Tadi malam, banyak hal yang mereka ceritakan. Dimana Zaki terus saja mengajak wanita itu bercerita dan untuk pertama kalinya lagi setelah sekian lama dia memiliki teman cerita. Setelah bercerita banyak hal, Alisa baru mengetahui jika ternyata Zaki pernah mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan. "Nggak boleh Alisa. Ingat, Zaki itu laki-laki yang baik dan kamu nggak pantes buat dia. Kamu hanya perempuan kotor yang tidak pantas bersanding dengan laki-laki sepertinya." kata Alisa berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia tidak pantas bersama dengan laki-laki itu. Apalagi dengan keadaannya saat ini. Itu membuat Alisa semakin sadar diri bahwa semua itu tidak mudah. Dia harus bisa membuat laki-laki itu mengerti dan juga ibunya, malah dia memang tidak pantas untuk mereka. "Zaki berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dari aku. Aku tidak pantas bersanding dengannya dan kamu harus sadar diri Alisa. Kamu itu hanya perempuan kotor. Kamu tidak pantas bersanding dengannya," ucap Alisa
Semalaman dia tidak bisa tidur. Ya, Alisa memikirkan semua yang terjadi kemarin. Dia merasa bahwa karena dirinya hubungan antara Zaki dan Zahra berantakan. Jadi dia sudah memutuskan bahwa dirinya akan berhenti bekerja di toko roti milik ibunya Zaki dari pada harus terus menjadi beban di sana dan membuat Zahra merasa terganggu dengan kehadirannya, maka Alisa memilih untuk berhenti saja dari sana. "Ya, aku harus melakukan ini. Aku tidak mungkin terus berada di sana dan merusak hubungan mereka." ujar Alisa. Dia benar-benar sudah memutuskan bahwa di akan berhenti bekerja demi kebaikan banyak orang. Setelah memikirkan semua itu, Alisa memilih untuk bergegas karena dia akan pergi ke toko dan mengundurkan diri dari tempat itu. Alisa pergi ke toko tempat dimana dia bekerja. Ternyata saat dia sampai disana, Alisa melihat ada Zaki. "Assalamu'alaikum, Mas..." sapa Alisa ketika melihat ada laki-laki itu disana. Dia tau bahwa itu memang Zaki. Jadi dia memilih untuk menyapanya lebih d
Saat bangun tidur, tiba-tiba saja perutnya bergejolak dan dia merasa seperti ada yang ingin keluar dari sana. Sungguh, ini membuat Damian merasa tidak nyaman dengan semua itu sampai di mana dia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi karena tidak tahan dengan semua itu. Damian memuntahkan semua isi perutnya sampai dia merasa bahwa tenggorokannya terasa perih akibat terlalu lama muntah. "Astaga, ada apa ini?" tanya Damian sambil menatap wajahnya di dalam cermin. Dia merasa tubuhnya sehat dan tidak merasa sakit apapun. Tapi, kenapa tiba-tiba dia merasa seperti ini. Seperti ada sesuatu yang berasal dari dalam perutnya yang terus saja memaksa ingin keluar. Entah mengapa tiba-tiba terjadi keringat pada Alisa. Dia tidak bisa melupakan bayangan wanita itu hingga saat ini. "Alisa," gumam Damian ketika kembali terbayang wajah wanita itu. Kenapa sulit sekarang mencari keberadaan wanita gitu hingga. Apalagi dia yang tidak bisa melawan papanya. Rasanya Damian benar-benar ingin mengump
