Share

Hijrah Cinta Bryan
Hijrah Cinta Bryan
Penulis: Najma A

Pertemuan Pertama

Penulis: Najma A
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-13 16:17:59

"Aku tidak memesan minuman ini,” gumam seorang wanita dengan cadar yang menutupi sebagian wajah. Jemari lentiknya membetulkan kacamata yang dikenakannya. Ia mencari pelayang café itu, namun trlihat para pegawai café berlalu lalang dan masing-masing sibuk melayani pelanggan yang lain. Tidak ingin menunggu lama karena ia begitu haus dan sepuluh menit lagi kelasnya akan mulai, Zeliya akhirnya memilih bertindak sendiri. Mengembalikan minuman yang tidak dipesannya.

Tiga orang pria menginjakkan kaki di teras café. Di tengah hiruk pikuk orang yang berlalu lalang, mereka masih sempat tertawa-tawa sambil saling mengejek satu sama lain. Satu orang pria dengan tindik di telinganya, melangkah terbalik, karena ia sibuk berbincang sambil berjalan. Tanpa sengaja, punggungnya menubruk sesuatu.

“Aw, panas!” erang pria itu. Ia segera melepas jaket denim yang telah tersimbur minuman dan melemparnya ke lantai.

“Perhatikan jalan dengan baik, Mas,” ujar Zeliya setengah kesal, karena saat ia melangkah, punggung seorang pria tiba-tiba menuburuknya yang tengah membawa nampan berisi minuman cofe yang masih mengebul. Tanpa ingin mendengar kata maaf, Zeliya meneruskan jalan, namun suara pria menghentikannya.

“Hei wanita bercadar!” panggilnya. Zeliya merasa, semua pengunjung café memusatkan perhatian padanya.

Zeliya tidak menggubris, ia memiliki nama. “Hei!” teriak pria itu yang tanpa Zeliya duga, menarik ujung kerudungnya yang panjang dan membuat langkah Zelia terhenti. Emosinya tersulut karena kelakuan kurang ngajar dari pria tidak dikenalnya itu.

“Jangan kurang ngajar ya Mas, anda bisa saya laporkan,” ucap Zeliya yang kini menatap tajam seorang pria yang juga menatapnya tidak kalah tajam. Ia merasa telah dilecehkan karena pria asing itu berani-beraninya menarik kerudungnya.

“Hei hei sudah Bry, minta maaf sama ustadzah,” celetuk teman pria itu dibelakangnya. Bryan mengeluarkan nafas kasar. Masih tidak menyangka, wanita dengan cadar itu mengabaikannya beberapa detik lalu, dan kini malah menuduhnya kurang ngajar. Berani sekali.

“Apa? kurang ngajar kamu bilang? Kurang ngajar mana sama orang yang bahkan nggak minta maaf padahal udah numpahin kopi panas ke pakaian orang lain?” tanya pria yang dipanggil Bry.

Zeliya tidak menyunggingkan senyum remeh di balik cadarnya, pria didepannya ini yang ia tidak suka. Menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dia buat sendiri. Bukankah kopi tumpah tadi salahnya dan Zeliya tanpa harus mendapat maaf, sudah melupakan kejadian itu. Tapi kenapa, pria itu malah memperpanjangnya? Kekanak-kanakkan sekali.

“Saya tanya, siapa yang jalan tapi kayak undur-undur? Anda ‘kan? Seharusnya anda yang meminta maaf,” jelas Zeliya.

Teman-teman Bry yang berada di belakang terkikeh pelan, mentertawakan Bryan yang dibilang seperti hewan bernama Undur-undur. “Diam!” sentak Bryan kepada kawan-kawannya.

“Sudahlah Bry, nggak usah diperpanjang, cuma urusan kopi tumpah doang,” sela temannya. Bryan tidak mau tahu, wanita bercadar ini telah mempermalukan dirinya di depan teman-temannya.

