“Ardi tidak suka bersentuhan dengan lawan jenis,” ucap pak Surya karena melihat ekspresi Mita yang keheranan.
“Kenapa? Mita sudah mandi dan mencuci tangan ko,” tanya Mita sedikit cemberut.
“Maafkan saya nona, tapi kita bukan mukhrim sehingga tidak di perbolehkan untuk bersentuhan satu sama lain,” Ucap Ardi lembut. “Kalau begitu saya permisi dulu pak,” pamitnnya kemudian.
Mita hanya menatap aneh pada laki-laki berbadan tinggi tegap dengan bentuk wajah oval, hidung bangir, bibir sedikit tebal, berkulit putih, berpakain rapih serta aroma tubuh yang wangi.
“Ekhem. Dia tampan bukan?” goda pak Surya.
“Banget. Em, maksud Mita biasa aja.” Mita terlihat salah tingkah.
"Jika kau mau papah bisa memberikan nomor ponselnya." pak Suyra tertawa melihat ekspresi putrinya yang gelagapan dan salah tingkah.
Waktu bergulir tidak dapat di kendalikan. Setelah pertemuan pertamanya dengan Ardi, Mita semakin sering datang ke kantor papahnya dan perlahan tapi pasti ia mulai akrab dengn Ardi bahkan mereka sempat beberapa kali makan siang bersama. Di mata Mita Ardi adalah sosok laki-laki yang sempurna, tampan, pintar, lembut dan sangat sopan. Beberapa kali mereka ngobrol berdua namun pandangan Ardi selalu menunduk dan tidak berani beradu pandang. Mita pun semakin di buat kagum setelah mengetahui ternyata Ardi berasal dari panti asuhan dan bekerja siang malam agar dapat membiayai kuliahnya, dan hebatnya lagi dalam segala keterbatasnnya Ardi berhasil lulus kuliah dengan predikat cumlaude.
Rasa kagum lambat laun berubah menjadi desir-desir halus yang tercipta di hati Mita, di mana ia selalu senyum-senyum sendiri manakala membayangkan wajah Ardi dan setiap kali mereka bertemu dada Mita selalu bergemuruh dan menciptakan perasaan aneh yang tidak pernah Mita rasakan sebelumnya.
Hari itu entah kenapa perasaan Mita sangat gundah seakan memberikan isyarat jika akan terjadi hal yang tidak baik. Mita mencoba meredn rasa gundahnya dengan berolahraga dan mendengarkan musik hingga tiba-tiba ponselnya berbunyi dan terpangpang nama ‘Ardia” di layar. Dengan perasaan senang bercampur grogi Mita segera mengangkat panggilan telepon tersebut dengan senyum tersipu.
“Ha-halo.” Suara Mita sedikit gemetar karena salah tingkah.
“Non, Pak Surya barusan saat rapat tiba-tiba pingsan dan sekarang sedang di bawa menuju rumah sakit Medika.” Suara Ardi terdengar sangat panik.
Tanpa menjawab lagi Mita langsung mematikan sambungan telepon dan berlari menuju kamarnya untuk mengganti pakaian. 20 menit kemudian mobil Mita pun memasuki pelantaran parkir rumah sakit.
Dengan wajah panik dan airmata yang tidak bisa ditahan Mita berlari menuju ruangan UGD di mana papahnya sekarang berada, perasaannya campur aduk bahkan ia beberapa kali menabrak orang saat berlari namun ia tidak mengucapkan kata maaf dan terus saja berlari hingga akhirnya ia sampai di depan sebuah pintu besar bertuliskan UGD.
“Apa yang terjadi, kenapa papah tiba-tiba pingsan? aku harus melihat keadaan papah sekarang,” ucap Mita seraya memegang gagang pintu UGD berniat untuk masuk.
“Jangan non, tuan sedang di tangani para dokter, kita tunggu saja di sini.” Sebuah tangan kuat tiba-tiba menahan tangan Mita yang hendak membuka pintu UGD.
“Apa hak mu melarangku? Aku ingin melihat keadaan papahku, aku tidak mau ia kenapa-kenapa.” Mita menepis kasar tangan Ardi dan setelah itu ia jatuh terduduk di lantai dan menangis dengan membenamkan wajahnya pada lutut.
Beberapa orang pegawai yang mengantar Pak Surya ke rumah sakit termasuk Ardi hanya biss menunduk dan tidak bisa melakukan apa-apa untuk menenangkan Mita.
