Auman suara binatang buas itu tampak sangat menakutkan. Di tengah sejuknya udara kota Cina, sangat berbanding berbalik dengan sebuah ruangan besar di salah satu bangunan di sana. Dalam ruangan itu, seorang Pria tampan menatap wanita yang sujud di kakinya. Wajahnya tak menunjukkam ekspresi kecuali kedinginan yang mendalam. Mata kelamnya bahkan mampu menusukkan ribuan jarum runcing. Membuat semua mata tertekan hingga jurang terdalam. Di sisi kanannya, binatang peliharaannya, Serigala putih tinggi yang bersih, duduk bersimpuh dengan auman yang mematikan. Matanya menatap nikmat pada hidangan yang akan ia dapatkan. Membuat semua orang, menahan napas berat dalam atmosfer udara yang tertekan.
Di sisi kirinya, seorang wanita cantik dengan kecantikan yang tak terkalahkan. Tersenyum puas dengan pemandangan di depan matanya. Ia bahkan sama sekali tak memiliki rasa iba, membuat keadaan kian runyam dengan senyum lembut di balik wajah cantiknya. Keanggunan yang memikat di padu dengan kelembutan yang kuat, membuat gadis ini benar-benar cantik mempesona.
"Kau benar-benar tak berperasaan, Kak. Bagaimana kau bisa membuat malu keluarga Rexton dan menghianati Suamimu sendiri," bujuknya sedih, dengan nada manja yang lembut menggoda. Membuat pria yang duduk di sampingnya mengeras karena mendengar kata-katanya.
"Bagaimana aku menyampaikan ini semua. Bagaimana kita keluarga? Sedangkan kau dan aku sangat berbeda? Aku bahkan tak menyangka kau melakukan ini semua," tambahnya membuat keadaan kian tak terkendalikan.
Wanita yang bersimpuh itu menggeleng kuat. Tangisnya pecah dengan mata sayu yang menatap ampunan pada pria yang duduk di depannya. "Ken, aku tak melakukan itu semua. Aku tak benar-benar menghianatimu. Lexsi bahkan ada di sana. Benar, Lexsi katakan sesuatu. Kau melihat semuanya," ucapnya lelah.
Wanita di samping pria itu tersenyum lembut. "Kak, apa yang kau katakan? Aku tengah belanja bersama Ibu saat kejadianmu. Bagaimana mungkin aku berada di sana bersamamu?"
Kiltan putus asa terlihat jelas di wanita yang bersimpuh. Tidak, ia sangat ingat, bahwa adik perempuannya lah yang mengajaknya menghadiri pesta itu. Pesta besar yang berakhir ia tak sadarkan diri lalu berakhir di dalam sebuah hotel dengan lima lelaki tak di kenal. Ia hancur, bagaikan gelas kaca yang remuk. Dan hal yang tak dapat ia mengerti, adiknya, Lexsi, tak mengakui itu semua. Apa yang terjadi?
"Le-lexsi," ucapnya bingung. Matanya menatap pria dk hadapannya. "Kenzie, sungguh. Aku ingat semuanya, aku--"
Sudut bibir pria itu melengkung. Menatap wanita di bawah kakinya. "Kau kotor dan menjijkkan!"
Mendengar jawaban ini, sudah meremukkan hatinya. Tapi ia tak berharap, bahwa pengampunan itu tak akan ia dapatkan.
"Lakukan sesuai perintahku. Aku tak ingin melihatnya lagi!"
Ucapan itu tanda terakhir yang bisa di dengar. Kenzie bangkit lalu berlalu. Tak menoleh sedikitpun meski tangis wanita di kakinya menggema.
"Berhentilah menangis. Kenzie tak akan menatapmu, Ellina! Kini selesai sudah semuanya. Aku akan menggantikan posisimu, menjadi Nyonya Reegan yang sesungguhnya. Tentu, karena aku juga telah lelah bersama Aaric!"
Sebuah kenyataan bagaikan petir yang menyambar. Ia di jebak, oleh adiknya sendiri. Bahkan keluarganya telah memutuskan surat pengadopsi untuk dirinya. Ia di buang! Ke dasar jurang tak berujung. Setelah semua yang telah ia berikan dengan seluruh kebaikan dan ketulusan, sama sekali tak membuat hidupnya bahagia.