“Aku? Hei, wanita bercadar yang tidak tahu sopan santun. Penampilanmu aja yang sok alim, tapi nggak tahu cara menghormati orang lain. Apa di ajaran agamamu nggak diajarkan cara meminta maaf huh?”

“Jangan singgung agama saya ya. Itu tidak ada kaitan dengan perilaku saya. Dan, jika anda marah karena kopi ini tumpah di baju anda, salahkan diri anda yang berjalan tidak normal. Lagi pula, pakaian itu, tinggal di cuci, beres ‘kan? Saya nggak merasa salah, karena anda yang menabrak saya,” jelas Zeliya tidak mau kalah. Ia tidak bersalah disini, mengapa dirinya yang harus meminta maaf.

Ah, tugas kuliahnya menjadi terbengkalai dan ia bisa tidak jadi memesan minuman jika berlama-lama adu urat dengan pria di hadapannya ini. Zeliya menghembuskan nafas, lalu berbalik.

“Awas aja kamu,” ancam pria yang bernama Bryan yang masih di dengar oleh telinga Zeliya yang tertutup kerudung.

“Santai bro, jangan main urat sama wanita,” ucap Alex, pria berambut pirang dengan gaya undercut. Salah satu teman Bryan yang sedikit bijak. Sedangkan tiga temannya masih menertawakan Bryan yang tampak bodoh di depan wanita itu. Beraninya hanya menggertak.

“Diem nggak kalian?!” ancam Bryan sambil menunjukkan tinjunya ke arah dua orang temannya, Fernand dan Angkasa.

“Ampun-ampun.” Ferdinand yang wajahnya paling imut diantara teman-teman Bryan mengatupkan tangan, namun bibirnya tetap tersenyum.

“Kasian cewek bercadar tadi, lo bentak-bentak gitu ya ‘kan Lex?” Ferdinand bertanya hanya ia tujukan kepada Alex yang paling bijak diantara mereka.

Alex tidak menyahut lagi, ia menunjukkan sebuah catatan. Selain bijak, pria itu ternyata suka menulis. “Gue udah catat, jadwal kita seminggu ke depan balapan di mana aja,” kata Alex menyodorkannya pada Bryan yang wajahnya masih tidak karuan.

“Kita nggak pesan minum dulu gitu?” tanya Angkasa yang sedari tadi tenggorokannya sudah kering. Apalagi ditambah melihat Bryan yang kekanak-kanakkan mencoba melawan wanita bercadar. Bertambah haruslah dirinya.

“Ah iya, biar gue yang pesankan.” Ferdinand dengan sigap langsung berjalan ke arah pelayan dan memesan beberapa minuman yang sudah sangat ia hafal. Masing-masing teman-temannya memiliki kesukaan berbeda.

“Bry? Lo denger gue?” Alex menginterupsi karena saat ia menjelaskan jadwal dan jam yang telah ia catat, si ketua geng motor yang bernama Bryan itu malah melamun.

“Oh. Kita ada tanding sama Geng Kukuruyuk?” tanya Bryan langsung, karena geng motor yang telah diucapkannya adalah geng yang sudah menjadi musuh bebuyutannya.

“Ada, malam jum’at. Tapi tenang aja, persiapan kita sudah matang menghadapi mereka. Kalau seandainya ada baku hantam, aku udah siapin personel buat lawan mereka,” jelas Alex yang penuh perencanaan itu. Bryan hanya mengangguk, menyilangkan tangan di depan dada, lantas matanya menatap ke arah jaket denim yang teronggok di kursi kosong, Ferdinand yang mengambilkan untuknya.

Saat mereka tengah mengobrol, mata Bryan melihat wanita bercadar yang adu mulut dengannya berjalan ke arah parkiran. Entah dorongan dari mana, ia yang masih belum puas membalas perlakukan wanita itu, berpamitan sebentar kepada teman-temannya.

“Aku ke parkiran bentar,” pamit Bryan, membuat teman-temannya saling pandang, namun akhirnya mengangguk saja.