Klek
Setelah 2 jam pintu ruangan UGD pun terbuka, Mita yang sedang duduk di kursi tunggu dengan tatapan kosong segera berdiri dan menghampiri dokter.
“Nona Mita dan Tuan Ardia di minta Pak Surya untuk masuk ke dalam.” Seorang suster berkata dari balik pintu.
Mita dan Ardi pun saling pandang lalu masuk beriringan. Begitu sampai di dalam ruangan terlihat Pak Suyra berbaring dengan banyak peralatan medis yang di pasang di tubuhnya. Mita pun langsung menangis histeris melihat kondisi papahnya itu. Ternyata Pak surya mengalami komplikasi pada organ jantung sehingga menyebabkan kondisinya langsung drop, ia dengan suara lemah meminta Ardi agar bersedia menikah dengan Mita karena ia merasa hidupnya tidak akan lama lagi dan ia akan merasa tenang jika sudah menyerahkan putri semata wayangnya pada seorang laki-laki baik dan bertanggung jawab seperti Ardi.
Ardi pun menyetujui permintaan Pak Surya. Dua hari kemudian Ardi dan Mita menikah di rumah sakit di saksikan beberapa orang kepercayaan Pak Surya, dokter serta suster yang merawatnya. Beberapa minggu setelah kondisi Pak Surya membaik pesta resepsi pun di gelar secara mewah di sebuah hotel elit berbintang lima.
Merasa kondisnya sudah tidak memungkinkan lagi untuk pergi kke kantor Pak surya akhirnya memberikan kuasa pada Ardi yang sekarang adalah menantunya untuk menggantikan jabatannnya sebagai ceo di perusahaan Surya Corp.
Setelah menikah perilaku Ardi tidak berubah sedikit pun, ia begitu memanjakan Mita hingga Mita pun memutuskan untuk fokus menjadi ibu rumah tangga dan melupakan impiannya menjadi seorang desainer internasional.
Tiga bulan setelah pernikahan Mita dan Ardi tepatnya saat Mita mengandung anak pertamanya Pak Surya menghembuskan nafas terakhir di sebuah rumah sakit di Singapore. Hari itu benar-benar menjadi hari terburuk dalam hidup Mita karena hal yang selama ini ia takutkan akhirnya benar-benar terjadi.
Kepergian papahnya membuat kondisi Mita menurun karena beberapa hari ia terus menangis dan menolak untuk makan hingga mengakibatkan pendaran kecil pada kandungannya. Beruntung Ardi bisa membujuknya untuk bangkit dari kesedihan dan fokus untuk menjadi ibu terbaik untuk anak-anak mereka kelak.
Sampai kelahiran anak pertama sikap Ardi masih sama seperti dulu, sopan, lembut dan penuh kasih sayang dan hal itu membuat Mita merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Ardi. Semua urusan dan dokumen-dokumen penting termasuk semua aset Mita percayakan dan serahkan pada Ardi untuk mengelolanya, sekarang ia hanya benar-benar fokus menjadi istri dan menjadi ibu rumah tangga.
Tiga tahun kemudian anak ke dua mereka lahir dan Mita mulai merasakan perbedaan pada sikap Ardi, namun karena sibuk mengurus ke dua anaknya Mita pun mengesampingkan perasaannya. Hari demi hari sikap Ardi makin berubah, Ardi menjadi mudah marah dan tidak perhatian lagi pada Mita bahkan hampir setiap hari ia pulang larut malam. Perubahan sikapnya semakin parah setelah Mita melahirkan anak ke tiga mereka bebarapa bulan lalu.
***********************************
Siang itu matahari sangat terik, di tambah suara bising kendaraan yang berdesak ingin segera sampai tujuan. Mita yang mengendarai sebuah mobil sedan berjenis All New Corola Atlis Hybrid AT dengan warna silver yang yang biasa ia gunakan untuk mengantar jemput anak-anaknya ke sekolah. Dengan kesal Mita beberapa kali membunyikan klakson agar kendaraan di depannya melaju lebih cepat. Hal bodoh memang, karena walau berapa ratus kali pun ia membunyikan klakson tetap saja tidak akan dapat mengurai kemacetan. Namun di tengah suasana hati yang tidak baik emosi Mita pun mudah tersulut.Setelah berhasil keluar dari kemacetan Mita menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi hingga tidak butuh waktu lama ia sudah sampai di sebuah kafe yang lokasinya telah di share Linda melalui ponsel.Sampai di depan pintu café Mita mengedarkan pandangannya ke segala arah, dari meja yang berada persis di sebelah jendela Linda melambaikan tangannya dan Mita pun datang menghampirinya.
