"Alisa ..." Zaki kembali mendatangi rumah Alisa. Dia benar-benar merasa penasaran dengan wanita itu. Entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya hingga membuatnya kembali mendatangi rumah Alisa. Zaki merasa bahwa saat ini wanita itu sudah tidak baik-baik saja. Ternyata benar dugaannya, saat Dia mengetuk pintu rumah Alisa. Wanita itu tidak menjawabnya. Bahkan tidak ada sahutan apapun dari dalam sana. Tapi, ternyata tetangganya datang dan menghampirinya. "Cari Alisa ya, Mas?" tanya ibu-ibu itu ketika melihat Zaki kembali datang menghampiri rumah Alisa. Zaki langsung berbalik arah dan melihat ke arah wanita yang baru saja mendatanginya. "Iya, Bu. Alisa-nya ada?" tanya Zaki pada wanita itu karena dia penasaran kemana perginya Alisa. Kenapa tidak ada sahutan apapun dari dalam sana. Itu benar-benar membuat Zaki merasa penasaran. "Alisa ada di dalam, Mas. Cuma mungkin dia nggak mau keluar. Saya yakin beliau dengar, tapi beliau sengaja nggak mau dengar. Soalnya kemarin
Puas menangis seharian, Alisa sampai lupa bahwa dia menjual makan dari pagi. Perutnya terasa lapar dan dia membutuhkan tenaga untuk bayinya saat ini. Kembali lagi, bahwa dia telah menyiksa anak yang ada di kandungannya. Dia keluar dari dalam kamarnya dan semuanya gelap. Alisa lupa menghidupkan lampu rumahnya. Ini benar-benar sangat mengerikan sekali. Dia terjun dengan begitu lamanya, hingga hari berganti malam. "Astaghfirullah, aku melewatkan sholat," ucapnya yang merasa menyesal karena dia tertidur dengan begitu lamanya hingga melewatkan kewajibannya sebagai seorang muslim. Alisa benar-benar merasa berdosa karena dia tidak melakukan kewajibannya. Maka dari itu cepat-cepat pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lalu menunaikan ibadahnya. Setalah selesai dengan kegiatannya, Alisa keluar dari rumahnya. Dia ingin mencari makanan, untuk mengganjal perutnya. Karena tidak ada apapun di rumah dan memutuskan untuk keluar dan mencari makanan. Alisa berjalan keluar dari r
Alisa terus menangis ketika mengetahui bahwa dia adalah Zaki harus dinikahkan saat itu juga. Dia sendiri masih belum percaya dengan semuanya. Bagaimana bisa tiba-tiba saja hidupnya kembali berantakan, di saat dia ingin memulai semuanya dari awal lagi. Tapi, hanya dengan sesaat saja hidupnya kembali hancur berantakan. Ini benar-benar membuatnya takut. "Alisa, saya mohon sudah. Ini sudah terjadi dan kita harus menerimanya. Aku akan bertanggung jawab dan menjadi suami yang baik untuk kamu, Alisa," ucap Zaki yang berusaha untuk memenangkan wanita itu. Dia tahu bahwa ini memang tidak mudah bagi Alisa. Tapi, semuanya sudah terjadi dan mereka harus menerimanya. Lagi pula pernikahan ini sah. Mereka menikah secara agama. Setelah ini, aku akan mengurus pernikahan kita. Kita akan menikah secara hukum negara setelah ini, Alisa." ujar Zaki pada Alisa. Berharap bahwa wanita itu bisa sedikit merasa lebih tenang dengan apa yang dia katakan saat ini. Tapi, tidak seperti itu karena Alisa bukan m