Brya mengambil jaketnya yang terkena tumpahan kopi. Sesampainya di parkiran yang tepat berada di bawah pohon beringin yang rindang, ia bisa melihat wanita bercadar itu tengah memakai helem dan bersiap tancap gas.

Zeliya mengaduh saat sebuah jaket melayang ke atas kepalanya. Matanya melotot begitu melihat pria yang tadi berurusan dengannya di café tengah menyeringai. “Kenapa kamu lempar ini ke saya? Nggak sopan,” sindir Zeliya tajam, ia melipat jaket denim itu walau hatinya dongkol.

“Untuk apa sopan sama orang yang nggak tau sopan santun huh? Kamu… cucikan jaket itu.” Bryan dengan seenaknya menyuruh Zeliya untuk mencucikan jaketnya.

“Anda kenapa sih? Bukankah urusan kita sudah selesai di café tadi? Dan kenapa, saya harus mencucikan baju anda?” tanya Zeliya, ia rasanya ingin melemparkan lagi jaket denim itu ke arah wajah pria dengan perawakan tinggi itu. Namun ia urungkann, kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan. Zeliya menaruh jaket denim yang sudah terlipt itu di tanah.

“Hei, itu jaket mahal. Walau kamu menjual motor bututmu itu, nggak akan mampu untuk membelinya.” Bryan berkata dengan angkuh sambil menunjuk-nunjuk jaketnya.

“Saya nggak peduli,” balas Zeliya datar. Ia menaiki motornya, namun tanpa ia duga, kuncinya justru di rampas paksa.

“Kembalikan!” pinta Zeliya, emosinya mulai tersulut kembali. Mengapa pria ini bergitu menyebalkan?

“Nggak, sampai kamu mencucikan jaket ku.”

Zeliya mendengus, ia harus buru-buru ke kampus, “Iya. Kembalikan kucinya, aku buru-buru.”

Zeliya menengadahkan tangan, Bryan tersenyum puas seraya memberikan kunci motor itu, namun tidak sengaja tangan mereka bersentuhan, membuat Bryan seketika menatap ke arah tangannya. Ada rasa aneh dalam dirinya, namun ia menepisnya.

Hai pembacaku, kalau kalian suka ceritanya jangan lupa klik love dan masukan cerita ini ke dalam keranjang baca kalian ya sebagai dukungan b

Bab terkait

  • Hijrah Cinta Bryan   Jatuh dalam Perangkap

    "Biar aku yang menggantikan Ibu. Pak Davidson sudah sangat baik pada keluarga kita Bu, kita nggak boleh korupsi, ada gaji ada jasa,” ucap Zeliya yang tidak setuju, sang Ibu melarangnya untuk bekerja ke rumah seorang pengusaha terkenal. Erick Davidson. Ibunya sudah dua hari mengalami sakit demam dan flu serta pegal-pegal di sekujur tubuhnya. Zeliya tidak bisa tinggal diam dan tega membiarkan sang Ibu terus bekerja. “Ibu hanya takut,” lirih Syifa yang mengkhawatirkan sesuatu. “Takut kenapa Bu?” tanya Zeliya tidak mengerti.“Ibu takut saja, Pak Davidson menyukaimu.”Mendengar pernyataan Ibunya yang tidak masuk akal itu Zeliya mengernyitkan dahi. Ia tertawa, memperlihatkan gigi gingsul yang manis, selalu tersimpan dibalik cadarnya itu. Kini, dihadapan sang Ibu, ia hanya memakai kerudung serut biasa. “Nggak mungkin lah Bu. Wong aku berpakaian seperti ini, lagian Pak Davidson sudah tua Bu. Bisa-bisanya ibu suuzon.”“Pak Davidson, sering bergonta-ganti wanita. Kami, para pembantu dirumahn

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Hijrah Cinta Bryan   Hampir Ternodai

