Flashback 6 tahun yang lalu
“Pagi pah,” sapa seorang gadis yang terlihat begitu segar dan energik.
“Pagi sayang, kamu terlihat sangat segar dan cantik,” puji laki-laki berumur sekitar 65 tahunan yang sudah siap dengan setelah jas kantor dan secangkir kopi hangat di atas meja makan.
“Papahku juga terlihat sangat tampan dan mempesoa,” Sebuah kecupan Mita daratkan pada pipi yang sedikit keriput itu
Kedekatan dan kehangatan selalu tecipta dalam keluarga Surya Darmawan yang merupakan ceo dari sebuah perusahaan raksasa yang bergerak dalam bidang pertambangan dan perkebunan. Di kantor dan di dunia perbisnisan nama Surya Darmawan sudah sangat di kenal selain karena memiliki reputasi keja yang bagus beliau juga di kenal karena sangat tegas dan disiplin maka tidak heran jika dari tahun ke tahun perusahaannya yaitu Surya Corp semakin maju dan berkembang dengan anak-anak perusahaan yang tersebar di berbagai daerah juga di beberapa negara.
Sikap tegasnya di kantor berbanding terbalik dengan sikap lembutnya di rumah terutama pada putri semata wayangnya yaitu Salomita Darmawan, dari kecil Mita sudah di manjakan dengan berbagai fasilitas mewah bahkan setiap keinginannya sudah pasti terkabul, namun hal itu tidak membuat sikap Mita menjadi sombong dan angkuh . Sesuai didikan ibunya Mita tumbuh menjadi gadis cantik yang ceria, pintar,lembut dan murah hati, setelah ibunya meninggal pun sikap Mita tidak pernah berubah maka tidak heran jika banyak yang kagum dan terpesona dengan kecantikan wajah dan hati yang di miliki oleh Mita.
“Pah hari ini Mita mau jalan sama Linda.
“Lho kamu kan baru pulang ke Indonesia sayang, istirahat saja dulu,” saran pak Surya.
“Boleh ya pah, Mita kengen banget sama Linda,” pinta Mita.
Pak Suyra mengangguk tanda menyetujui permintaan putrinya.
Pukul 13.00 Mita tiba di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di ibu kota, sedikit tergesa ia menaiki eskalator dan menuju lantai teratas di mana Linda sahabatnya sudah menunggu di sebuah cafe. Begitu sampai di lantai paling atas dari arah sebuah café terlihat seorang wanita dengan senyum mengembang melambaikan tangan ke arah Mita.
Mita pun segera mendekati wanita itu yang tidak lain adalah sahabatnya sejak masih duduk di bangku SMP.
“Halo Mita, gue kangen banget tau ngak sama loe.” Linda terlihat sangat senang bertemu dengan Mita.
“Sama kali, gue juga kengen banget sama sahabat gue yang paling bohay ini.” Mita mencubit gemas pipi Linda.
“Loe bawa oleh-oleh apa dari Paris?”
“Gue beliin loe farfum, tapi gue lupa di rumah.” Mita menggaruk rambutnya yang tidak gatal
“Maksud gue lu bawa oleh-oleh cowok bule gak buat gue.”
“Loe pikir gue di sana jadi mamih-mamih yang ngoleksi cowok bule.” Mita menoyor pelan kepala sahabatnya itu.
“Emang di sana elo gak dapet pacar bule? Trus ngapain loe jauh-jauh ke luar negeri.” Linda membereskan poninya yang di rusak oleh Mita.
“Kuliah gendut,” jawab Mita sambil meyeruput jus jeruk pesanannya.
“Permisi, boleh kami ikut mengobrol.” Dua orang pria yang terlihat seumuran dengan Mita dan Linda tiba-tiba duduk di sebelah dua gadis yang sedang ngobrol di selingi tawa itu.
Mita terlihat cuek dengan dua laki-laki di depannya berbeda dengan Linda yang terus saja mengorol dengan mereka.
“Hay, aku Rian.” Seorang dari laki-laki itu menyodorkan tangannya ke arah Mita. Mita hanya melirik pemuda itu sebentar lalu pura-pura sibuk dengan ponsel.
“Dia Salomita, panggil aja Mita,” jawab Linda karena Mita tidak merespon.
“Yuk ah Linda, aku bosen di sini,” ajak Mita sambil berdiri dan memakai tasnya.
“Ta-tapi.’
“Udah ayo.” Mita menarik tangan Linda dan meninggalkan meja mereka.