Menjadi anak pungut di keluarga Rexton, ia telah melakukan semua hal yang terbaik agar semua orang menyayanginya. Namun sejak kelahiran Lexsi, semua keadaan berbeda. Ia harus menyerah dengan semua hal-hal yang ia sukai, selalu tersisih dan melakukan semua hal atas nama adiknya. Ia bertahan cukup lama dengan semuanya, termasuk menggantikan pertunangan dan pernihakan dengan Tuan Muda dari keluarga Reegan. Meninggalkan kuliahnya dan belajar menjadi calon istri yang sempurna. Setidaknya itulah yang di katakan Ibunya, namun siapa yang tahu, bahwa Ibunya melakukan itu agar Ellina menjauh dari kekasihnya, Aaric Leighton Blade, Tuan Muda dari keluarga Blade.
Kini semua terlihat jelas di matanya. Semua telah di rencanakan. Tapi kenapa?
"Kenapa?" tanya Ellina lirih tak dapat mengendalikan rasa terkejutnya. "Kenapa kalian melakukan semua ini padaku?"
Lexsi tersenyum tipis mendengar perkataan lembut itu. Ia menunduk dan berbisik. "Karena aku ingin menjadi satu-satunya. Siapa yang menyangka kau akan mempercayai kami semua. Bahkan suamimu sendiri tak peduli dan akan membunuhmu. Bukankah itu akhir yang sangat bagus untukmu, Cinderella?"
Tubuh Ellina membeku sebelum ia bisa mencerna semuanya. Semua ini telah di rencakan. Dan semua keluarga mendukungnya. Hal-hal ini semakin mudah karena Suaminya selama ini tak pernah menatap atau peduli padanya. Tapi bukan berarti ia bisa lari dengan mudah. Ia adalah Kenzie. Kenzie Alexis Reegan, Ceo muda tampan yang sangat sempurna. Di gilai banyak wanita namun terkenal dingin dan tak berperasaan. Tak ada yang tahu bahwa mereka telah menikah. Semua pernikahan di atur antara dua keluarga secara diam-diam. Dan Ellina menyetujui itu. Tanpa tahu, ia selalu berusaha keras untuk menjadi wanita idaman Kenzie. Tentu saja, dengan semua informasi palsu yang Lexsi berikan, membuat hubungan rumah tangganya tak membaik tapi jauh lebih buruk.
"Selesai. Lepaskan!"
Ucapan dingin Kenzie terdengar di ambang pintu dengan langkah Lexsi yang kian menjauh. Sudut matanya terbuka lebar saat melihat raut takut Ellina. Rasa puas terlihat jelas di wajahnya. Namun semua niat buruknya, di bungkus dalam wajah cantik nan lembut. Siapa yang menduga, gadis cantik itu tak seindah yang di lihat. Penuh trik dan licik.
"Kenzie ... Kenzie ... Kenzie ...!"
Teriakan Ellina menggema dengan tubuh berlari cepat menuju pintu yang perlahan tertutup. Serigala putih itu baru saja di lepas tepat setelah mereka semua meninggalkan ruangan. Auman kelaparan itu membuat seluruh gedung bergetar, seakan melenyapkan kota dengan satu bidikan.
Berlari dan mencoba menyelamatkan diri. Itu adalah usaha yang sia-sia. Ellina tak memiliki jalan keluarnya. Ia mencoba semuanya, sebelum serigala itu kian mendekat. Dengan tetesan air liur yang menetes ke lantai. Menatapnya penuh minat dengan auman rendah yang mengerikan. Ia tak bisa bergerak, terlalu takut untuk pindah, hingga kesakitan luar biasa itu menyengat seluruh inderanya.
Darah mulai tercecer saat kaki kanannya mulai di terkam. Ia menyumpah dengan seluruh kata terbaik di dunia, berharap keajaiban akan datang menyelamatkannya. Namun ternyata rasa sakit itu kian terasa. Menjalar ke seluruh tubuhnya. Dengan mata sayu, ia menatap mata tajam serigala tersebut. Sebelum akhirnya perutnya koyak dengan seluruh organ tercecer di mana-mana. Kesadarannya hilang, dalam rasa sakit yang luar biasa. Menyambut gelapnya dunia dalam rasa sesal seumur hidupnya. Merobek setiap ingatannya dalam potongan-potongan kecil yang menyakitkan. Dan hatinya tak dapat menerima itu semua.
Aku tak bisa mati seperni ini! Tidak! Itu tak adil. Aku tak bisa mati dalam keadaan seperti ini sedangkan mereka bahagia!