    “Apa yang kamu lakukan?” geram Eric Davidson yang baru saja datang dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri.Melihat putranya yang menindihi seorang wanita, ia merasa geram. Segera saja, ia tarik jaket yang dikenakan Bryan dan membanting tubuh anaknya ke lantai. “Bodoh! Sudah ku bilang, jangan pernah melampiaskan amarahmu pada wanita!"Bryan mengusap wajahnya yang membentur keramik. “Apa kamu bilang? Nggak salah denger aku? Bukankah kamu yang mengajariku seperti itu hah? bajingan laknat?” hardik Bryan dengan suaranya yang keras. Zeliya segera bangkit, ia bingung sendiri apakah harus pergi atau tetap menyaksikan pertengkaran antara Bryan dan seorang pria paruh baya namun masih terlihat seperti anak muda itu. Pria itu mengenakan jas, rambutnya bergaya undercut, perawakannya masih kencang.“Kamu boleh pergi,” ujar Eric pada wanita bercadar yang terlihat ketakutan. Zeliya tidak membuang kesempatan, ia segera keluar dari kamar yang kini terlaknat menurutnya. Hampir saja ia ternodai,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Hijrah Cinta Bryan   Ancaman Eric Davidson

    "Kamu tahu, Ibumu biayain kuliahmu dengan uang siapa?” Pertanyaan itu terdengar dengan nada santai, namun mengandung suatu hal, seperti gertakan tidak langsung. Apa yang sebenernya tengah diinginkan pria bernama Eric itu. Sepertinya, bukan hanya bermaksud mengucapkan terimakasih semata, pria itu pasti memiliki rencana. Mendadak Zeliya menjadi takut, tapi ia harus tetap terlihat tenang.“Ibu kerap meminjam kepada Pak Eric. Tapi, Ibu bilang sudah terbayar dengan cara potong gaji,” jelas Zeliya, tidak berani menatap mata Eric Davidson yang terlihat intens dan dalam menatapnya.Lama, Zeliya tidak mendengar perkataan lagi dari pria paruh baya itu. Ia memberanikan diri mendongak, ternyata ketakutannya benar, Eric masih dengan matanya yang menatapnya. “Pak, ada lagi yang mau dibicarakan?” tanya Zeliya, karena selain takut ia juga harus kembali pada pekerjaannya, menggantikan sang Ibu.“Maaf jika ini tidak sopan buatmu Zeliya. Kamu tidak ingin menikah?Deg!Seketika bulu kuduk dibalik kerud

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Hijrah Cinta Bryan   Supir Kaget

    "Maksud lo apa?” Wajah Bryan terlihat murka. Ia tidak suka disamakan dengan Ayahnya, walau beberapa detik lalu ia sudah membanggakan kekuasaan sang Ayah atas hukum. Ya karena pria itu kaya, bisa membeli hukum sekali pun. Entah sudah berapa kali Bryan ditangkap karena menabrak pembatas jalan, ugal-ugalan dan party di tengah jalan. Tapi lagi-lagi Bryan hanya mendekam di sel tidak sampai satu hari, beberapa jam, ia langsung keluar lagi.Zeliya memutar bola mata, ia bergegas pergi sebelum Bryan memaki-makinya di café itu. Malam harinya, ia ingin mengatakan pada sang Ibu agar besok izin saja, tidak bekerja. Perasaannya tidak enak, jika besok masuk kerja, pasti Tuan Davidson akan mengancamnya lagi atau bahkan lebih parah, pria itu berbuat macam-macam dengannya.Diam-diam Bryan memikirkan kata-kata terakhie wanita bercadar tentang menyakan ia dan sang Ayah. "Apa dia kenal dengan bokap gue?" gumamnya.“Bu, sudah mendingan?” tanya Zeliya sembari mengusap tangan sang Ibu. Syifa mengangguk lem

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Hijrah Cinta Bryan   Kekalahan Bryan