Setelah malam itu, Alisa tidak tau harus melakukan apa lagi. Bagaimana hidupnya setelah ini. Kenapa lagi-lagi dia mengalami ujian yang mengerikan seperti ini. Baru saja Alisa bangun tidur, tiba-tiba saja pintu rumahnya kembali di ketuk. Siapa yang datang ke rumahnya pagi-pagi seperti ini? "Assalamualaikum, Alisa...ini saya, Zaki," ucap laki-laki itu setelah dia mengetuk pintu rumah Alisa. "Alisa, Saya tahu kamu ada di dalam. Saya juga tahu kalau kamu sudah bangun, Alisa. Tolong buka pintunya karena kita harus bicara." lanjut Zaki karena mereka ingin bicara. Dia harus membicarakan tentang hal ini dengan Alisa. Bagaimanapun pernikahan mereka itu sah, dan mereka harus bicara berdua. Banyak hal yang ingin mereka bicarakan. Terutama tentang apa yang akan terjadi selanjutnya nanti. "Biar ibu saja, Zaki." ucap Fatimah pada putranya itu. Dia harus membicarakan tentang hal ini juga, karena bagaimana pun dia juga harus terlibat dengan hubungan ini. Apalagi dia tahu jika Alisa past
Zahra mulai curiga karena tidak ada siapapun di toko hari ini. Dia mulai mencari tahu di mana keberadaan Zaki dan juga ibunya. Kenapa sudah siang seperti ini mereka belum juga datang. Entah mengapa rasanya dia berpikir bahwa mereka pasti mendatangi Alisa.Ya, pasti mereka berdua mendatangi wanita itu. Mengingatnya membuat Zahra mulai kesal. "Sebenarnya apa yang membuat mereka semua tertarik dengan Alisa. Aku yang sedang berusaha selama ini untuk menarik perhatian mas Zaki. Tapi, kenapa Alisa terus-terusan yang menjadi perhatiannya. Kenapa hanya wanita itu saja yang ditujunya, sedangkan aku ada di sini. Di depan matanya. Aku yang selalu bersamanya tapi kenapa harus Alisa. Kenapa, Mas?" gumam Zahra.Dia sudah berusaha melakukan banyak hal selama ini agar Zaki melihatnya. Tapi, tetap saja dia kalah dengan wanita yang baru datang beberapa saat dalam hidup Zaki. Zahra yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan wanita itu. Tapi, apa yang disembunyikannya. Dia terlihat sebatang kara dan tida
Zaki pulang ke rumah Alisa malam, setelah dia pulang dari bengkelnya. Malam itu, dia pulang ke rumah Alisa dengan membawa sekotak martabak yang mungkin saja Alisa suka. Sayang, saat dia pulang ke rumah Alisa sedang berada di dalam kamar mandi. Zaki memilih untuk menunggu sampai wanita itu keluar dari kamar mandi baru dia masuk, karena Zaki takut jika Alisa kaget atau merasa tidak nyaman dengan kehadirannya nanti.Mendengar suara Alisa yang sudah keluar dari kamar mandi membuat Zaki langsung mengantuk pintu rumahnya. Dia berharap bahwa wanita itu segera membuka pintu kamarnya nanti. "Assalamualaikum, Alisa." terdengar suara Zaki yang memanggil namanya membuat Alisa langsung menuju depan dan membuka pintu rumahnya."Waalaikumsalam, Mas." jawab Alisa setelah membuka pintu untuk Zaki.Terlihat jika saat itu Zaki membawa sekotak martabak yang berada di dalam kantung kresek yang membuat Alisa terlihat begitu menginginkannya."Kamu, mau Alisa?" terlihat wanita itu yang langsung mengangguk
Zaki benar-benar kecewa setelah mengetahui apa yang terjadi sebenarnya di sini. Dia tidak menyangka bahwa ternyata Alisa sedang mengandung anak orang lain. Tapi, bagaimana bisa dia sedang mengandung anak orang lain dan tidak meminta pertanggungjawaban dari orang tersebut. Sungguh, rasanya Zaki sangat kecewa. Dia benar kecewa dengan apa yang terjadi saat ini. Fatimah menghampiri putranya yang terlihat sedang memikirkan beban berat saat ini. Entah apa yang ada di pikiran Zaki, jadi sebagai seorang ibu dia menghampiri putranya. "Ada apa, Nak? kenapa kamu terlihat seperti memikirkan beban berat?" tanya Fatimah pada putranya. Dia ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya di sini. Apakah memang benar ada beban berat yang sedang dipikirkan Zaki. Zaki melirik ke arah ibunya sekilas lalu kembali menghembuskan nafasnya dengan berat. Rasanya sulit sekali untuk mengendalikan dirinya saat ini. Dia benar-benar tidak bisa percaya dengan apa yang dia jalani sekarang. "Ada apa, Zaki? ceritakan pada