Itulah Mita, sejak dulu ia paling tidak suka dengan laki-laki yang sok kenal dan terkesan tidak sopan. Kebanyakan para laki-laki terpesona dengan kecantikanya saja dan setelah mereka tahu jika Mita anak seorang milyarder maka meraka akan semakin mengejar-ngejar cinta Mita. Bosan dengan semua itu Mita pun tidak pernah membuka hatinya pada pria manapun dan sampai sekarang saat usianya sudah 24 tahun Mita tidak pernah merasakan pacaran dan jatuh cinta walau banyak lakil-laki yang mengejarnya.
Pagi hari yang cerah. Dua minggu sudah Mita pulang ke Indonesia setelah sebelumnya ia kuliah di Institut Francis de la Mode selama 3 tahun, walau basic ayahnya seorang pengusaha namun Mita kurang berminat dalam hal bisnis, ia lebih tertarik dengan dunia mode dan fashion. Maka dari itu ia memutuskan untuk berkuliah di salah satu universitas fashion terbaik di dunia yaitu Institut Francis de la Mode yang lulusannya banyak yang bekerja di rumah mode mewah seperti Hermes, Louis Vuitton dan Dior ataupun bisa bergabung dengan industri kecantikan Prancis seperti l’oreal dan Estee Lauder. Walau Mita adalah pewaris tunggal kerajaaan bisnis Surya Corp namun Pak Surya tidak penah memaksa putrinya itu untuk terjun dalam dunia bisnis, ia membebaskan Mita untuk memilih jalan karirnya sendiri.
Hari itu Mita merasa bosan dan memutuskan untuk memberi kejutan dengan datang ke kantor papahnya secara tiba-tiba. Dengan memakai kaos putih lengan panjang dan celana jeans serta rambut yang di kuncir ia menggunakan motor maticnya membelah jalanan di tengah teriknya matahari ibu kota.
Setelah beberapa lama Mita akhirnya sampai di kantor Surya Corp milik papahnya, Satpam pun langsung menghampiri dan membantu Mita untuk memarkirkan motor matic berwarna pink kesayangannya itu.
“Pak hari ini panas banget ya, ini beliin baso atau es cendol buat semua satpan di depan.” Mita menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah.
“Terima kasih Non, tapi ini kebanyakan.” Satpam bertubuh gempal dan berambut ikal itu menatap bingung pada Mita.
“Ya udah, sisanya rezeki bapak.”
“Makasih Non.” Satpam itu tersenyum sumringah.
Itulah Mita walaupun bergelimang harta namun sikap rendah hatinya tidak pernah luntur. Ia lebih senang mengendarai motor matic padahal di garasi rumahnya berjejer mobil-mobil mewah koleksi papahnya. Seorang gadis yang sangat istimewa dengan kesederhanaannya.
“Siang pah, Mita ganggu nggak?” ucapnya ketika masuk ke ruangan ceo milik papahnya.
“Sweety, kenapa tidak bilang kalau mau ke kantor.” Pak Surya terkejut namun juga senang melihat putri semata wayangnya datang.
“Mita bosan di rumah, apa papah sedang sibuk?” Mita melirik ke arah seorang pria yang sedang duduk di depan meja kerja papahnya.
“Tidak sayang, papah senang kamu datang. Perkenalkan ini Adria, salah satu pegawai terbaik di Surya Corp.” Pak Surya nampak bangga mengenalkan laki-laki di depannya.
Mita pun merespon ucapan papahnya dengan mengulurkan tangan berniat ingi berjabat tangan tanda perkenalan dengan Ardia, namun alih-alih menjabat balik tangan Mita, Ardi malah merapatkan ke dua telapak tangannya dan mengangguk.