Claudia benar-benar memainkan perannya dengan begitu baik. Dia bahkan bisa membuat Damian yang sedang bekerja langsung terkejut ketika mendengar sebuah berita yang menyiarkan tentang pertentangan mereka. Kedua tangannya terkepal erat saat mendengar berita tersebut. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Claudia berani melakukan hal itu tanpa persetujuan darinya. Tepat setelah berita itu rilis, Damian langsung menghubungi Claudia karena dia ingin meminta penjelasan langsung dari wanita itu apa maksudnya melakukan semua ini. Sedangkan Claudia sendiri hanya tersenyum saja ketika melihat reaksi Damian terhadapnya. Dia sudah menduganya, bahwa laki-laki itu akan langsung menghubunginya ketika berita itu tayang. "Katakan apa maksudmu melakukan semua ini Claudia?" tanya Damian saat wanita itu menjawab panggilan telepon harinya. "Ada apa honey?" jawab Claudia membuat Damian naik darah. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Apalagi saat berita itu menyiarkan tentang pertu
Zaki memutuskan bahwa dia benar-benar akan melamar Alisa. Dia bahkan sudah bicara pada ibunya bahwa dia akan melamar wanita itu menjadikan istrinya. Benar yang ibunya katakan bahwa wanita itu memang wanita baik-baik, mungkin dia yang Allah kirimkan untuknya. Setelah yakin dengan semua itu, Zaki memutuskan untuk melamar Alisa. Bahkan dia sudah menyiapkan segalanya, termasuk cincin yang akan diberikan untuk wanita itu. "Ibu harap Alisa mau menerima kamu, Nak. Ibu yakin bahwa Alisa memang jodoh yang baik, jodoh yang telah Allah siapkan untuk kamu." ujar Fatimah pada putranya. Dia ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan putranya. Tidak sia-sia selama ini dia berusaha untuk mendekatkan Zaki dan juga Alisa. Terbukti jika saat ini putranya itu mau melamar Alisa. Zaki sendiri tersenyum, dia percaya bahwa pilihan orang tua adalah yang terbaik. Dia juga merasa bahwa Alisa memang jodohnya yang tertunda kemarin. Jadi sekarang Allah memberikan jalan itu untuk mereka. "Iya, Bu. Zaki hara
Alisa baru saja keluar dari rumah kontrakannya tapi tiba-tiba saja dia mendengar omongan yang tidak sedap dari para tetangganya. Mereka membicarakan tentang dirinya yang menolak lamaran dari Zaki kemarin. Samar-samar Alisa mendengar ada yang mengatakan bahwa dia wanita sombong dan aku. Merasa sok cantik menolak laki-laki seperti Zaki. "Iya, ibu-ibu. Kemaren itu memang dia nolak itu laki-laki. Saya aja heran kenapa bisa dia nolak laki-laki kayak gitu. Kan seharusnya dia beruntung, apalagi melihat laki-laki itu yang kayaknya suka banget sama dia. Sayang banget, ya Bu." gosip sana sini mulai terdengar dan itu membuat Alisa merasa tidak nyaman. Dia merasa sedikit terganggu dengan omongan-omongan para tetangganya. Mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Alisa hanya berusaha menjalani hidupnya dengan baik tanpa harus merusak kebahagiaan orang lain. Dia jika tidak mungkin menikah dan menerima lamaran dari Zaki. Apalagi dengan keadaannya saat ini. Alisa tidak ingin membuat siap
"Alisa ..." Zaki kembali mendatangi rumah Alisa. Dia benar-benar merasa penasaran dengan wanita itu. Entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya hingga membuatnya kembali mendatangi rumah Alisa. Zaki merasa bahwa saat ini wanita itu sudah tidak baik-baik saja. Ternyata benar dugaannya, saat Dia mengetuk pintu rumah Alisa. Wanita itu tidak menjawabnya. Bahkan tidak ada sahutan apapun dari dalam sana. Tapi, ternyata tetangganya datang dan menghampirinya. "Cari Alisa ya, Mas?" tanya ibu-ibu itu ketika melihat Zaki kembali datang menghampiri rumah Alisa. Zaki langsung berbalik arah dan melihat ke arah wanita yang baru saja mendatanginya. "Iya, Bu. Alisa-nya ada?" tanya Zaki pada wanita itu karena dia penasaran kemana perginya Alisa. Kenapa tidak ada sahutan apapun dari dalam sana. Itu benar-benar membuat Zaki merasa penasaran. "Alisa ada di dalam, Mas. Cuma mungkin dia nggak mau keluar. Saya yakin beliau dengar, tapi beliau sengaja nggak mau dengar. Soalnya kemarin