Udara terasa sesak dalam gelap tak berujung. Rasa sakit yang nyata itu melumpuhkan setiap inderanya namun meningkatkan semua ingatannya. Setiap kesalahan, setiap perbuatan, dan setiap ia menuruti semuanya. Bukan bahagia yang ia dapatkan. Tapi luka dalam tak berujung. Terasa perih dan semakin perih saat ia menelan getir itu semua.
Dalam kegelapan itu, Ellina meringkuk memegang perutnya yang sakit. Sakit itu luar biasa. Bayangan auman serigala itu masih terasa. Seluruh darah dan tubuhnya tercecer tanpa sisa. Dan serigala itu melahapnya. Tanpa sisa!
Sedangkan suaminya tak kebaratan dengan itu semua. Hanya punggung dingin yang selalu berlalu dalam ingatannya. Lalu saudara angkatnya, dan kedua orangtua angkanya, juga telah merencanakan itu semua. Sebenarnya sejak kapan? Hingga akhirnya ia bisa melihat kekasihnya sendiri menghianatinya. Lalu berakhir dia menggantikan pertunangan dan pernihakan adiknya.
Semua tak adil!
Itu adalah pikiran yang selalu terpatri di hatinya. Ruangan itu kian terasa sesak. Tubuhnya menegang hebat dengan peluh deras di dahinya. Sebuah sentakan ingatan di mana para lelaki suruhan adiknya itu menyentuh tubuhnya terasa menjijikkan. Menodainya tanpa ampun hingga berujung kematian untuk nasipnya. Kematian yang tak layak meski ia memohon untuk bebas.
"Kau kotor dan menjijkkan!"
Lalu ucapan Kenzie selalu terngiang. Sejak lima tahun pernikahan mereka, ia sama sekali tak mendapat tempat di hati Kenzie. Lelaki itu terlalu dingin hingga tak pernah sekalipun menatapnya atau menyentuhnya. Dan semua hal yang ia lakukan sia-sia. Semua hal hingga merubahnya menjadi image dewasa yang liar karena kata Lexsi dan ibunya lelaki menyukai tipe yang seperti itu. Lalu ia dengan bodohnya menuruti semuanya. Memakai make up tebal hingga menyembunyikan warna asli kecantikannya. Berpakaian serba ketat dan sangat pendek untuk menarik perhatian. Dan hal yang ia terima adalah punggung berlalu dengan rasa jijik tak terkira dari suaminya.
Kini ia sadar. Ia terlalu bodoh!
"Ahkkkk ...!" teriaknya frustasi menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ingatan itu terlalu menyakitkan. Dan rasa sakit koyakan di perutnya itu terlalu perih.
Matanya terbuka lebar saat sebuah tangan menyentuh pergelangan tangannya. Lalu suara lembut itu terasa familiar.
"Kakak, kau baik-baik saja? Kak, kau mimpi buruk?"
Mata Ellina terbuka lebar dengan tangan meremas perutnya kuat. Ruangan itu terasa akrab di matanya. Lalu wajah khawatir di hadapan terlihat begitu palsu. Matanya menatap lurus ke langit kamar lalu beralih pada wajah khawatir Lexsi. Ia mencoba duduk dan memegang keningnya. Itu nyata! Lalu beralih oada cubitan tangan di pipi dan kakinya. Itu benar-benar nyata.
Aku masih hidup! Aku di lahirkan kembali!
Raut bahagia tak terkira dari rasa sakit yang tersisa menguap di udara. Ellina menahan gejolak di hatinya dengan rasa bahagia tak terkira.
"Kak, kau baik-baik saja? Apakah kau mimpi buruk lagi?"
Kini tatapan Ellina jatuh pada wajah cantik di hadapannya. Wajah lembut dengan kata-kata manis menggoda itu telah meracuni pikirannya sejak lama. Dan ia tertipu! Alih-alih menjawab perkataan Lexsi, ia lebih memilih menanyakan hal lain.
"Tanggal dan tahun berapa sekarang?"
Lexsi menautkan alisnya pada pertanyaan Ellina. Ia tersenyum lembut dan tertawa tipis. "Tahun xxxx dan tanggal x di bulan x,"
Mata Ellina berbinar. Ia di lahirkan kembali. Ia di lahirkan kembali dalam waktu 7 tahun kebelakang. Ia bergegas turun dan berlari untuk menatap wajahnya di cermin. Itu adalah dia. Dengan piyama dan make up tebal yang belum terhapus. Namun ia masih bisa merasakan, betapa halus kulitnya saat ini. Dan penyesalan datang kemudian.