“Ardi tidak suka bersentuhan dengan lawan jenis,” ucap pak Surya karena melihat ekspresi Mita yang keheranan.“Kenapa? Mita sudah mandi dan mencuci tangan ko,” tanya Mita sedikit cemberut.“Maafkan saya nona, tapi kita bukan mukhrim sehingga tidak di perbolehkan untuk bersentuhan satu sama lain,” Ucap Ardi lembut. “Kalau begitu saya permisi dulu pak,” pamitnnya kemudian.Mita hanya menatap aneh pada laki-laki berbadan tinggi tegap dengan bentuk wajah oval, hidung bangir, bibir sedikit tebal, berkulit putih, berpakain rapih serta aroma tubuh yang wangi.“Ekhem. Dia tampan bukan?” goda pak Surya.“Banget. Em, maksud Mita biasa aja.” Mita terlihat salah tingkah."Jika kau mau papah bisa memberikan nomor ponselnya." pak Suyra tertawa melihat ekspresi putrinya yang gelagapan dan salah tingkah.Waktu bergulir tidak dapat di kendalikan. Setelah pertemuan pertamanya denga
Siang itu matahari sangat terik, di tambah suara bising kendaraan yang berdesak ingin segera sampai tujuan. Mita yang mengendarai sebuah mobil sedan berjenis All New Corola Atlis Hybrid AT dengan warna silver yang yang biasa ia gunakan untuk mengantar jemput anak-anaknya ke sekolah. Dengan kesal Mita beberapa kali membunyikan klakson agar kendaraan di depannya melaju lebih cepat. Hal bodoh memang, karena walau berapa ratus kali pun ia membunyikan klakson tetap saja tidak akan dapat mengurai kemacetan. Namun di tengah suasana hati yang tidak baik emosi Mita pun mudah tersulut.Setelah berhasil keluar dari kemacetan Mita menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi hingga tidak butuh waktu lama ia sudah sampai di sebuah kafe yang lokasinya telah di share Linda melalui ponsel.Sampai di depan pintu café Mita mengedarkan pandangannya ke segala arah, dari meja yang berada persis di sebelah jendela Linda melambaikan tangannya dan Mita pun datang menghampirinya.
Hari ke hari sikap Ardi makin berubah bahkan lebih sering bepergian ke luar negeri dengan alasan bisnis padahal menurut orang kantor Ardi pergi tidak dalam agenda bisnis atau kunjungan ke kantor yang ada di luar negeri.Mita pun meminta Linda untuk membantunya mencari seorang wanita muda nan cantik yang akan ia jadikan umpan untuk menjebak Ardi. Benar saja setelah tiga bulan melakukan penjebakan ternyata Ardi benar-benar laki-laki buaya. Wanita yang di jadikan umpan itu memberikan banyak bukti berupa transferan uang dalam jumlah yang lumayan besar, hadiah-hadiah mewah, foto-foto saat mereka bersama serta chat-chat mesra yang di kirimkan oleh Ardi.Berbeda dengan sebelumnya kini Mita terlihat lebih santai dan tidak lagi menagis saat melihat kelakuan buruk Ardi, ia malah tersenyum dan berterima kasih pada wanita muda itu, tak lupa ia memberikan bayaran dalam jumlah yang lumayan besar.“Sekarang lu mau ngapain,” tanya Linda saat mereka bertemu di sebuah
Hari ke hari sikap Ardi makin berubah bahkan sering bepergian ke luar negeri dengan alasan bisnis padahal menurut asistennya, Ardi pergi seorang diri dan tidak dalam agenda bisnis atau kunjungan ke kantor di luar negeri.Semakin curiga. Mita pun meminta bantuan Linda untuk mencari seorang wanita muda dan cantik yang akan ia jadikan umpan untuk menjebak Ardi. Benar saja setelah tiga bulan melakukan penjebakan ternyata Ardi benar-benar laki-laki buaya. Wanita yang dijadikan umpan itu memberikan banyak bukti berupa transferan uang dalam jumlah yang lumayan besar, hadiah-hadiah mewah, foto-foto saat mereka bersama serta chat-chat mesra yang di kirimkan oleh Ardi.Berbeda dengan sebelumnya kini Mita terlihat lebih santai dan tidak lagi menagis saat melihat kelakuan buruk Ardi, ia malah tersenyum dan berterima kasih pada wanita muda itu, tak lupa ia memberikan bayaran dalam jumlah yang lumayan besar.“Sekarang lu mau ngapain,” tanya Linda saat mereka berte
Malam sudah larut, terdengar suara deru mobil memasuki garasi sebuah rumah mewah dan berada di sebuah komplek perumahan elit. Setelah mobil terparkir di garasi seorang laki-laki berpakaian setelan kerja keluar dari dalam mobil dan berjalan memasuki rumah bergaya modern minimalis itu.Baru saja ia menapaki teras depan rumah tiba-tiba pintu rumah sudah terbuka dan nampak seorang wanita menghampiri laki-laki itu yang tidak lain adalah suaminya, setelah mencium tangan wanita itu pun segara mengambil tas jingjing dan jas dari tangan suaminya yang terlihat sangat cuek.“Apa mas mau makan? Aku sudah masak makanan kesukaan mas,” ucapnya dengan senyum merekah.“Aku sudah makan di luar,” jawab suaminya singkat seraya berlalu dan tanpa menoleh sedikit pun.Itulah percakapan dingin yang selalu terjadi antara Salomita dan Ardia Gunawan yang sudah menjalani biduk pernikahan selama 6 tahun dan sudah di karuniai 3 orang anak , anak per