Hari ke hari sikap Ardi makin berubah bahkan lebih sering bepergian ke luar negeri dengan alasan bisnis padahal menurut orang kantor Ardi pergi tidak dalam agenda bisnis atau kunjungan ke kantor yang ada di luar negeri.Mita pun meminta Linda untuk membantunya mencari seorang wanita muda nan cantik yang akan ia jadikan umpan untuk menjebak Ardi. Benar saja setelah tiga bulan melakukan penjebakan ternyata Ardi benar-benar laki-laki buaya. Wanita yang di jadikan umpan itu memberikan banyak bukti berupa transferan uang dalam jumlah yang lumayan besar, hadiah-hadiah mewah, foto-foto saat mereka bersama serta chat-chat mesra yang di kirimkan oleh Ardi.Berbeda dengan sebelumnya kini Mita terlihat lebih santai dan tidak lagi menagis saat melihat kelakuan buruk Ardi, ia malah tersenyum dan berterima kasih pada wanita muda itu, tak lupa ia memberikan bayaran dalam jumlah yang lumayan besar.“Sekarang lu mau ngapain,” tanya Linda saat mereka bertemu di sebuah
Hari ke hari sikap Ardi makin berubah bahkan sering bepergian ke luar negeri dengan alasan bisnis padahal menurut asistennya, Ardi pergi seorang diri dan tidak dalam agenda bisnis atau kunjungan ke kantor di luar negeri.Semakin curiga. Mita pun meminta bantuan Linda untuk mencari seorang wanita muda dan cantik yang akan ia jadikan umpan untuk menjebak Ardi. Benar saja setelah tiga bulan melakukan penjebakan ternyata Ardi benar-benar laki-laki buaya. Wanita yang dijadikan umpan itu memberikan banyak bukti berupa transferan uang dalam jumlah yang lumayan besar, hadiah-hadiah mewah, foto-foto saat mereka bersama serta chat-chat mesra yang di kirimkan oleh Ardi.Berbeda dengan sebelumnya kini Mita terlihat lebih santai dan tidak lagi menagis saat melihat kelakuan buruk Ardi, ia malah tersenyum dan berterima kasih pada wanita muda itu, tak lupa ia memberikan bayaran dalam jumlah yang lumayan besar.“Sekarang lu mau ngapain,” tanya Linda saat mereka berte
Malam sudah larut, terdengar suara deru mobil memasuki garasi sebuah rumah mewah dan berada di sebuah komplek perumahan elit. Setelah mobil terparkir di garasi seorang laki-laki berpakaian setelan kerja keluar dari dalam mobil dan berjalan memasuki rumah bergaya modern minimalis itu.Baru saja ia menapaki teras depan rumah tiba-tiba pintu rumah sudah terbuka dan nampak seorang wanita menghampiri laki-laki itu yang tidak lain adalah suaminya, setelah mencium tangan wanita itu pun segara mengambil tas jingjing dan jas dari tangan suaminya yang terlihat sangat cuek.“Apa mas mau makan? Aku sudah masak makanan kesukaan mas,” ucapnya dengan senyum merekah.“Aku sudah makan di luar,” jawab suaminya singkat seraya berlalu dan tanpa menoleh sedikit pun.Itulah percakapan dingin yang selalu terjadi antara Salomita dan Ardia Gunawan yang sudah menjalani biduk pernikahan selama 6 tahun dan sudah di karuniai 3 orang anak , anak per
Dua jam berlalu Alvian akhirnya kembali tertidur, dengan hati-hati Mita menidurkannya pada box bayi, ia menengadah menatap jam dinding, ternyata sudah jam 2 pagi. Baru saja ia akan terlelap ketika anak ke duanya yaitu Alicia menangis dari kamar sebelah, setengah berlari Mita membuka pintu dan menggendong anak perempuan satu-satunya itu. Satu jam menina bobokan Alicia anak perempuan dengan badan montok dan kulit putih itu tertidur kembali, setelah semuanya tertidur Mita segera membaringkan tubuh karena kelopak matanya sudah tidak dapat lagi menahan kantuk.Di ufuk timur sang surya sudah memancarkan sinarnya, semilir angin malam tergantikan dengan hangatnya belaian mentari, butir-butir embun pun perlahan menghilang termakan gagahnya sang penguasa siang.Jika sebagian wanita di komplek perumahan elitnya menghabiskan pagi dengan berjemur sambil berolahraga, berbeda dengan Mita yang setiap pagi harus bergumul dengan segala aktifitas mulai dari memasak sarapan, menyiapkan ke
