CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (74)"Uhuuukkk!"Al tiba-tiba terbatuk mendengar ucapan Oma Rose."Pelan-pelan, Al!" ucap Oma Rose memperingati sembari beranjak dan menepuk-nepuk bahu cucunya.Al meletakkan kembali gelas di tangannya, kemudian memandang sang Oma."Mau ngapain lagi, Oma? Dipingit lagi?" tanya Al dengan pandangan meminta pengertian."Bukan, Dina hanya butuh pengawasan aja, setelah keguguran itu masa rawan, hampir sama seperti seorang yang baru saja melahirkan, butuh penjagaan ketat.Sedangkan kalau di rumah kamu, siapa yang akan menjaga Dina? siapa yang akan memantau Dina? Di sana tidak ada orang tua, Al. Memangnya kamu tahu bagaimana merawat seseorang yang baru saja mengalami keguguran?" jawab Oma Rose."Kan ada Bi Ina, Oma?""Bi Ina nggak akan bisa menjaga kalian seperti Oma menjaga kalian, dia pasti akan segan menegur kamu jika kamu melakukan kesalahan.Pokoknya Oma nggak ingin terjadi sesuatu lagi sama Dina, Oma harus memantau perkembangan Dina secara lang
Al melirik Oma dan Dina bergantian,"Tapi Oma juga benar, Dina butuh bed rest, untuk pemulihan kesehatannya, gua nggak bisa egois tanpa memikirkan kesehatan Dina. Gua nggak mau terjadi apa-apa lagi dengan Dina," batin Al.Dina yang melihat perubahan mimik wajah Alfaro, mulai paham apa yang harus dilakukannnya."Oma, Dina nggak apa-apa kok pulang ke rumah, insyaAllah Dina bisa jaga diri sendiri. Dan masalah Aa' Al, insyaAllah Dina juga bisa mengendalikannya," ucap Dina berusaha berpihak pada sang suami."Kamu yakin, Din?" tanya Oma Rose ragu."InsyaAllah, Oma!" balas Dina seraya memandang suaminya lekat."Nggak, Din. Oma benar, kamu butuh pengawasan, jadi memang sebaiknya kamu ikut pulang ke rumah Oma," sahut Al tiba-tiba membuat Oma dan Dina terkejut bersamaan."Aa' yakin? Dina nggak apa-apa lho A' pulang ke rumah," ucap Dina."Saya yakin, Din.""Alhamdulillah, Oma seneng dengernya. Ya udah, sekarang Oma bantu siap-siap ya?" sahut Oma Rose bersemangat."Tapi Al juga ikut tinggal di ru
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (75)"Kalian sedang membicarakan siapa sih?" tanya Oma Rose penasaran."Ini Oma, Kakaknya Dina," jawab Al sekenanya."Oh, kamu punya Kakak, Din? Tinggal di mana?" tanya Oma Rose yang memang tak banyak tahu tentang asal usul Dina. Al sengaja tidak ingin memberitahu Oma tentang latar belakang Dina, agar perempuan sepuh itu tidak terbebani pikirannya."Tinggal di Surabaya juga, Oma." Dina menjawab apa adanya."Oh gitu? kok Oma nggak pernah ketemu? kamu kenapa nggak pernah ajak Kakak kamu datang ke rumah untuk dikenalkan sama Oma? Waktu acara pernikahan kalian juga mereka nggak hadir?" Tanya Oma Rose membuat Dina kebingungan."Saat itu kakak Dina sedang berhalangan, Oma, lagi pula hubungan mereka kurang baik, sebab mereka lahir dari ibu yang berbeda," jelas Al menyelamatkan kebingungan Dina."Oh begitu ceritanya. Terus tadi kalian sedang membahas apa? memberi pekerjaan untuk kakak-kakaknya Dina?" tanya Oma Rose."Iya, Oma. Dina yang minta. Padahal
"Mirip dari segi apanya, Din? Ada-ada aja deh kamu.""Coba deh Aa' perhatikan. Komponen utama dari bubur ayam ini sebenarnya hanya dua hal, bubur nasi dan ayam. Terlepas dari banyaknya toping yang beragam, tetap komponen utamanya ya bubur dan ayam. Bagaimanapun bentuknya, dan bagaimanapun rasanya, selama dua komponen itu tersaji bersamaan di dalam sebuah mangkuk, maka tetap akan disebut sebagai bubur ayam.Sama seperti pernikahan, komponen utamanya hanya ada dua, suami dan istri. Bagaimanapun kondisinya, ketika ada suami dan istri terjalin dalam sebuah hubungan, maka hubungan itu disebut pernikahan. Bener, kan?" jawab Dina membuat Al manggut-manggut paham."Ya ... Bener juga," sahut Al membenarkan."Itu baru satu persamaan. Masih banyak persamaan yang lainnya kalau Aa' mau tahu," ucap Dina membuat Al penasaran."Coba kasih tau saya," pinta Al seraya terus menyuapi Dina. Dina menelan bubur di mulutnya, kemudian lanjut menjelaskan pada Al."Persamaan selanjutnya adalah bagaimana cara k