Dua jam berlalu Alvian akhirnya kembali tertidur, dengan hati-hati Mita menidurkannya pada box bayi, ia menengadah menatap jam dinding, ternyata sudah jam 2 pagi. Baru saja ia akan terlelap ketika anak ke duanya yaitu Alicia menangis dari kamar sebelah, setengah berlari Mita membuka pintu dan menggendong anak perempuan satu-satunya itu. Satu jam menina bobokan Alicia anak perempuan dengan badan montok dan kulit putih itu tertidur kembali, setelah semuanya tertidur Mita segera membaringkan tubuh karena kelopak matanya sudah tidak dapat lagi menahan kantuk.Di ufuk timur sang surya sudah memancarkan sinarnya, semilir angin malam tergantikan dengan hangatnya belaian mentari, butir-butir embun pun perlahan menghilang termakan gagahnya sang penguasa siang.Jika sebagian wanita di komplek perumahan elitnya menghabiskan pagi dengan berjemur sambil berolahraga, berbeda dengan Mita yang setiap pagi harus bergumul dengan segala aktifitas mulai dari memasak sarapan, menyiapkan ke
Hari ke hari sikap Ardi makin berubah bahkan sering bepergian ke luar negeri dengan alasan bisnis padahal menurut asistennya, Ardi pergi seorang diri dan tidak dalam agenda bisnis atau kunjungan ke kantor di luar negeri.Semakin curiga. Mita pun meminta bantuan Linda untuk mencari seorang wanita muda dan cantik yang akan ia jadikan umpan untuk menjebak Ardi. Benar saja setelah tiga bulan melakukan penjebakan ternyata Ardi benar-benar laki-laki buaya. Wanita yang dijadikan umpan itu memberikan banyak bukti berupa transferan uang dalam jumlah yang lumayan besar, hadiah-hadiah mewah, foto-foto saat mereka bersama serta chat-chat mesra yang di kirimkan oleh Ardi.Berbeda dengan sebelumnya kini Mita terlihat lebih santai dan tidak lagi menagis saat melihat kelakuan buruk Ardi, ia malah tersenyum dan berterima kasih pada wanita muda itu, tak lupa ia memberikan bayaran dalam jumlah yang lumayan besar.“Sekarang lu mau ngapain,” tanya Linda saat mereka berte
Hari ke hari sikap Ardi makin berubah bahkan lebih sering bepergian ke luar negeri dengan alasan bisnis padahal menurut orang kantor Ardi pergi tidak dalam agenda bisnis atau kunjungan ke kantor yang ada di luar negeri.Mita pun meminta Linda untuk membantunya mencari seorang wanita muda nan cantik yang akan ia jadikan umpan untuk menjebak Ardi. Benar saja setelah tiga bulan melakukan penjebakan ternyata Ardi benar-benar laki-laki buaya. Wanita yang di jadikan umpan itu memberikan banyak bukti berupa transferan uang dalam jumlah yang lumayan besar, hadiah-hadiah mewah, foto-foto saat mereka bersama serta chat-chat mesra yang di kirimkan oleh Ardi.Berbeda dengan sebelumnya kini Mita terlihat lebih santai dan tidak lagi menagis saat melihat kelakuan buruk Ardi, ia malah tersenyum dan berterima kasih pada wanita muda itu, tak lupa ia memberikan bayaran dalam jumlah yang lumayan besar.“Sekarang lu mau ngapain,” tanya Linda saat mereka bertemu di sebuah
Siang itu matahari sangat terik, di tambah suara bising kendaraan yang berdesak ingin segera sampai tujuan. Mita yang mengendarai sebuah mobil sedan berjenis All New Corola Atlis Hybrid AT dengan warna silver yang yang biasa ia gunakan untuk mengantar jemput anak-anaknya ke sekolah. Dengan kesal Mita beberapa kali membunyikan klakson agar kendaraan di depannya melaju lebih cepat. Hal bodoh memang, karena walau berapa ratus kali pun ia membunyikan klakson tetap saja tidak akan dapat mengurai kemacetan. Namun di tengah suasana hati yang tidak baik emosi Mita pun mudah tersulut.Setelah berhasil keluar dari kemacetan Mita menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi hingga tidak butuh waktu lama ia sudah sampai di sebuah kafe yang lokasinya telah di share Linda melalui ponsel.Sampai di depan pintu café Mita mengedarkan pandangannya ke segala arah, dari meja yang berada persis di sebelah jendela Linda melambaikan tangannya dan Mita pun datang menghampirinya.