Flashback 6 tahun yang lalu“Pagi pah,” sapa seorang gadis yang terlihat begitu segar dan energik.“Pagi sayang, kamu terlihat sangat segar dan cantik,” puji laki-laki berumur sekitar 65 tahunan yang sudah siap dengan setelah jas kantor dan secangkir kopi hangat di atas meja makan.“Papahku juga terlihat sangat tampan dan mempesoa,” Sebuah kecupan Mita daratkan pada pipi yang sedikit keriput ituKedekatan dan kehangatan selalu tecipta dalam keluarga Surya Darmawan yang merupakan ceo dari sebuah perusahaan raksasa yang bergerak dalam bidang pertambangan dan perkebunan. Di kantor dan di dunia perbisnisan nama Surya Darmawan sudah sangat di kenal selain karena memiliki reputasi keja yang bagus beliau juga di kenal karena sangat tegas dan disiplin maka tidak heran jika dari tahun ke tahun perusahaannya yaitu Surya Corp semakin maju dan berkembang dengan anak-anak perusahaan yang tersebar di berbagai daerah juga di beb
Hari ke hari sikap Ardi makin berubah bahkan sering bepergian ke luar negeri dengan alasan bisnis padahal menurut asistennya, Ardi pergi seorang diri dan tidak dalam agenda bisnis atau kunjungan ke kantor di luar negeri.Semakin curiga. Mita pun meminta bantuan Linda untuk mencari seorang wanita muda dan cantik yang akan ia jadikan umpan untuk menjebak Ardi. Benar saja setelah tiga bulan melakukan penjebakan ternyata Ardi benar-benar laki-laki buaya. Wanita yang dijadikan umpan itu memberikan banyak bukti berupa transferan uang dalam jumlah yang lumayan besar, hadiah-hadiah mewah, foto-foto saat mereka bersama serta chat-chat mesra yang di kirimkan oleh Ardi.Berbeda dengan sebelumnya kini Mita terlihat lebih santai dan tidak lagi menagis saat melihat kelakuan buruk Ardi, ia malah tersenyum dan berterima kasih pada wanita muda itu, tak lupa ia memberikan bayaran dalam jumlah yang lumayan besar.“Sekarang lu mau ngapain,” tanya Linda saat mereka berte
Hari ke hari sikap Ardi makin berubah bahkan lebih sering bepergian ke luar negeri dengan alasan bisnis padahal menurut orang kantor Ardi pergi tidak dalam agenda bisnis atau kunjungan ke kantor yang ada di luar negeri.Mita pun meminta Linda untuk membantunya mencari seorang wanita muda nan cantik yang akan ia jadikan umpan untuk menjebak Ardi. Benar saja setelah tiga bulan melakukan penjebakan ternyata Ardi benar-benar laki-laki buaya. Wanita yang di jadikan umpan itu memberikan banyak bukti berupa transferan uang dalam jumlah yang lumayan besar, hadiah-hadiah mewah, foto-foto saat mereka bersama serta chat-chat mesra yang di kirimkan oleh Ardi.Berbeda dengan sebelumnya kini Mita terlihat lebih santai dan tidak lagi menagis saat melihat kelakuan buruk Ardi, ia malah tersenyum dan berterima kasih pada wanita muda itu, tak lupa ia memberikan bayaran dalam jumlah yang lumayan besar.“Sekarang lu mau ngapain,” tanya Linda saat mereka bertemu di sebuah
Siang itu matahari sangat terik, di tambah suara bising kendaraan yang berdesak ingin segera sampai tujuan. Mita yang mengendarai sebuah mobil sedan berjenis All New Corola Atlis Hybrid AT dengan warna silver yang yang biasa ia gunakan untuk mengantar jemput anak-anaknya ke sekolah. Dengan kesal Mita beberapa kali membunyikan klakson agar kendaraan di depannya melaju lebih cepat. Hal bodoh memang, karena walau berapa ratus kali pun ia membunyikan klakson tetap saja tidak akan dapat mengurai kemacetan. Namun di tengah suasana hati yang tidak baik emosi Mita pun mudah tersulut.Setelah berhasil keluar dari kemacetan Mita menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi hingga tidak butuh waktu lama ia sudah sampai di sebuah kafe yang lokasinya telah di share Linda melalui ponsel.Sampai di depan pintu café Mita mengedarkan pandangannya ke segala arah, dari meja yang berada persis di sebelah jendela Linda melambaikan tangannya dan Mita pun datang menghampirinya.