"Kak, ada apa? Kau bertingkah sangat aneh,"
Ellina menoleh. Menatap manik mata adiknya lekat. Bagaimana mungkin ia tak menyadari itu semua. Kepalsuan itu. Senyum bias itu. Bukankah ia telah hidup terlalu bodoh!
"Aku baik-baik saja," jawabnya dingin dengan kilatan kebencian di mata. Bagaimama aku baik-baik saja saat kau menipu dan menghancurkan hidupku. Kau jahat, Lexsi. Kau jahat!
Senyum lembut menyapa. Dan entah kenapa Ellina muak dengan senyum itu. "Kalau begitu baguslah. Jangan lupa untuk pertemuan keluarga sore ini dengan keluarga Reegan. Seluruh pakaian akan aku kirim dengan kualitas terbaik siang ini. Kakak harus memakainya."
Ada kilatan dingin di mata Ellina saat mendengar itu semua. Benar inilah yang di lakukan Lexsi pada masa lalu. Selalu mendukungnya dan memberi pakaian menjijkkan yang merubah citranya. Dan dia dengan polos menganggap itu perhatian dari kasih sayang keluarga padanya. Sungguh sangat palsu.
Ellina tak menjawab dan hanya mengangguk. Ia tak akan tertipu dua kali. Tidak, dalam kehidupan ke dua yang telah Tuhan berikan ini, dia tak akan menyia-nyiakan hidupnya. Ia tak akan jatuh pada lubang yang sama. Lalu kilatan benci yang mendalam dengan rasa muak menguar.
"Kak, kenapa kau menatapku seperti itu?"
Ada nada sedih dalam ucapan adiknya. Ellina tersenyum tipis dan mencoba menguasai amarahnya. Kau benar-benar memiliki akting yang bagus dengan wajah dan kata-kata lembutmu, Adikku! Tapi aku tak akan tertipu.
"Terimakasih atas perhatianmu," jawab Ellina dengan binar bahagia di matanya. Tentu saja, itu palsu.
Wajah Lexsi yang sempat curiga dan merasa aneh kembali normal. Ini sungguh di luar pikirannya saat Ellina terlihat berpikir akan ucapannya. Biasanya kakaknya yang bodoh itu akan sangat antusias pada kata 'Reegan dan pakaian terbaik' saat ia mengucapkam itu semua. Tapi kali ini ada yang berbeda. Kakaknya terlihat dingin. Dan aneh! Dengan pertanyaan tanggal dan tahun saat pertama bangun. Lalu sikap dinginnya. Ia bisa merasakan itu semua. Tapi Lexsi lebih suka memendamnya.
"Baiklah, aku akan kembali ke kamarku."
Ellina mengangguk dengan keputusan itu. Ia bahkan tak bisa berlama-lama lagi bersama adiknya. Ia merasa akan muntah atau maju untuk menampar wajah cantiknya. Tidak, ia tak bisa melakukan itu. Jika tak ingin semuanya kacau.
Ellina terduduk lemas saat pintu kamarnya tertutup dengan sosok Lexsi yang berlalu. Ia memandang wajahnya sekali lagi di kaca. Tersenyum lega dan bahagia. Tuhan benar-benar memenuhi permintaannya dan kehidupan kedua datang untuk menyelamatkannya. Dalam kehidupan ini, ia berjanji akan merubah nasip dan takdirnya. Ia tak akan menuruti atau jatuh pada lubang yang sama.
Tidak! Aku tak sebodoh itu sekarang!