“Ardi tidak suka bersentuhan dengan lawan jenis,” ucap pak Surya karena melihat ekspresi Mita yang keheranan.“Kenapa? Mita sudah mandi dan mencuci tangan ko,” tanya Mita sedikit cemberut.“Maafkan saya nona, tapi kita bukan mukhrim sehingga tidak di perbolehkan untuk bersentuhan satu sama lain,” Ucap Ardi lembut. “Kalau begitu saya permisi dulu pak,” pamitnnya kemudian.Mita hanya menatap aneh pada laki-laki berbadan tinggi tegap dengan bentuk wajah oval, hidung bangir, bibir sedikit tebal, berkulit putih, berpakain rapih serta aroma tubuh yang wangi.“Ekhem. Dia tampan bukan?” goda pak Surya.“Banget. Em, maksud Mita biasa aja.” Mita terlihat salah tingkah."Jika kau mau papah bisa memberikan nomor ponselnya." pak Suyra tertawa melihat ekspresi putrinya yang gelagapan dan salah tingkah.Waktu bergulir tidak dapat di kendalikan. Setelah pertemuan pertamanya denga
Flashback 6 tahun yang lalu“Pagi pah,” sapa seorang gadis yang terlihat begitu segar dan energik.“Pagi sayang, kamu terlihat sangat segar dan cantik,” puji laki-laki berumur sekitar 65 tahunan yang sudah siap dengan setelah jas kantor dan secangkir kopi hangat di atas meja makan.“Papahku juga terlihat sangat tampan dan mempesoa,” Sebuah kecupan Mita daratkan pada pipi yang sedikit keriput ituKedekatan dan kehangatan selalu tecipta dalam keluarga Surya Darmawan yang merupakan ceo dari sebuah perusahaan raksasa yang bergerak dalam bidang pertambangan dan perkebunan. Di kantor dan di dunia perbisnisan nama Surya Darmawan sudah sangat di kenal selain karena memiliki reputasi keja yang bagus beliau juga di kenal karena sangat tegas dan disiplin maka tidak heran jika dari tahun ke tahun perusahaannya yaitu Surya Corp semakin maju dan berkembang dengan anak-anak perusahaan yang tersebar di berbagai daerah juga di beb
Dua jam berlalu Alvian akhirnya kembali tertidur, dengan hati-hati Mita menidurkannya pada box bayi, ia menengadah menatap jam dinding, ternyata sudah jam 2 pagi. Baru saja ia akan terlelap ketika anak ke duanya yaitu Alicia menangis dari kamar sebelah, setengah berlari Mita membuka pintu dan menggendong anak perempuan satu-satunya itu. Satu jam menina bobokan Alicia anak perempuan dengan badan montok dan kulit putih itu tertidur kembali, setelah semuanya tertidur Mita segera membaringkan tubuh karena kelopak matanya sudah tidak dapat lagi menahan kantuk.Di ufuk timur sang surya sudah memancarkan sinarnya, semilir angin malam tergantikan dengan hangatnya belaian mentari, butir-butir embun pun perlahan menghilang termakan gagahnya sang penguasa siang.Jika sebagian wanita di komplek perumahan elitnya menghabiskan pagi dengan berjemur sambil berolahraga, berbeda dengan Mita yang setiap pagi harus bergumul dengan segala aktifitas mulai dari memasak sarapan, menyiapkan ke
Malam sudah larut, terdengar suara deru mobil memasuki garasi sebuah rumah mewah dan berada di sebuah komplek perumahan elit. Setelah mobil terparkir di garasi seorang laki-laki berpakaian setelan kerja keluar dari dalam mobil dan berjalan memasuki rumah bergaya modern minimalis itu.Baru saja ia menapaki teras depan rumah tiba-tiba pintu rumah sudah terbuka dan nampak seorang wanita menghampiri laki-laki itu yang tidak lain adalah suaminya, setelah mencium tangan wanita itu pun segara mengambil tas jingjing dan jas dari tangan suaminya yang terlihat sangat cuek.“Apa mas mau makan? Aku sudah masak makanan kesukaan mas,” ucapnya dengan senyum merekah.“Aku sudah makan di luar,” jawab suaminya singkat seraya berlalu dan tanpa menoleh sedikit pun.Itulah percakapan dingin yang selalu terjadi antara Salomita dan Ardia Gunawan yang sudah menjalani biduk pernikahan selama 6 tahun dan sudah di karuniai 3 orang anak , anak per