Puas menangis seharian, Alisa sampai lupa bahwa dia menjual makan dari pagi. Perutnya terasa lapar dan dia membutuhkan tenaga untuk bayinya saat ini. Kembali lagi, bahwa dia telah menyiksa anak yang ada di kandungannya. Dia keluar dari dalam kamarnya dan semuanya gelap. Alisa lupa menghidupkan lampu rumahnya. Ini benar-benar sangat mengerikan sekali. Dia terjun dengan begitu lamanya, hingga hari berganti malam. "Astaghfirullah, aku melewatkan sholat," ucapnya yang merasa menyesal karena dia tertidur dengan begitu lamanya hingga melewatkan kewajibannya sebagai seorang muslim. Alisa benar-benar merasa berdosa karena dia tidak melakukan kewajibannya. Maka dari itu cepat-cepat pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lalu menunaikan ibadahnya. Setalah selesai dengan kegiatannya, Alisa keluar dari rumahnya. Dia ingin mencari makanan, untuk mengganjal perutnya. Karena tidak ada apapun di rumah dan memutuskan untuk keluar dan mencari makanan. Alisa berjalan keluar dari r
Semakin hari hubungan mereka berdua semakin dekat. Alisa dan Damian semakin dekat, karena dia merasa bahwa perjuangan pria itu untuk mereka benar-benar sangat luar biasa. Apalagi saat melihat perhatian Damian pada Abidzar yang sangat luar biasa berhasil membuat Alisa mulai luluh. Dia merasa ada sesuatu dalam dirinya, yang mulai bisa menerima semuanya. Begitu juga dengan Damian. Dia merasa bahwa Alisa mulai menerima kehadiran dirinya. Tapi, di saat dia merasakan kebahagiaan itu tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk ke ruangan kerjanya tanpa permisi dan dia adalah Claudia.Melihat Damian yang terlihat berseri-seri seperti itu membuat Claudia kesal. "Lihat, kamu bisa tersenyum seperti itu di saat kamu menceraikan ku! di mana pikiranmu Damian?" seru Claudia yang tidak bisa menerima semua ini. Sulit sekali untuk bertemu dengan pria ini. Bahkan sejak pertama kali dia mendapat surat gugatan perceraian itu, Claudia tidak bisa menemui Damian. Dan beruntungnya mendapatkan kabar bahwa pria i
Damian dan Alisa berusaha menguatkan diri mereka untuk menjalani semuanya. Mereka berdua masuk ke ruangan Abidzar setelah bicara dengan dokter dan mereka harus siap dengan semua ini. Saat keduanya masuk, Mereka melihat Abidzar yang sudah duduk di atas tempat tidur rumah sakit, bersama dengan seorang perawat. Mereka berdua tersenyum, dan itu membuat Abidzar merasa ada sesuatu yang janggal di sini. "Assalamu'alaikum, anak ibu," ucap Alisa ketika melihat putranya sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Abidzar juga tersenyum sambil menjawab ucapan salam dari wanita yang memakai cadar berwarna hijau tersebut. "Waalaikumsalam." jawab Abidzar dengan sedikit canggung, dengan semua ini. Damian ikut merasa senang dan bahagia karena putranya bisa menjawab ucapan salam dari Alisa. Mereka berdua mendekat ke arah Abidzar, dan duduk di dekat putra mereka. Alisa sendiri bingung dan harus melakukan apa. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Terlalu canggung d