    “Apa? hahaha... kamu ngancam aku sekarang? Tidak takut, aku yakin kamu tidak akan merampas itu dariku,” jelas Bryan angkuh. Ia sudah mendapat pekerjaan sebagai model dengan gaji gede, sebenarnya tidak mesti ia bergantung terus dengan Ayanya, walau ia butuh kekayaan pria itu untuk temeng hukum dan sekalian foya-foya.“Maka hidupmu, aku pastikan akan berakhir di penjara. Kali ini, aku tidak akan main-main dengan perkataanku Bryan Davidson.”“Sial!”Bryan menghentikan motornya mendadak, membuat rem sepeda motornya terdengar mencicit dan ban roda duanya itu menggesek keras diatas aspal.Teman-teman Bryan reflek melakukan hal yang sama.“Gue mau balik!” Bryan memutuskan sendiri. Rasanya ia tidak akan fokus balapan motor jika kepalanya dipenuhi dengan pikiran-pikiran tentang pernikahan yang akan diaturkan sang Ayah untuknya.“Lo kenapa si Bry, uring-uringan begitu? Ada masalah?” tanya Alex yang mengerti gelagat sahabatnya. Walau kemarin ia teler dan tidak dapat berfikir jernih, kini kesadara

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Hijrah Cinta Bryan   Pelampiasan Bryan

    Alex mengikuti kemana Bryan pergi, namun hatinya lega ketika pria di depannya itu membelokkan sepeda motornya ke arah jalan menuju rumah Davidson. Untuk memastikannya, pria dengan kulit bersih itu tetap mengeker dibelakang.Ternyata, tujuan Bryan ke rumah hanya untuk mengganti tunggangannya menjadi roda empat. Ia tahu, jika mabuk, pasti dirinya tidak bisa pulang sendiri dengan mengenakan sepeda motornya, bisa-bisa ia mati konyol di tengah jalan akibat kecelakaan yang diperbuatnya sendiri. Belum, ia masih ingin hidup panjang dan berfoya foya bahkan jika bisa, sampai harta Davidson habis tak bersisa.Kebencian ia kepada sang Ayah bermula ketika pria itu terang-terangan membawa selingkuhan ke rumah. Mengetahui hal itu, Ibu Bryan membiarkannya dan semakin hari, kesehatannya semakin memburuk. Entah apa penyebab Ibunya

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • Hijrah Cinta Bryan   Pertemuan Eric dan Ibu Zeliya

    “Antarkan dia ke alamat yang sudah saya kirimkan,” ucap Alex, matanya mau tidak mau semakin jeli menatap wanita bercadar yang aneh menurutnya, karena menjadi Supir kaget. Baru kali ini, ia menemui, apa wanita itu tidak takut jika kliennya berbuat yang tidak-tidak? “Baik Pak,” ucap Zeliya. Ia tidak tahu, jika yang telah dimasukkan Alex ke dalam mobil adalah Bryan. Sedangkan Alex, ia tiba-tiba teringat Zeliya dari suaranya. Ingin bertanya, namun ia urungkan, karena harus mengantar Selena dengan selamat ke rumahnya. Ia lebih memdulikan Selena yang notabenenya wanita, dari pada sahabatnya, Bryan yang ia yakini akan aman bersama wanita bercadar itu. Zeliya mengernyitkan alis begitu sampai di kediaman rumah kliennya yang tentu ia tahu rumah milik siapa. Zeliya menoleh ke belakang dan ia dapati, seorang pria tertidur dengan posisi terlentang di jok belakang. Wajah pria itu, oh pria bertindik itu. “Ah pria ini lagi.” “Astaghfirullah,” lirih Zeliya. Tiba-tiba ia merasa takut jika nanti bert

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17
  • Hijrah Cinta Bryan   Namamu Siapa?