“Ardi tidak suka bersentuhan dengan lawan jenis,” ucap pak Surya karena melihat ekspresi Mita yang keheranan.“Kenapa? Mita sudah mandi dan mencuci tangan ko,” tanya Mita sedikit cemberut.“Maafkan saya nona, tapi kita bukan mukhrim sehingga tidak di perbolehkan untuk bersentuhan satu sama lain,” Ucap Ardi lembut. “Kalau begitu saya permisi dulu pak,” pamitnnya kemudian.Mita hanya menatap aneh pada laki-laki berbadan tinggi tegap dengan bentuk wajah oval, hidung bangir, bibir sedikit tebal, berkulit putih, berpakain rapih serta aroma tubuh yang wangi.“Ekhem. Dia tampan bukan?” goda pak Surya.“Banget. Em, maksud Mita biasa aja.” Mita terlihat salah tingkah."Jika kau mau papah bisa memberikan nomor ponselnya." pak Suyra tertawa melihat ekspresi putrinya yang gelagapan dan salah tingkah.Waktu bergulir tidak dapat di kendalikan. Setelah pertemuan pertamanya denga
Flashback 6 tahun yang lalu“Pagi pah,” sapa seorang gadis yang terlihat begitu segar dan energik.“Pagi sayang, kamu terlihat sangat segar dan cantik,” puji laki-laki berumur sekitar 65 tahunan yang sudah siap dengan setelah jas kantor dan secangkir kopi hangat di atas meja makan.“Papahku juga terlihat sangat tampan dan mempesoa,” Sebuah kecupan Mita daratkan pada pipi yang sedikit keriput ituKedekatan dan kehangatan selalu tecipta dalam keluarga Surya Darmawan yang merupakan ceo dari sebuah perusahaan raksasa yang bergerak dalam bidang pertambangan dan perkebunan. Di kantor dan di dunia perbisnisan nama Surya Darmawan sudah sangat di kenal selain karena memiliki reputasi keja yang bagus beliau juga di kenal karena sangat tegas dan disiplin maka tidak heran jika dari tahun ke tahun perusahaannya yaitu Surya Corp semakin maju dan berkembang dengan anak-anak perusahaan yang tersebar di berbagai daerah juga di beb
Dua jam berlalu Alvian akhirnya kembali tertidur, dengan hati-hati Mita menidurkannya pada box bayi, ia menengadah menatap jam dinding, ternyata sudah jam 2 pagi. Baru saja ia akan terlelap ketika anak ke duanya yaitu Alicia menangis dari kamar sebelah, setengah berlari Mita membuka pintu dan menggendong anak perempuan satu-satunya itu. Satu jam menina bobokan Alicia anak perempuan dengan badan montok dan kulit putih itu tertidur kembali, setelah semuanya tertidur Mita segera membaringkan tubuh karena kelopak matanya sudah tidak dapat lagi menahan kantuk.Di ufuk timur sang surya sudah memancarkan sinarnya, semilir angin malam tergantikan dengan hangatnya belaian mentari, butir-butir embun pun perlahan menghilang termakan gagahnya sang penguasa siang.Jika sebagian wanita di komplek perumahan elitnya menghabiskan pagi dengan berjemur sambil berolahraga, berbeda dengan Mita yang setiap pagi harus bergumul dengan segala aktifitas mulai dari memasak sarapan, menyiapkan ke
Malam sudah larut, terdengar suara deru mobil memasuki garasi sebuah rumah mewah dan berada di sebuah komplek perumahan elit. Setelah mobil terparkir di garasi seorang laki-laki berpakaian setelan kerja keluar dari dalam mobil dan berjalan memasuki rumah bergaya modern minimalis itu.Baru saja ia menapaki teras depan rumah tiba-tiba pintu rumah sudah terbuka dan nampak seorang wanita menghampiri laki-laki itu yang tidak lain adalah suaminya, setelah mencium tangan wanita itu pun segara mengambil tas jingjing dan jas dari tangan suaminya yang terlihat sangat cuek.“Apa mas mau makan? Aku sudah masak makanan kesukaan mas,” ucapnya dengan senyum merekah.“Aku sudah makan di luar,” jawab suaminya singkat seraya berlalu dan tanpa menoleh sedikit pun.Itulah percakapan dingin yang selalu terjadi antara Salomita dan Ardia Gunawan yang sudah menjalani biduk pernikahan selama 6 tahun dan sudah di karuniai 3 orang anak , anak per