Keadaan Alisa benar-benar sangat menyedihkan. Dia diseret dan diusir paksa dari sana, mereka mengetahui bahwa dia hamil diluar nikah. Bahkan membuatnya semakin sakit hati ketika orang-orang di sana mengatakan bahwa dia perempuan murahan dan dia perempuan jalang. Mereka sama sekali tidak tahu apa yang dirasakan selama ini. Dia adalah korban rudapaksa, hingga membuatnya mengandung saat ini. Dia berusaha untuk bangkit dan setelahnya, dia kembali dihantam dengan cobaan yang begitu berat untuknya. Alisa benar-benar diusir dari sana dan bahkan dia tidak diperbolehkan lagi untuk kembali ke tempat itu. Jdar!Sambaran petir yang menyambar membuatnya tidak takut sedikitpun. Hidupnya sudah lebih menyakitkan dari ini, jadi tidak ada lagi yang lebih menyakitkan dari apa yang dia rasakan sekarang. Bahkan petir yang menyambar pun tidak membuatnya takut sedikitpun. Hujan turun dengan begitu derasnya, hingga membuat tubuh Alisa basah diguyur air hujan yang turun dari langit. Tangisnya terdengar be
Semakin hari hubungan mereka berdua semakin dekat. Alisa dan Damian semakin dekat, karena dia merasa bahwa perjuangan pria itu untuk mereka benar-benar sangat luar biasa. Apalagi saat melihat perhatian Damian pada Abidzar yang sangat luar biasa berhasil membuat Alisa mulai luluh. Dia merasa ada sesuatu dalam dirinya, yang mulai bisa menerima semuanya. Begitu juga dengan Damian. Dia merasa bahwa Alisa mulai menerima kehadiran dirinya. Tapi, di saat dia merasakan kebahagiaan itu tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk ke ruangan kerjanya tanpa permisi dan dia adalah Claudia.Melihat Damian yang terlihat berseri-seri seperti itu membuat Claudia kesal. "Lihat, kamu bisa tersenyum seperti itu di saat kamu menceraikan ku! di mana pikiranmu Damian?" seru Claudia yang tidak bisa menerima semua ini. Sulit sekali untuk bertemu dengan pria ini. Bahkan sejak pertama kali dia mendapat surat gugatan perceraian itu, Claudia tidak bisa menemui Damian. Dan beruntungnya mendapatkan kabar bahwa pria i
Damian dan Alisa berusaha menguatkan diri mereka untuk menjalani semuanya. Mereka berdua masuk ke ruangan Abidzar setelah bicara dengan dokter dan mereka harus siap dengan semua ini. Saat keduanya masuk, Mereka melihat Abidzar yang sudah duduk di atas tempat tidur rumah sakit, bersama dengan seorang perawat. Mereka berdua tersenyum, dan itu membuat Abidzar merasa ada sesuatu yang janggal di sini. "Assalamu'alaikum, anak ibu," ucap Alisa ketika melihat putranya sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Abidzar juga tersenyum sambil menjawab ucapan salam dari wanita yang memakai cadar berwarna hijau tersebut. "Waalaikumsalam." jawab Abidzar dengan sedikit canggung, dengan semua ini. Damian ikut merasa senang dan bahagia karena putranya bisa menjawab ucapan salam dari Alisa. Mereka berdua mendekat ke arah Abidzar, dan duduk di dekat putra mereka. Alisa sendiri bingung dan harus melakukan apa. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Terlalu canggung d