    Bryan terbangun dari tidurnya saat matahari telah meninggi. Kepalanya masih terasa begitu pening, hingga ia terus menerus memijitnya. Matanya menangkap jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan pagi.Ponselnya yang masih setia berada di saku celana bergetar. Bahkan, Bryan tertidur dalam keadaan memakai pakaian Balap tadi malam. Bryan menggeleng sendri melihat kondisinya.“Hallo, ada apa?” tanya Bryan setelah menyambut panggilan.“Gimana keadaanmu?” suara wanita terdengar di seberang. Bryan menjauhkan ponsel dari telinga, ternyata Selena yang menelpon.“Ah… aku baik-baik aja. Baru bangun tidur. Maaf ya, tadi malam nggak sempat nemuin kamu di tempat Balapan,” ujar Bryan mengingat bahwa Selena juga hadir saat acara Balapan tadi malam dan ternyata pria itu tidak mengingat bahwa tadi malam Selena menyusulnya ke Club dan hampir menyiksa wanita itu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18

Bab terbaru

  • Hijrah Cinta Bryan   Tobat

    "Setelah semua yang aku lakukan, adakah jalan tobat bagi wanita seperti aku ini, Zeliya?" lirih Selena seolah terdengar berputus asa. Zeliya mengusap bahunya lembut."Jangan pernah berputus asa, Allah itu maha pengampun. Justru, Allah senang kalau hamba-hamba yang melampaui batas datang kembali padanya. Kamu sudah menyesali semua perbuatanmu, Selena. Kamu hanya perlu memperbaiki diri, hijrah dan banyak solat tobat diiringi istighfar.""Setiap aku ingat momen-momen itu, rasanya malu dan marah pada diriku sendiri.""Itu masa lalu, Selena. Allah nggak akan liat masa lalumu, yang penting masa depanmu ini kamu gunakan sebaik-baiknya buat taat sama Allah, juga membesarkan anakmu dengan sepenuh hati. Dia bisa jadi ladang pahala buatmu.""Aamin, terimakasih Zeliya. Hanya kamu yang nggak menghakimi aku, semua keluargaku mengusirku, menatapku seolah aku adalah wanita yang hina, pelacur dan tidak pantas hidup. Aku bener-bener nggak tau lagi harus gimana.""Ka

  • Hijrah Cinta Bryan   Kedatangan Tamu

    Kehamilan Zeliya mulai beranjang memasuki trimester ke dua, dimana moodnya mulai semakin membaik. Ia pun tidak lagi terkena morning sickness yang membuat ia dan suaminya kepayahan sendiri dengan keadaan yang berbeda setelah dinyatakan positif hamil.Hari ini, suami istri itu terlihat sudah rapi dan bersiap-siap untuk melakukan cek kehamilan serta untuk melakukan USG tentang jenis kelamin bayi mereka. Bryan yang sebenarnya memaksa ikut sang istri untuk cek kandungan."Kamu tahu sayang, Ibu-ibu diluar sana banyak yang mengeluh karena suami mereka nggak pernah sama sekali ikut pemeriksaan kandungan. Kalau aku seperti mereka diluar sana, kayaknya aku bener-bener jadi Ayah yang merasa sangat bersalah, bukan pada anakku, tapi pada istriku, Ibu dari anakku itu," ungkap Bryan sembari mengusap kerudung istrinya."Akhir-akhir ini kamu mahil menggombal Mas," komentar Zeliya yang merasa perkataan suaminya amat sangat manis terdengar ditelinga."Masa? bikin kamu makin cinta ya?" goda Bryan dengan

  • Hijrah Cinta Bryan   Tespek

    Zeliya beranjak dari sajadahnya karena mendengar suara ketukan pintu dan suara orang mengucap salam. Dahinya mengernyit, tumben malam-malam begini ada tamu laki-laki ke rumah Ibunya, kira-kira siapa? "Wa'alaikumussalam, iya sebentar," jawab Zeliya, ia memasang cadar, lalu membuka pintu. Matanya membulat melihat siapa yang datang. "M-mas, k-kenapa kamu ada di sini?" bisik Zeliya lirih. Ia hampir tidak percaya ada sang suami di depan matanya, pasalnya tadi sore Bryan terlihat muak sekali melihat dirinya. Tapi kenapa kini menemuinya? "Sayang, maafkan aku," lirih Bryan dengan raut menyesal. "Siapa tamunya Nak?" Ibu Zeliya bertanya sembali menyusul keluar dari kamar. "Loh, suamimu Nak, ayo ajak ke dalam, malah pada bengong di luar, gimana tho." Syifa tersenyum menyambut menantunya. Bryan segera bersalaman dan menciumi tanyan mertuanya. "Maafkan Bryan Bu, maaf." Wajah Bryan terlihat lesu dan merasa bersalah. Ia pikir istrinya sudah menferutakan keburukan dirinya kepada Iby mertua. "Eh