Damian bersama dengan Alisa pergi menemui dokter untuk membahas tentang kesehatan putra mereka. Di sini, Alisa benar-benar mendengarkan dengan seksama walau dia tidak tahu apa yang dibicarakan dokter itu dengan Damian karena mereka bicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Tapi, saat melihat reaksi Damian, Alisa yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres di sini. Terlebih saat mereka mengetahui bahwa Abidzar seperti tidak mengenal mereka tadinya. Setelah bicara dengan dokter, dan berjabatan tangan, Damian membawa Alisa keluar dari ruangan itu setelah mengetahui penjelasan dari dokter. "Sebenarnya apa yang terjadi? Abidzar baik-baik saja bukan?" tanya Alisa karena dia juga penasaran mendengar apa yang dijelaskan dokter tadi pada Damian. Damian sendiri juga bingung jelaskannya. Bagimana cara dia menjelaskan semua ini pada Alisa, tentang apa yang terjadi pada putra mereka. "Tenang, Alisa. Abidzar akan baik-baik saja." jawaban yang Damian berikan tidak membuat Alisa merasa puas. Bahka
Alisa tidak menyangka jika Damian benar-benar mempersiapkan segalanya untuk sang Putra. Semua dipersiapkan dengan begitu baik, sampai Alyssa terkenal dengan semua fasilitas yang di dapatkan Abidzar. Ada sedikit rasa yang membuatnya terharu, bahwa pria itu benar-benar bertanggung jawab atas putra mereka. Putra mereka? entah mengapa tiba-tiba saja Alisa berpikir demikian. Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa Abidzar memang putra mereka. Bahkan semuanya sangat mirip dengan Damian. "Alisa?" panggil Damian tiba-tiba hingga membuat wanita itu langsung menjauh. Dia baru saja memikirkan hal itu, tapi pria itu sudah datang dan membuatnya terkejut.Tapi, Damian sendiri langsung mengerti dengan ketakutan Alisa. Dia tetap berdiri di tempatnya, dan tidak mendekat ke arah Alisa."Aku tidak akan menyakitimu, Alisa. Aku hanya ingin bicara saja. Maksudnya, kau bisa pulang lebih dulu dan biarkan aku yang menunggu Abidzar di sini. Aku-""Tidak perlu. Aku akan tetap di sini. Lagi pula aku membawa pakai
Damian buru-buru datang ke rumah sakit setelah berdebat dengan ayahnya. Dia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan pria itu tentang dirinya. Yang jelas, dia benar-benar harus bercerai dengan Claudia. Seperti saat ini, dia yakin bahwa Claudia sedang menerima kabar tentang perceraian mereka, maka Claudia terus saja menghubunginya. Tapi, Damian sama sekali tidak peduli. Dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, karena dia hanya fokus pada Alisa dan juga Abidzar saja. "Maaf, aku terlambat," ucap Damian ketika dia sampai di rumah sakit. Dia melihat Alisa yang sedang duduk ditemani oleh sopir yang sudah dia siapkan. "Bagaimana hari mu, Alisa?" tanya Damian yang memulai pembicaraan di antara mereka. Berharap bawa Alisa mau menjawab dirinya. "Aku baik-baik saja," jawab alis adalah itu membuat Damian tersenyum walau hanya jawaban sederhana seperti itu sudah membuatnya bahagia. Setidaknya Alisa mulai mau bicara dengannya dan itu membuat Damian semakin bersemangat untuk meluluhkan hati wan
Alisa langsung menghubungi Tika setelah dia sampai di London. Tak lupa dia juga menceritakan di mana dia berada saat ini, karena pria bernama Damian itu membawanya ke sebuah apartemen untuk di tinggalinya selama di sini. "Terus gimana? Dia tinggal sama kamu juga?" tanya Tika penasaran dengan keberadaan pria itu, karena Tika tau bahwa Alisa tidak akan mungkin mau tinggal satu atap dengan pria yang bukan mahramnya. "Aku tidak tau dimana dia berada saat ini, Tika. Di rumah ini hanya ada aku dan saja. Bahkan sejak dia membukakan pintu untuk ku tidak ada orang lagi di sini. Tapi, yang membuat ku heran kenapa ada begitu banyak pakaian wanita di sini. Bahkan sampai cadarnya juga ada. Dia menyiapkannya dengan begitu lengkap untukku, Tika." jelas Alisa.Dia menceritakan pada Tika tentang apa saja yang terjadi di sini. Sampai apa saja yang di persiapkan untuk dirinya."Sudahlah, nikmati saja dirimu di sana. Fokus untuk kesehatan Abidzar dan segera pulang karena aku merindukan kalian." ujar Ti