Damian bersama dengan Alisa pergi menemui dokter untuk membahas tentang kesehatan putra mereka. Di sini, Alisa benar-benar mendengarkan dengan seksama walau dia tidak tahu apa yang dibicarakan dokter itu dengan Damian karena mereka bicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Tapi, saat melihat reaksi Damian, Alisa yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres di sini. Terlebih saat mereka mengetahui bahwa Abidzar seperti tidak mengenal mereka tadinya. Setelah bicara dengan dokter, dan berjabatan tangan, Damian membawa Alisa keluar dari ruangan itu setelah mengetahui penjelasan dari dokter. "Sebenarnya apa yang terjadi? Abidzar baik-baik saja bukan?" tanya Alisa karena dia juga penasaran mendengar apa yang dijelaskan dokter tadi pada Damian. Damian sendiri juga bingung jelaskannya. Bagimana cara dia menjelaskan semua ini pada Alisa, tentang apa yang terjadi pada putra mereka. "Tenang, Alisa. Abidzar akan baik-baik saja." jawaban yang Damian berikan tidak membuat Alisa merasa puas. Bahka
Alisa tidak menyangka jika Damian benar-benar mempersiapkan segalanya untuk sang Putra. Semua dipersiapkan dengan begitu baik, sampai Alyssa terkenal dengan semua fasilitas yang di dapatkan Abidzar. Ada sedikit rasa yang membuatnya terharu, bahwa pria itu benar-benar bertanggung jawab atas putra mereka. Putra mereka? entah mengapa tiba-tiba saja Alisa berpikir demikian. Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa Abidzar memang putra mereka. Bahkan semuanya sangat mirip dengan Damian. "Alisa?" panggil Damian tiba-tiba hingga membuat wanita itu langsung menjauh. Dia baru saja memikirkan hal itu, tapi pria itu sudah datang dan membuatnya terkejut.Tapi, Damian sendiri langsung mengerti dengan ketakutan Alisa. Dia tetap berdiri di tempatnya, dan tidak mendekat ke arah Alisa."Aku tidak akan menyakitimu, Alisa. Aku hanya ingin bicara saja. Maksudnya, kau bisa pulang lebih dulu dan biarkan aku yang menunggu Abidzar di sini. Aku-""Tidak perlu. Aku akan tetap di sini. Lagi pula aku membawa pakai
Damian buru-buru datang ke rumah sakit setelah berdebat dengan ayahnya. Dia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan pria itu tentang dirinya. Yang jelas, dia benar-benar harus bercerai dengan Claudia. Seperti saat ini, dia yakin bahwa Claudia sedang menerima kabar tentang perceraian mereka, maka Claudia terus saja menghubunginya. Tapi, Damian sama sekali tidak peduli. Dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, karena dia hanya fokus pada Alisa dan juga Abidzar saja. "Maaf, aku terlambat," ucap Damian ketika dia sampai di rumah sakit. Dia melihat Alisa yang sedang duduk ditemani oleh sopir yang sudah dia siapkan. "Bagaimana hari mu, Alisa?" tanya Damian yang memulai pembicaraan di antara mereka. Berharap bawa Alisa mau menjawab dirinya. "Aku baik-baik saja," jawab alis adalah itu membuat Damian tersenyum walau hanya jawaban sederhana seperti itu sudah membuatnya bahagia. Setidaknya Alisa mulai mau bicara dengannya dan itu membuat Damian semakin bersemangat untuk meluluhkan hati wan
Alisa langsung menghubungi Tika setelah dia sampai di London. Tak lupa dia juga menceritakan di mana dia berada saat ini, karena pria bernama Damian itu membawanya ke sebuah apartemen untuk di tinggalinya selama di sini. "Terus gimana? Dia tinggal sama kamu juga?" tanya Tika penasaran dengan keberadaan pria itu, karena Tika tau bahwa Alisa tidak akan mungkin mau tinggal satu atap dengan pria yang bukan mahramnya. "Aku tidak tau dimana dia berada saat ini, Tika. Di rumah ini hanya ada aku dan saja. Bahkan sejak dia membukakan pintu untuk ku tidak ada orang lagi di sini. Tapi, yang membuat ku heran kenapa ada begitu banyak pakaian wanita di sini. Bahkan sampai cadarnya juga ada. Dia menyiapkannya dengan begitu lengkap untukku, Tika." jelas Alisa.Dia menceritakan pada Tika tentang apa saja yang terjadi di sini. Sampai apa saja yang di persiapkan untuk dirinya."Sudahlah, nikmati saja dirimu di sana. Fokus untuk kesehatan Abidzar dan segera pulang karena aku merindukan kalian." ujar Ti