***
Siang ini Ellina mengurung dirinya di dalam kamar. Semua kepalsuan keluarganya kini terlihat jelas di matanya. Tidak, jika ia tak pernah mati sebelumnya dan mengetahui itu semua, apakah ia akan lebih sadar akan sekitarnya. Merasa sangat tak berdaya akan kebodohannya di masa lalu itu membuat tubuhnya di liputi kebencian yang mendalam.Tidak, ia tak bisa terus seperti ini. Di kehidupan sebelumnya, ia dengan rela meninggalkan kuliahnya demi menjalani semua hal yang di butuhkan untuk menjadi seorang istri yang pantas bagi Kenzie. Terlepas dari itu semua tak ada sesuatu pun yang ia dapatkan. Kecuali kebencian dan punggung dingin suaminya. Jika dari awal ia tahu, bahwa semua usahanya akan sia-sia. Ia tak akan melakukan semua itu. Bahkan meninggalkan semua hal yang ia sukai demi pria dingin tak berperasaan sepertinya.Saat wajah pria itu terbayang, tubuhnya bergetar takut. Secara naluri, bayangan hewan peliharaan suaminya itu tak terlup
Saat pertandingan Meretas itu siap, hari telah menjelang sore. Ellina menghabiskan seluruh waktu yang tersisa dengan menjelajahi dunia melalui laptop Lykaios yang ia dapatkan. Matanya fokus pada saru titik, tak peduli kegaduhan yang telah ia ciptakan di luar kelasnya. Matanya sama sekali tak menoleh pada titik lainnya meski kelasnya telah begitu ramai layaknya pasar karena banyaknya pria yang ingin mengenalnya.Di dalam kelas, tak satupun orang ingin keluar. Ini merupakan anugerah untuk mereka karena dapat melihat dewi kecantikan mereka secara dekat. Diam-diam Alvian dan Lykaios mengamati tanpa kata. Lalu beralih pada luar ruangan yang telah ramai dengan semua pria dengan hadiah kecil di tangan mereka.Bukankah ini menyebalkan? Kenapa mereka menghalangi pintu?Aku sangat sadar akan daya tariknya, tapi bukan berarti aku harus menanggung tatapan semua orang, oke? Sejak kapan wanita itu mahir
Lexsi menutup pintu kamarnya rapat. Ia bersandar di balik pintu dengan mengepalkan tangannya. Wajah Ellina terlintas, dan semua rasa muak itu hadir di permukaan."Ahkkkk ...!" teriaknya kalap. Beberapa barang telah melayang menyebabkan keributan. "Bagaimana bisa! Aku meletakkan dia di depanku agar hidupnya kacau. Tapi kenapa! Tapi kenapa aku tak tahu bahwa orang yang di jodohkan dengannya adalah orang yang seperti itu. Harusnya dia cabul! Harusnya dia berjenggot dengan perut buncit! Harusnya Ellina menderita ...!"Napasnya tak beraturan dengan emosi yang memuncak. Ia biasanya tak seperti ini. Ia telah melakukan ini dari lama. Menahan amarahnya dengan bersikap lembut dan menjadi anak yang sangat baik. Agar orangtuanya segera mengerti, bahwa mereka tak menbutuhkan anak lain selain dirinya. Tapi kali ini, rencananya benar-benar meleset."Apa yang harus aku lakukan?" tanya sambil
Reegan World Grup terlihat tegang siang ini. Ruangan rapat bernuansa putih dengan meja besar panjang di tengah itu tampak sunyi. Bukan karena tak berpenghuni, tapi karena tak ada satupun orang yang berani bicara. Raut tegang itu terlihat jelas di setiap wajah dengan mimik takut dan tertekan luar biasa. Semua orang menatap lesu pada pimpinan perusahaan mereka karena tak juga bersuara meski rapat telah usai."Jadi, kalian mengatakan bahwa kita telah kalah dari perusahaan Yu Blade Comunication?"Suara dingin dengan tekanan berat itu membuat suasana kian menegang. Pria itu tak memiliki ekspresi lain selain menatap satu per satu orang yang menghadiri rapat di ruangan itu."Itu, kita hanya mengira-ngira Ceo Ken,"Anggukan setuju menyambut saat sebuah suara menjawab pelan. Lalu,Srakkk!!!Suara tumpukan kertas di banting di atas