Akhirnya Alisa ikut, walau rasanya sangat berat sekali. Tapi dia melakukan semua ini demi Abidzar, seperti apa uang Tika katakan padanya. Lakukan semua ini demi putranya. Maka dia akan melakukannya. Selama di dalam penerbangan, dia terus saja diam. Tidak ada pembicaraan apa pun di antara mereka berdua. Dimana Alisa masih tetap diam sambil mengkhawatirkan keadaan putranya. Sedangkan Damian, dia kerap kali mencuri pandang ke arah wanita itu. Sayangnya, Alisa sama sekali tidak peduli dengan hal itu. Bahkan dia tidak tahu jika pria yang berada di dekatnya itu kerap kali menjadi panah ke arahnya, karena dia memang tidak memiliki perasaan sepeka itu. "Tidurlah, Alisa. Kau sudah cukup lelah hari ini," ucap Damian karena dia tahu bahwa wanita itu pasti merasa lelah. Sejak tadi dia memperhatikannya, jika Alisa itu merasa ngantuk. Hanya saja dia menahan semua rasa itu demi menjaga anak mereka. "Aku tidak membutuhkan perhatian darimu." jawaban dari Alisa membuat Damian terdiam.
Walau Alisa tidak membiarkannya membawa Abidzar, Damian masih tetap pada keputusannya untuk membawa Abidzar luar negeri demi kebaikan putranya. Dia sudah tidak peduli jika Alisa marah, yang terpenting baginya adalah kesehatan putranya. Ya, Alisa yang mendengar bahwa putranya akan dibawa pergi ke luar negeri membuatnya langsung menghampiri pria itu. Dia benar-benar tidak percaya bahwa Damian bisa berbuat sesuka hatinya. "Apa-apaan ini hah? kenapa kamu berbuat sesuka hati kamu?" sentak Alisa ketika berhadapan dengan Damian. Alisa langsung meluapkan emosi dan ketika berhadapan dengan pria itu. Bahkan rasanya dia ingin mencakar wajah Damian saat itu juga. "Apa lagi, Alisa? aku melakukan semuanya demi kebaikan Abidzar. Terserah jika kamu tidak ingin menganggap bahwa aku adalah ayah dari putra mu. Kenyatannya, aku adalah ayahnya dan aku berhak atas diri putraku. Aku memiliki hak yang sama dengan dirimu!" jawab Damian yang membuat Alisa langsung meradang. "Atas dasar apa kamu bisa meng
Tika berusaha untuk membujuk Alisa agar mau membawa Abidzar. Tapi, wanita bernama Alisa itu tidak mau melakukannya. Egonya masih setinggi langit dan dia belum bisa menerima keadaan saat ini, bahwa Abidzar memang membutuhkan perawatan yang lebih baik dari di negara ini."Ayolah, Alisa. Kamu tidak bisa egois terus-terusan seperti ini. Bagimana pun kamu harus memikirkan keadaan putramu. Bukan aku menyayangkan pengobatan di sini, hanya bisa jadi luar negeri lebih baik fasilitasnya. Tolong jangan pikirkan apapun tentang laki-laki itu. Fokus saja pada kesehatan mentalmu dan juga putramu, karena saat ini hanya itu yang bisa menolong dirimu sendiri." jelas Tika. Dia berharap bahwa Alisa benar-benar bisa mengontrol dirinya dan tidak terus berputar dalam masa lalunya. Dia tidak menyalahkan siapa-siapa di sini, hanya saja Alisa harus memikirkan keadaan putranya yang membutuhkan penanganan secepatnya. Abidzar masih memiliki kesempatan untuk kembali pulih, dan mungkin saja jalan satu-satunya memb