"Apa mungkin ini karma ya buat gue?" ungkap Al menyimpulkan."Yaa ... Bisa aja sih, karma yang dibayar kontan, alias langsung! Mangkanya, orang tua sering wanti-wanti, kan? Hati-hati sama istri, jan sampe bikin dia sakit hati, karena wanita itu sakti gais, sekalinya lo bikin dia sakit hati, hidup lo bisa hancur," lanjut Vio membuat dua lelaki di hadapannya memandang dengan pandangan tak terima."Apaan sih, Vi, sok tau, Lo!" gerutu Al."Tau, nih, sok tau banget! Nikah aja belum, lo!" timpal Reno."Idih, nggak percayaan. Gua dengar ini dari sumber yang valid ya," sahut Vio jumawa."Dari siapa emang?" tanya Al penasaran."Dari Oma," jawab Vio mantap."Masa sih? Kok Oma nggak pernah kasih tau gue? Ngarang ya, Lo!""Iya lah, Oma nggak pernah kasih tau lo, orang Oma bicara gitu selalunya kalau nyeritain Opa gue, gimana Opa gue mengalami kehidupannya hancur setelah selingkuhin Oma. Kalau nggak percaya, tanya aja sama Oma!" pungkas Vio."Ya pantes lah, kalau sampai selingkuh sih emang udah k
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (70)Dina membuka matanya perlahan, saat matahari mulai menampakkan sinarnya, kemudian mengerjapkannya untuk mengembalikan kesadaran. Dina mengedarkan pandangan, hingga pandangannya berhenti pada seseorang yang sedang tertidur dalam posisi duduk di sisinya."Aa' Al? Kapan dia datang?" gumam Dina dalam hati. Suaminya itu tertidur dengan kedua tangan yang disendekapkan di dadanya, kemudian kepalanya bersandar sedikit mendongak."Apa dia datang sejak semalam ya? Kasihan sekali, pasti badannya capek-capek," batin Dina bersimpati.Dina menggerakkan tubuhnya perlahan, ingin bersandar sebab terlalu capek tidur dengan posisi terbaring. Perut yang masih terasa nyeri membuatnya terhalang untuk bergerak bebas.Merasakan kembali nyeri di perutnya, membuat Dina mengingat satu hal yang sangat mengguncang jiwanya. Kesedihan itu kembali menghampiri. Dina meraba perutnya perlahan, kemudian meremasnya dengan menahan isakan. Rasanya ia masih tak menyangka, jani
"Soal semalam, Dina minta maaf ya, A', Dina terlalu emosional," lanjut Dina masih tertunduk."Saya sudah memaafkan kamu sebelum kamu memintanya, Din. Saya juga minta maaf ya, semua ini terjadi juga karena kecerobohan saya," balas Al membuat Dina mengangkat kepalanya."Bagaimanapun jalannya, tetap hidup dan mati mutlak kuasa Allah, A', jadi Aa' tak perlu menyalahkan diri sendiri," balas Dina."Ya sudah, kamu lanjut makannya ya?" ucap Al seraya kembali menyuapkan makanan ke mulut Dina, tak ingin berlarut-larut membahas sesuatu yang menyesakkan dada bagi keduanya."Iya, Aa' juga makan ya?" ucap Dina."Ya, nanti saya akan makan di kantin.""Makan ini aja, A', bareng sama Dina.""Jangan, nanti kamu kekurangan nutrisi.""Dina nggak mau makan kalau Aa' nggak makan juga," balas Dina merajuk."Din ....""Ayolah, A', soal nutrisi nanti bisa ditambah lagi, kita kan bisa makan lagi? Yang penting sekarang makan bareng," pinta Dina setengah memaksa.Al menahan senyuman, ada hangat dalam hatinya mer
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (71)"Kalau memang masih ingin menunda, sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi ya Bu. Apa sebelumnya sudah pernah ber-KB?" tanya dokter Ahmad balik."Iya Dok, sebelumnya saya menggunakan KB pil," jawab Dina."Nah, kalau memang sudah cocok dengan KB pil, bisa langsung dilanjut ya, Bu. Untuk hari pertama pendarahan setelah kuretase dihitung sebagai hari pertama keluar darah haid," jelas dr. Ahmad."Baik, Dok.""Baik, ada lagi yang ingin ditanyakan?""Sepertinya tidak ada, Dok.""Ya sudah, kalau begitu saya periksa dulu ya, Bu." Dokter Ahmad kemudian mulai mengecek kondisi Dina."Pendarahannya normal kan, Bu?""Normal, Dok.""Baik, Suster tolong siapkan USG ya?" titah dr. Ahmad."Baik, Dok.""Bisa kita bicara sebentar, Pak?" ucap dr. Ahmad pada Al."Bisa, Dok."Sambil menunggu persiapan USG, dr. Ahmad berbincang dengan
"Maaf ...," ucap Al sekali lagi."Dina tahu, ini berat untuk Aa', dan sama, Dina pun tidak ingin berlaku egois pada Aa', dengan memaksakan kehendak Dina tanpa peduli dengan kesiapan Aa'," jawab Dina kemudian menghela nafasnya panjang, mencoba membesarkan hatinya demi kebaikan bersama.Al terus memandangi Dina lekat, merasa bersyukur sebab Tuhan telah menghadirkan sosok malaikat untuk membersamai hari-harinya.Al lalu mengangkat tangan Dina, dan mengecupnya lama, membuat desiran hangat mengaliri hati Dina."Terima kasih, Din ... Terima kasih," ucap Al masih dengan menciumi tangan Dina.Dina tersenyum, "sama-sama, A'," jawab Dina, yang kemudian dibalas dengan kecupan di kening oleh suaminya.Saat suasana sedang romantis-romantisnya, tiba-tiba perut Dina berbunyi."Kamu masih lapar, ya?" tanya Al menebak, sedangkan Dina hanya tersenyum kuda."Saya bilang juga apa, harusnya kamu yang habiskan makanan kamu tadi, Din.