Akhirnya Alisa ikut, walau rasanya sangat berat sekali. Tapi dia melakukan semua ini demi Abidzar, seperti apa uang Tika katakan padanya. Lakukan semua ini demi putranya. Maka dia akan melakukannya. Selama di dalam penerbangan, dia terus saja diam. Tidak ada pembicaraan apa pun di antara mereka berdua. Dimana Alisa masih tetap diam sambil mengkhawatirkan keadaan putranya. Sedangkan Damian, dia kerap kali mencuri pandang ke arah wanita itu. Sayangnya, Alisa sama sekali tidak peduli dengan hal itu. Bahkan dia tidak tahu jika pria yang berada di dekatnya itu kerap kali menjadi panah ke arahnya, karena dia memang tidak memiliki perasaan sepeka itu. "Tidurlah, Alisa. Kau sudah cukup lelah hari ini," ucap Damian karena dia tahu bahwa wanita itu pasti merasa lelah. Sejak tadi dia memperhatikannya, jika Alisa itu merasa ngantuk. Hanya saja dia menahan semua rasa itu demi menjaga anak mereka. "Aku tidak membutuhkan perhatian darimu." jawaban dari Alisa membuat Damian terdiam.
Walau Alisa tidak membiarkannya membawa Abidzar, Damian masih tetap pada keputusannya untuk membawa Abidzar luar negeri demi kebaikan putranya. Dia sudah tidak peduli jika Alisa marah, yang terpenting baginya adalah kesehatan putranya. Ya, Alisa yang mendengar bahwa putranya akan dibawa pergi ke luar negeri membuatnya langsung menghampiri pria itu. Dia benar-benar tidak percaya bahwa Damian bisa berbuat sesuka hatinya. "Apa-apaan ini hah? kenapa kamu berbuat sesuka hati kamu?" sentak Alisa ketika berhadapan dengan Damian. Alisa langsung meluapkan emosi dan ketika berhadapan dengan pria itu. Bahkan rasanya dia ingin mencakar wajah Damian saat itu juga. "Apa lagi, Alisa? aku melakukan semuanya demi kebaikan Abidzar. Terserah jika kamu tidak ingin menganggap bahwa aku adalah ayah dari putra mu. Kenyatannya, aku adalah ayahnya dan aku berhak atas diri putraku. Aku memiliki hak yang sama dengan dirimu!" jawab Damian yang membuat Alisa langsung meradang. "Atas dasar apa kamu bisa meng
Tika berusaha untuk membujuk Alisa agar mau membawa Abidzar. Tapi, wanita bernama Alisa itu tidak mau melakukannya. Egonya masih setinggi langit dan dia belum bisa menerima keadaan saat ini, bahwa Abidzar memang membutuhkan perawatan yang lebih baik dari di negara ini."Ayolah, Alisa. Kamu tidak bisa egois terus-terusan seperti ini. Bagimana pun kamu harus memikirkan keadaan putramu. Bukan aku menyayangkan pengobatan di sini, hanya bisa jadi luar negeri lebih baik fasilitasnya. Tolong jangan pikirkan apapun tentang laki-laki itu. Fokus saja pada kesehatan mentalmu dan juga putramu, karena saat ini hanya itu yang bisa menolong dirimu sendiri." jelas Tika. Dia berharap bahwa Alisa benar-benar bisa mengontrol dirinya dan tidak terus berputar dalam masa lalunya. Dia tidak menyalahkan siapa-siapa di sini, hanya saja Alisa harus memikirkan keadaan putranya yang membutuhkan penanganan secepatnya. Abidzar masih memiliki kesempatan untuk kembali pulih, dan mungkin saja jalan satu-satunya memb