Part belum di revisi.Typo bertebaranHappy reading.***Kenzie tak mengerti, kenapa wanita di depannya sangat tak menyukainya hingga tatapan benci dan takut itu terlihat jelas. Ia tak bergeming dan tetap mengeratkan genggaman tangannya hingga tiba-tiba tubuh kurus itu ambruk tak sadarkan diri.Sudut matanya mengerut dengan tangan refleks menangkap tubuh gadis di depannya. Ia bisa melihat dengan jelas ada keringat dingin di dahi dan pelipis yang mengalir. Merasa tatapan orang sekitarnya tak begitu nyaman, Kenzie mengangkat tubuh gadis itu dalam gendongannya. Melangkah dingin menuju Lycan Hypersport hitamnya. Mobil hitam itu melaju cepat menuju apartemennya di kawasan kota Z.Saat mereka sampai di apartemen, Kenzie meletakkan tubuh Ellina di atas tempat tidurnya. Wajahnya masih sangat tena
Part belum di revisi.Typo bertebaran.Happy reading!***Ellina mengelus dadanya saat berhasil keluar dari apartemen Kenzie. Ia hanya menemukan handphonenya dari sekian banyak barang yang ia beli hari ini. Tak mempedulikan itu semua, tangannya mulai berselancar cepat di layar ponselnya. Memasuki sebuah grup kampusnya dan dengan cepat mendapati nomor telepon Nero."Jemput aku," ketik Ellina cepat. Lalu pesan selanjutnya ia kirim. "Apartemen A di kota Z,"Ting!Balasan Nero begitu cepat sampai."Siapa?"Ellina bernapas lega. Lalu tangannya mulai mengetik lagi."Ellina Aracelia Azzuri!"Menunggu balasan, Ellina berjongkok di halaman bangunan apartemen dengan men
Part belum di revisi.Banyak salah dan typo.Happy reading!***Ellina melangkah keluar dari Taman Barat dengan linglung. Ia tak membawa apapun. Langkahnya terlihat ragu namun ia tetap pergi dari keluarga Rexton. Saat ini di antara jalan-jalan gelap, ia tak dapat berpikir dengan tenang. Telah satu jam lamanya ia berjalan, melewati toko-toko dari keramaian dan terus melangkah. Ia seperti orang yang kehilangan arah.Matanya meneliti jalan dengan seksama. Ia tak pernah mengalami ini semua di kehidupan sebelumnya. Ia tak tahu harus berbuat apa, namun ia merasa guncangan batinnya sangat kuat. Ia dapat merasakan beratnya meninggalkan keluarga Rexton. Ia dapat merasakan betapa semua kian menyakitkan. Dan ia tak dapat melakukan apa-apa.Ia merasakan perutnya perih, ini jelas bahwa ia belum makan sesuatu sejak siang. Namun ia tak memiliki apa-apa
Part belum di revisi.Banyak typo.Happy reading!***Rumah sakit itu tampak tenang dengan dokter-dokter terbaik pilihan. Saat ini tubuh Ellina terbaring lemah dengan selang infus dan beberapa peralatan medis. Beberapa perawat berjaga untuknya selama beberapa hari. Namun nyatanya tubuh Ellina tak menunjukkan perubahan. Tetap lemah, atau bisa di katakan koma namun seluruh sarafnya masih bekerja. Ia seakan tertahan oleh sesuatu, hingga tak ingin sadarkan diri di bawah kendali pikirannya.Seorang pria tengah duduk dengan tangan menekan bibirnya. Tubuhnya tampak tegap dari belakang dengan postur tinggi. Beberapa tindik di telinganya menampakan keliaran sikapnya. Dengan sepasang alis tebal yang rapi lalu di bingkai dengan hidung yang menjulang tinggi. Ketenangannya seakan menghanyutkan, bahkan hanya dengan sedikit senyumnya, maka beberapa dari mereka akan
Hutan perbatasan itu tampak sangat sunyi tapi asri. Rumah kayu yang tampak sepi itu masih terlihat kokoh meski tak berpenghuni. Ellina baru saja turun dari mobil dan berdiri terpaku menatap rumah yang sangat dia kenali sejak dua tahun lalu. Sosoknya yang lemah tampak tersenyum dengan rasa rindu yang tercetak jelas. Rambut panjangnya tampak bergoyang pelan tertiup angin, dengan mata bulat hitam yang berair dan jernih, sosoknya terlihat kian cantik dengan kulit putih pucat yang menampilkan bibir merah cerrynya."kau tinggal di sini?" Ellina menoleh saat tangan Kenzie merangkul pundaknya dengan tatapan meneliti rumah kayu di depannya. Senyumnya tampak sangat lemah saat mengingat kejadian berat dua tahun lalu yang harus dia alami. Trauma dalamnya membuatnya tak bisa hidup dengan baik saat itu. Dia harus mengalami mimpi buruk yang panjang hingga hampir gila karena ketakutan. Dan pria di sampingnya yang kini kembali menjadi suaminya adalah orang yang membuatnya seperti itu."Aku tak menyan