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (72)"Pak Al?" gumamnya pelan."Ada perlu apa kamu berada di ruangan istri saya?" tanya Al sinis."Saya hanya ingin menjenguk dan memastikan kondisi Dina," jawab Ali apa adanya."Kamu tidak perlu repot-repot untuk memastikan bagaimana kondisi Dina, karena itu bukan kewajiban kamu, melainkan kewajiban saya sebagai suaminya," ucap Al penuh penekanan.Ali tersenyum, pembawaannya memang selalu tenang."Saya melakukannya bukan sebagai kewajiban, akan tetapi sebagai bentuk kepedulian terhadap teman, apakah salah?" tanya Ali dengan nada sopan, merasa segan dengan Al yang berusia jauh di atasnya."Tidak salah, hanya saja Dina tidak membutuhkannya," ucap Al mewakili kekesalan hatinya."Mohon maaf jika kehadiran saya membuat Bapak tidak berkenan, tapi sekali lagi saya tidak ada niatan apapun selain ingin menjenguk Dina," ucap Ali berusaha mengontrol emosi."Tidak seharusn
"Terus, ngapain kamu laporan sama saya? Nggak penting," sahut Al sewot."Ya penting lah, A', sebab Aa' berhak tahu siapapun yang berinteraksi dengan Dina, terlebih dia cowok, supaya Aa' nggak salah faham sama Dina," jelas Dina menyampaikan alasannya."Ya sudah, sekarang kita makan ya?" ajak Al mengalihkan pembicaraan.Dina memandang suaminya lekat, merasa aneh dengan suaminya. Tak biasanya suaminya itu hanya diam ketika ia menyebut nama Ali di hadapannya, bahkan saat ini dia terkesan tidak peduli atau menganggapnya tidak ada.Ada rasa khawatir bahwa suaminya itu tak lagi posesif dan pencemburu seperti dulu. Ada rasa khawatir akan rasa cintanya terhadap Dina akan berkurang setelah beberapa kejadian yang mereka alami. Akan tetapi Dina tetap mencoba untuk berpikir positif dan berbaik sangka, mungkin saja suaminya sudah semakin mempercayainya, sehingga tak lagi mempermasalahkan apa yang tidak seharusnya dipermasalahkan.Hal yang sama juga ten
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (73)"Apa kamu melakukannya karena sudah terlanjur terikat perjanjian dengan saya di awal?" tanya Al sekali lagi, dan berhasil membuat Dina tersentak untuk kedua kalinya."Astaghfirullah, kenapa Aa' bertanya seperti itu? Tentu bukan itu alasan Dina. Dina tidak pernah menganggap pernikahan ini main-main, A'. Sebelum Dina meminta Aa' untuk menikahi Dina, Dina sudah memantapkan hati, untuk menjalani pernikahan ini dengan sepenuh hati.Soal perjanjian itu, hanya upaya Dina untuk mendapatkan persetujuan Aa', sungguh saat itu dan sampai kapanpun, Aa' adalah tumpuan harapan Dina," jelas Dina panjang kali lebar, membuat hati Al kembali menghangat."Apa kamu bisa berjanji? Untuk tidak berpaling dari saya, selamanya?" tanya Al ingin semakin diyakinkan."Jangankan berjanji pada Aa', bahkan sejak Aa' mengucap Ijab Qobul di hadapan penghulu, Dina sudah berjanji pada Allah dan diri Dina sendiri, untuk menjalankan pernikahan ini dengan sepenuh hati, menjadik