  • Hijrah Cinta Bryan   Meluruskan Perkara

    Bryan terkejut karena Alex mengatainya 'Bajingan' padahal dulu pria itu hampir tidak pernah melakukannya, walau mereka masih sama-sama satu geng motor. Sahabatnya yang satu itu merupakan satu-satunya yang memiliki kata-kata lembut. Berbeda dengan Angkasa dan Ferdinand. "Gue ke rumah lo sekarang," ucap Alex dengan nafas memburu. Walau badannya terasa lelah, karena pekerjaan kantor yang membabi buta, ia rela untuk lebih lelah lagi, semata demi sahabatnya yang bodoh itu. Bagaimana bisa, Bryan masih tidak mengambil pelajaran dari kisah di masa lalu? Bisa-bisanya pria itu mengusir istri solehahnya karena terprovokasi dan cemburu oleh pria lain yang pernah berhubungan dengan istrinya di masa lalu. Alex benar-benar harus mendisiplinkan Bryan. Pria itu masih saja kekanak-kanakkan, walau sudah menjadi seorang suami. "Mau ngapain lo ke rumah gue?" tanya Bryan seperti orang bego. Alex lebih memilih mematikan ponselnya, daripada Bryan terus menelponnya untuk meminta penjelasan. Buat apa ia ke

  • Hijrah Cinta Bryan   Intervensi teman

    Teringat kembali kata-kata suaminya, Zeliya kembali menitikkan air matanya. Bryan terlihat murka ketika tahu bahwa dirinya pernah berhubungan dengan seorang pria di masa lalu. Tapi, ia berani bersumpah, tidak pernah disentuh oleh Reno, dalam artian kehormatannya tidak pernah ia gadaikan kepada pria brengsek itu."Mas... Kalau kamu mau dengerin aku..." lirih Zeliya, berdiri mematung di depan kamar. Ia tahu Bryan pasti mendengarnya, tapi pria itu memilih diam tanpa menyahut. Tidak ingin membuat suaminya semakin murka, akhirnya Zeliya memutuskan untuk pergi dari rumah, karena toh suaminya sudah menyuruhmya untuk pergi. "Mas, kalau kamu ingin aku pergi, aku akan pergi," ucap Zeliya sembari menyeka air mata. Ia hanya ingin membiarkan Bryan untuk mencerna semua yang terjadi. Pria itu sedang lelah karena pekerjaan ditambah kedatangan pria bernama Reno yang pasti sudah mengatakan yang tidak-tidak tentang hubungan sang istri dan pria itu."Tapi, aku mau pergi kemana? Kalau ke rumah Ayah, nant

  • Hijrah Cinta Bryan   Interogasi Bryan

    Zeliya kembali ke kamar mandi karena ia merasa mual terus menerus, bahkan wajahnya sudah pucat saat ini. Sudah lima kali ia memuntahkan isi perutnya, walau hanya air. Kepalanya pun sangat pening, padahal ia ditarget oleh dosen pembimbingnya untuk menyelesaikan revisi bab dua skripsinya."Zeliya!" panggil Bryan dengan namanya, bukan seperti panggilan biasanya. Zeliya yang hanya mendengar sayup-sayup panggilan itu menyahut dengan lirih dengan keadaan tubuh yang lemah.Derap kaki yang terdengar, membuat Zeliya segera keluar kamar mandi dan mendapati wajah Bryan yang lelah, bahkan pria itu kini memiliki kumis sedikit di bagian bibirnya, mungkin tidak sempat cukur. Zeliya memaksakan senyum manisnya."Kamu udah datang Mas? kamu minum apa?" tanya Zeliya. Kini ia hanya berpakaian tank top, karena ia baru selesai mandi namun ternyata ia kembali muntah terus menerus dan belum sempat berpakaian. Bryan menatap tubuh istrinya dari atas ke bawah, tubuh yang ternyata tidak han