dua suara itu terdengar dalam waktu bersamaan. irlac tak dapat merespon sebelum menyadari bahwa pintu kamar itu terdobrak dan satu hantaman melayang ke wajahnya. pukulan itu terus saja datang tanpa jeda dan tak memberinya ruang untuk bergerak apalagi membalas. tapi dari sudut matanya yang terbuka, dia tahu bahwa orang itu adalah kenzie!bagaimana bisa! bagaimana bisa kenzie menemukan lokasinya dengan sangat cepat? dia yakin sudah mengacaukan segalanya, tapi pria ini berhasil datang dan menemukan ellinanya. dia tak bisa bergerak saat pukulan yang entah keberapa kali dia terima membuat seluruh kesadarannya menghilang.melihat irlac tak bergerak, mata kenzie mengedar dengan teriakan yang tertahan. dia dengan cepat menghampiri jendela dan menggenggam erat tangan ellina. saat ini, dia merasa seluruh nyawanya terhisap dan dia akan kehilangan segalanya. segalanya yang membuat hidupnya tak berarti jika itu terjadi."ellina!" teriaknya kuat. dia merasa ellina mencoba menghindari tangannya, dan
"ellina,"ellina sempat membeku saat melihat vania berdiri di dalam ruangannya. tatapan matanya meneliti dan kemudian tersenyum sinis. "haruskah aku panggil ibu?" "aku ikut membesarkanmu," jawab vania dingin. tatapan matanya mengejek dengan tubuh yang terus mendekat. "ikut denganku," raihnya menarik tangan ellina."kenapa aku harus?" tanya ellina tak bergerak dan menahan tangannya. tatapannya dingin dengan tatapan yang menghujam. ekspresi muak terlintas di balut dengan senyum tipis yang entah kenapa di mata vania terlihat sedikit menakutkan. "lepas,"vania tertawa, "kau masih belum sadar? kenapa kau sangat mejijikkan?" ucapnya mengeluarkan kebencian. "aku, sampai mati, tak akan membiarkanmu bahagia sementara anakku mati menderita. aku tidak akan membiarkanmu menikah ataupun pergi dengannya! kau harus mati, dengan cara yang mengenaskan dan sama dengan yang lexsi alami. aku berjanji, bahwa akuakan menunjukkan neraka untukmu di depan makam putriku!" teriaknya pada akhirnya.ellina mundu
ruangan terbuka itu memiliki udara sejuk dengan tanah liat yang terlihat sedikit basah. di bagian lain, tampak rumput-rumput kering yang bergoyang saat angin pagi menyapa halus. tampaknya hujan semalam memberikan harapan untuk hidup kembali. sedangkan di ujung sana, tampak bukit hijau yang menjulang dengan awan-awan putih yang menggantung di setengah badan gunung belum menghilang. di balil bukit, tampak cahaya keemasan terlihat malu-malu untuk bergerak tinggi dan menyinari. "sial" makian itu jelasterdengar ditngah udara dan pemandangan yang baik di pagi hariini. hal itu membuat ellina mengernyit tak mengerti."apa yang terjadi pada alvian?" tanyanya sambil melangkahdengan kaki telanjang namun tiba-tiba tangan kenzie meraih tangan dan merengkuh pundaknya. gaunnya yang panjang kebelakang tampak membentang dengan punggung yang terbuka, menampilkan tato mawar merahnya yang menyala. itu cantik dan sempurna.sudut mulut kenzie membentuk senyum tipis. wajahnya dia dekatkan saat kepala elli
hari ini livian tampak sibuk mengatur seluruh keperluan pesta yang akan di adakan nanti malam. kerena irlac telah resmi keluar dan lepas tangan dari L. V. Technology sejak ellina dinyatakan sebagai pewaris sah, livian mengambil alih segalanya untuk sementara karena ellina mengatakan belum siap untuk mengatur dan menjadi pemimpin keluarga. dan semua itu menjadi tanggung jawabnya kembali seperti sebelumnya.malam ini, saat acara pesta peretasan itu resmi digelar, beberpa tamu mulai berdatangan. dengan menyewa gedung milik keluarga E. V. yang telah ellina atur sebelumnya, membuat livian medesah lega. kini dia bisa melihat acara yang dia atur cukup ramai dengan desain dan balok es sebagai hiasan yang melambangkan ornamen perangkat lunak, atau ikon-ikon ang sering digunakan dalam peretasan. pencahayaan yang pas membuat suasana pesta itu tampak mewah dan berkelas. livian memberikan sambutan saat seluruh tamu telah datang dan memanggil ellina sebagai pemenang juga sebagai pewaris keluarga