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (76)2 bulan kemudian ...Alfaro dan Addina kembali menjalani kehidupan mereka sebagaimana mestinya. Bahkan, makin hari hubungan mereka semakin harmonis. Walau tetap karakter mereka tidak mengalami perubahan, Al tetap dengan kegengsiannya, sedangkan Dina dengan sifat manjanya. Perpaduan karakter mereka menjadi bumbu yang membuat pernikahan mereka semakin berwarna.Pagi ini, Al dan Dina terlihat sudah siap menyambut kegiatan masing-masing. Seperti biasa, Al sibuk bekerja di kantor, sedangkan Dina, ini hari pertamanya kembali masuk kuliah. Dina sengaja meminta agar cutinya dipercepat, sebab ia tak tahan jika harus berdiam tanpa kegiatan selama tiga bulan."Kamu yakin mau masuk kuliah lagi?" tanya Al pada Dina."Yakin, dong, A', Dina udah bosen banget ini tiap hari cuma gegulingan di kasur," balas Dina manja.Al mengacak kepala Dina yang terbalut jilbab maroon dengan penuh sayang, "Tapi kalau gegulingannya bareng saya nggak bosen, kan?" tanya Al
"Lalu rencana kamu setelah lulus kuliah nanti apa?" tanya Al membuka pembahasan."Dulu sih Dina pengennya ngajar, A', sambil nulis novel," jawab Dina."Memangnya kamu ingin jadi guru?" "Iya, A', sejak dulu, selain jadi novelis, Dina juga ingin jadi guru. Dina ingin menghabiskan waktu Dina untuk hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain, dan khususnya untuk anak-anak Dina."Deg!Jawaban Dina bagai sentilan untuk Al. Sebab, sejak peristiwa keguguran dua bulan lalu, hingga hari ini, mereka tak pernah membahas lagi masalah ini. Semua berjalan, mengalir begitu saja. Hubungan mereka membaik, dan Dina tetap meminum pilnya tepat waktu.Ia kembali bertanya-tanya pada dirinya tentang kesiapan menjadi orang tua. Namun jawaban yang ia dapat masih abu-abu. Satu sisi ia ingin berdamai dengan masa lalu, tapi di sisi lain ia begitu takut.Melihat perubahan mimik wajah suaminya, Dina segera menangkap maksudnya, "sepertinya Aa' Al terganggu dengan ucapanku barusan," batinnya menebak."Oh ya, A', persed
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (77) - Malam Hari -Selepas sholat isya' dan makan malam, seperti biasa, Al dan Dina akan menghabiskan waktu mereka untuk duduk bersama walau dengan kesibukan masing-masing.Al dengan kesibukannya mengecek laporan via email di ponselnya, juga memantau perkembangan saham-saham yang ia miliki.Sedangkan Dina, sibuk dengan laptopnya, entah apa yang sedang dilakukannya.Sesekali mereka ngobrol, sekedar sharing atau bercanda ringan di tengah kesibukan."Tadi gimana kuliah? Lancar?" tanya Al membuka obrolan."Lancar, A', Alhamdulillah. Kalau soal kerjaan gimana?""Kerjaan ya seperti biasa, cuma tadi ada sedikit kendala di salah satu proyek kita di Malang, jadi memang agak ribet, tapi sudah beres kok," jelas Al."Aa' lagi ada proyek apa di Malang?""Pembangunan Villa," jawab Al yang hanya dianggukkan oleh Dina. Istri Al itu memang tak banyak tahu tentang pekerjaan suaminya. Bahkan ia awam dalam hal urusan arsitektur. Akan tetapi Dina selalu mencoba
Al segera mengklik file tersebut, kemudian muncul bait-bait berisi sajak yang menyayat hati.Hadirmu adalah harap, Dan pergimu adalah sesal.Kau hadir, memberikan harapan indah tentang masa depan.Namun kau pergi, meninggalkan luka yang membekas entah sampai kapan.Maafkan Bunda yang lalai ini ...Maafkan Bunda yang lemah ini ...Andai Bunda tahu hadirmu hanya untuk pergi ...Maka Bunda akan memilih untuk tak pernah memintamu hadir di dunia ini.Pedih rasanya hati ini melepasmu pergi.Segala andai selalu berkecamuk dalam hati.Andai tidak begini ... Andai tidak begitu ...Tapi, semua itu selamanya hanya akan menjadi sebuah 'andai', sebab kau tak kan pernah kembali.Terima kasih, karena sempat singgah di rahim Bunda.Terima kasih, sudah mengajarkan Bunda arti ikhlas yang sesungguhnya.Sungguh ikhlas itu tak mudah, tapi kamu berhasil mengajarkannya pada Bunda.Dan kamu perlu tahu, Nak ... mungkin kamu gagal hadir di antara Ayah dan Bunda. Tapi kamu akan selalu hadir di hati Bunda. Sela