  • Hijrah Cinta Bryan   Hubungan di Masa Lalu

    Zeliya belakangan memang disibukkan oleh konsultasi skripsi yang dilakukannya di kampus. Padahal, ia sudah negosiasi kepada dua dosen pembimbingnya agar bisa konsultasi online karena ia merasa sering tidak enak badan akhir-akhir ini, tapi sayangnya kedua dosen itu tidak mau tahu, Saat ia berjalan pelan di koridor ruangan para dosen, ia mendapat pesan dari Bryan yakni sang suami. Pria itu juga akhir-akhir ini bertambah sibuk, karena setelah resign dari perusahaan agensi modelnya, kini bergelut mengurus perusahaan Ayahnya yang besar dan memang sedang acak-acakkan, untunglah teman-teman pria itu membantu. [Sayang, maaf, malam ini aku nggak pulang ya, kerjaan aku di kantor banyak banget, nggak kelar-kelar, nggak papa ya, kamu sendirian di rumah?] Zeliya membalas dengan cepat, ia juga ingin segera agar urusan perusahaan suaminya lancar dan cepat selesai, tentu saja ia mengizinkannya, asal Bryan sibuk dengan pekerjaan dan bukan dengan yang lain. [Iya Mas, nggak papa, jangan lupa makan y

  • Hijrah Cinta Bryan   Hari Kemenangan

    Seminggu sejak Ayahnya di pindahkan ke ruang VVIP, Bryan kini sudah bisa beraktifitas kembali, juga Zeliya yang mulai fokus kuliah dan bekerja di Butik Arham.Hari ini, tepat dimana Ayahnya akan pulang dari rumah sakit karena kondisinya sudah membaik. "Kalau kamu ada kuliah, nggak papa, nggak usah ke rumah sakit Zeliya," ucap Bryan pada istrinya yang tengah mematut diri di cermin, setelah malam yang menjadikan keduanya suami istri seutuhnya, Bryan dan Zeliya menempati hanya satu kamar. Tepatnya di kamar Bryan."Iya Mas, hari ini aku juga ada janji sama dosen untuk konsul skripsiku."Bryan mengangguk, ia memasang hem berwarna biru di tubuhnya. Menjadi outer dari kaos putih polos yang begitu serasi di kulit putih bersihnya. Menghampiri istrinya yang terduduk di meja rias, menatap wajah ayu itu dari pantulan kaca."Ada apa Mas?" tanya Zeliya, membalas tatapan suaminya dari kaca."Kamu selalu cantik di mataku," balas Bryan, membuat wajah Zeliya merona.

  • Hijrah Cinta Bryan   Ujian Keimanan

    "Salat... aku pengen salat, Zel." Bryan berucap lirih di balik punggung istrinya. Zeliya mengangguk, ia menatap Mama mertuanya sekaligus memberi isyarat."Bawalah, tenangkan dia sementara," ujar Ratna walau tanpa kata, namun hanya lewat tatapan mata. Zeliya menipiskan bibir, ia juga sempat menganggukkan kepala, untuk pamit pada Ratna dan Arham.Zeliya menatap nanar punggung suaminya yang masih saja bergetar, sejak pria itu memulai salat duhanya. Zeliya sebenarnya tidak tahu juga suaminya tengah melaksanakan salat duha atau salat yang lain, yang jelas ia tahu suaminya menangis dalam salatnya.Suasana masjid yang sepi, membuat pria itu leluasa menumpahkan segala rasa sedih dan terpukulnya. Zeliya, hanya bisa mengintip suaminya dari balik tirai penghalang antara shaf wanita dan pria.Hingga satu jam lamanya, Zeliya masih menunggu suaminya beranjak, namun sepertinya pria itu amat betah di sana. Akhirnya, dengan melihat situasi, memastikan jika tidak ada

DMCA.com Protection Status