Lima hari berlalu sejak Ernest tersiksa dan merasakan menderita hingga akhirnya berujung gila! tak ada ketampananlagi di wajahnya, setiap hari dia hanya tertawa, menangis lalu merintih kesakitan saat kesadarannya pulih. kehilangan lidah, dua tangan dengan dua kaki patah benar-benar membuatnya tak berdaya. dia pun memilih bunuh biri saat damon bar saja datang untuk menyiksanya.di lain tempat, qianzie mengalami hal yang sama. beebrapa hari telah berlalu dan dia tak dapat tidur sama sekali. dia benar-benar tersiksa, saat obat tidur itu memaksa matanya untuk terpejam namun dia memaksakan untuk tidak tidur. karena jika dia tidur, tali yang mengikat tubuhnya akan terlepas karena tangannya yang tak dapat menggengam erat tali di atasnya. bing bing di bawah sana sudah pasti akan mehapnya karena mulai merasa lapar sejak satu hari yang lalu. menyaksikan bing bing setiap hari melahap anak buahnya satu persatu yang keluarga Reegan temukan, membuatnya sangat ketakutan. dia tak tahu bahwa akan di g
Beberapa hari kemudian, Kenzie terlihat telah pulih meski tangannya masih di perban. Untung saja itu tidak patah, juga luka gores di lengan dan punggungnya telah sepenuhnya mengering. saat ini, Ellina berada di dalam ruangan Kenzie di rumah sakit, tengah duduk sambil membaca sebuah majalah dimana fotonya terpajang sebagai pewaris sah perusahaan L. V. dan E. V. sekaligus. dia mendesah karena merasa semua ini salah, dia meletakkan majalahnya lalu menatap Kenzie yang diam."Dimana Ernest?" Kenzie melirik Ellina datar. "Kenapa kau tanyakan itu padaku?""Kenzie," panggil Ellina lirih. dia tahu statusnya, juga tahu bahwa peringatan untuk menjauhi Ernest bukanlah main-main. tapi rasanya dia juga tak akan mengambil posisi ernest selama ini. "aku sudah mencarinya, tapi dia menghilang!""akan lebih bagus jika dia tewas!" balas kenzie kesal."kenzie" peringat ellina menunjukkan rasa tidak suka.kenzie memperhatikan ellina sekali lagi dan terlihat bahwa istrinya itu telah benar-benar pulih dan
Malam ini, Kenzie memeluk erat Ellina dalam rengkuhannya. Diam-diam dia bersukur pada kecelakaan yang telah mereka alami. Karena hal tersebut dia memiliki waktu yang banyak untuk bersama istrinya. Tapi sepertinya, keadaan tubuhnya tidak terlalu baik. Dia merasa luka-lukanya kian sakit dan semakin perih setiap waktunya. Meski begitu, dia menggunakan satu tangannya untuk memeluk Ellina erat. Lykaios memimpin langsung pencarian ke dasar jurang. Bersama anak buahnya dan beberapa dokter, dia menyusuri lembah dengan sangat hati-hati. Dia tak menyangka bahwa akan ada hutan lebat di dasar jurang curam yang seperti ini. Dia pikir, semua hanya akan ada tanah tandus bebatuan yang kering. Pencariannya tidak secepat yang dia pikir. Dia terus saja masuk ke dalam hutan dan menyusuri sungai untuk mencari arah yang lebih mudah. Waktu terus berlalu dan dia sama sekali tak berhenti untuk mencari. Dia bahkan melihat hari telah mulai pagi meski di dalam hutan ini tampak gelap karena cuaca yang mendung da
Hari dimana jati diri Ellina terungkap ke media adalah hari yang berat untuk Wilton. Saat dia baru saja berpikir untuk menjemput Ellina, dia mendapati kabar bahwa putri satu-satunya mengalami kecelakaan dan mungkin saja telah meninggal. Semua terlalu kebetulan untuknya, dia menjadi kian curiga saat sebuah surat tak bertuan melayang untuknya dengan informasi bahwa putra luarnya yang telah merencanakan pembunuhan pada putrinya. Hal itu jelas membuat darah Wilton mendidih. segera, dia mendatangi kantor E. V. Company dalam diam.Sedangkan di rumah keluarga Rexton, saat jati diri Ellina terungkap ke media, Aldric tampak linglung. Mantan istri yang dia cintai sebenarnya adalah putri dari keluarga L. V. yang tengah bersembunyi. Tapi dia, tanpa sengaja membuat hidup istrinya menderita hingga kematiannya. Terlebih pada ellina, dia baru menyadari bahwa Ellina adalah putri dari Wilton, yang artinya putri dari keluarga E. V.. Semua darah yang mengalir di tubuh Ellina adalah darah konglomerat yan