, nanti saya akan makan di kantin.""Makan ini aja, A', bareng sama Dina.""Jangan, nanti kamu kekurangan nutrisi.""Dina nggak mau makan kalau Aa' nggak makan juga," balas Dina merajuk."Din ....""Ayolah, A', soal nutrisi nanti bisa ditambah lagi, kita kan bisa makan lagi? Yang penting sekarang makan bareng," pinta Dina setengah memaksa.Al menahan senyuman, ada hangat dalam hatinya mer
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (71)"Kalau memang masih ingin menunda, sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi ya Bu. Apa sebelumnya sudah pernah ber-KB?" tanya dokter Ahmad balik."Iya Dok, sebelumnya saya menggunakan KB pil," jawab Dina."Nah, kalau memang sudah cocok dengan KB pil, bisa langsung dilanjut ya, Bu. Untuk hari pertama pendarahan setelah kuretase dihitung sebagai hari pertama keluar darah haid," jelas dr. Ahmad."Baik, Dok.""Baik, ada lagi yang ingin ditanyakan?""Sepertinya tidak ada, Dok.""Ya sudah, kalau begitu saya periksa dulu ya, Bu." Dokter Ahmad kemudian mulai mengecek kondisi Dina."Pendarahannya normal kan, Bu?""Normal, Dok.""Baik, Suster tolong siapkan USG ya?" titah dr. Ahmad."Baik, Dok.""Bisa kita bicara sebentar, Pak?" ucap dr. Ahmad pada Al."Bisa, Dok."Sambil menunggu persiapan USG, dr. Ahmad berbincang dengan
"Maaf ...," ucap Al sekali lagi."Dina tahu, ini berat untuk Aa', dan sama, Dina pun tidak ingin berlaku egois pada Aa', dengan memaksakan kehendak Dina tanpa peduli dengan kesiapan Aa'," jawab Dina kemudian menghela nafasnya panjang, mencoba membesarkan hatinya demi kebaikan bersama.Al terus memandangi Dina lekat, merasa bersyukur sebab Tuhan telah menghadirkan sosok malaikat untuk membersamai hari-harinya.Al lalu mengangkat tangan Dina, dan mengecupnya lama, membuat desiran hangat mengaliri hati Dina."Terima kasih, Din ... Terima kasih," ucap Al masih dengan menciumi tangan Dina.Dina tersenyum, "sama-sama, A'," jawab Dina, yang kemudian dibalas dengan kecupan di kening oleh suaminya.Saat suasana sedang romantis-romantisnya, tiba-tiba perut Dina berbunyi."Kamu masih lapar, ya?" tanya Al menebak, sedangkan Dina hanya tersenyum kuda."Saya bilang juga apa, harusnya kamu yang habiskan makanan kamu tadi, Din.
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (72)"Pak Al?" gumamnya pelan."Ada perlu apa kamu berada di ruangan istri saya?" tanya Al sinis."Saya hanya ingin menjenguk dan memastikan kondisi Dina," jawab Ali apa adanya."Kamu tidak perlu repot-repot untuk memastikan bagaimana kondisi Dina, karena itu bukan kewajiban kamu, melainkan kewajiban saya sebagai suaminya," ucap Al penuh penekanan.Ali tersenyum, pembawaannya memang selalu tenang."Saya melakukannya bukan sebagai kewajiban, akan tetapi sebagai bentuk kepedulian terhadap teman, apakah salah?" tanya Ali dengan nada sopan, merasa segan dengan Al yang berusia jauh di atasnya."Tidak salah, hanya saja Dina tidak membutuhkannya," ucap Al mewakili kekesalan hatinya."Mohon maaf jika kehadiran saya membuat Bapak tidak berkenan, tapi sekali lagi saya tidak ada niatan apapun selain ingin menjenguk Dina," ucap Ali berusaha mengontrol emosi."Tidak seharusn
"Terus, ngapain kamu laporan sama saya? Nggak penting," sahut Al sewot."Ya penting lah, A', sebab Aa' berhak tahu siapapun yang berinteraksi dengan Dina, terlebih dia cowok, supaya Aa' nggak salah faham sama Dina," jelas Dina menyampaikan alasannya."Ya sudah, sekarang kita makan ya?" ajak Al mengalihkan pembicaraan.Dina memandang suaminya lekat, merasa aneh dengan suaminya. Tak biasanya suaminya itu hanya diam ketika ia menyebut nama Ali di hadapannya, bahkan saat ini dia terkesan tidak peduli atau menganggapnya tidak ada.Ada rasa khawatir bahwa suaminya itu tak lagi posesif dan pencemburu seperti dulu. Ada rasa khawatir akan rasa cintanya terhadap Dina akan berkurang setelah beberapa kejadian yang mereka alami. Akan tetapi Dina tetap mencoba untuk berpikir positif dan berbaik sangka, mungkin saja suaminya sudah semakin mempercayainya, sehingga tak lagi mempermasalahkan apa yang tidak seharusnya dipermasalahkan.Hal yang sama juga ten
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (73)"Apa kamu melakukannya karena sudah terlanjur terikat perjanjian dengan saya di awal?" tanya Al sekali lagi, dan berhasil membuat Dina tersentak untuk kedua kalinya."Astaghfirullah, kenapa Aa' bertanya seperti itu? Tentu bukan itu alasan Dina. Dina tidak pernah menganggap pernikahan ini main-main, A'. Sebelum Dina meminta Aa' untuk menikahi Dina, Dina sudah memantapkan hati, untuk menjalani pernikahan ini dengan sepenuh hati.Soal perjanjian itu, hanya upaya Dina untuk mendapatkan persetujuan Aa', sungguh saat itu dan sampai kapanpun, Aa' adalah tumpuan harapan Dina," jelas Dina panjang kali lebar, membuat hati Al kembali menghangat."Apa kamu bisa berjanji? Untuk tidak berpaling dari saya, selamanya?" tanya Al ingin semakin diyakinkan."Jangankan berjanji pada Aa', bahkan sejak Aa' mengucap Ijab Qobul di hadapan penghulu, Dina sudah berjanji pada Allah dan diri Dina sendiri, untuk menjalankan pernikahan ini dengan sepenuh hati, menjadik
"Kenapa?" tanya Dina menuntut penjelasan."Nggak suka aja," jawab Al membuat Dina mengerutkan keningnya."Tapi suka banget," lanjut Al dengan senyuman jailnya, bersamaan dengan itu, darah seolah mengalir lebih banyak di wajah Dina, hingga membuatnya merah merona."Aa', ih!" ucap Dina seraya memukul dada suaminya pelan, lalu membenamkan wajahnya di sana, menyembunyikan gurat merah yang menandakan ia begitu tersipu mendengar gombalan suaminya. "Menggemaskan sekali," batin Al tersenyum penuh makna.Sesaat kemudian Dina kembali memandang suaminya dengan senyuman merekah, masih dengan sisa-sisa rona merah di wajahnya."Bisa jangan pandangin saya seperti itu?""Memangnya kenapa? Halal kan?" balas Dina."Memang halal, tapi saya masih harus puasa dua minggu ini, khawatir nggak kuat kalau terus-terusan lihat kamu begitu," jawab Al membuat Dina semakin tersipu."Kalau nggak kuat jangan ditahan, A', ntar sakit.""Terus?""Ya disalurkan.""Memangnya bisa?""Bisa dong.""Kan nggak boleh sama dokt
Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi
Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya
Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila
Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang
Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj