dua suara itu terdengar dalam waktu bersamaan. irlac tak dapat merespon sebelum menyadari bahwa pintu kamar itu terdobrak dan satu hantaman melayang ke wajahnya. pukulan itu terus saja datang tanpa jeda dan tak memberinya ruang untuk bergerak apalagi membalas. tapi dari sudut matanya yang terbuka, dia tahu bahwa orang itu adalah kenzie!bagaimana bisa! bagaimana bisa kenzie menemukan lokasinya dengan sangat cepat? dia yakin sudah mengacaukan segalanya, tapi pria ini berhasil datang dan menemukan ellinanya. dia tak bisa bergerak saat pukulan yang entah keberapa kali dia terima membuat seluruh kesadarannya menghilang.melihat irlac tak bergerak, mata kenzie mengedar dengan teriakan yang tertahan. dia dengan cepat menghampiri jendela dan menggenggam erat tangan ellina. saat ini, dia merasa seluruh nyawanya terhisap dan dia akan kehilangan segalanya. segalanya yang membuat hidupnya tak berarti jika itu terjadi."ellina!" teriaknya kuat. dia merasa ellina mencoba menghindari tangannya, dan
Hutan perbatasan itu tampak sangat sunyi tapi asri. Rumah kayu yang tampak sepi itu masih terlihat kokoh meski tak berpenghuni. Ellina baru saja turun dari mobil dan berdiri terpaku menatap rumah yang sangat dia kenali sejak dua tahun lalu. Sosoknya yang lemah tampak tersenyum dengan rasa rindu yang tercetak jelas. Rambut panjangnya tampak bergoyang pelan tertiup angin, dengan mata bulat hitam yang berair dan jernih, sosoknya terlihat kian cantik dengan kulit putih pucat yang menampilkan bibir merah cerrynya."kau tinggal di sini?" Ellina menoleh saat tangan Kenzie merangkul pundaknya dengan tatapan meneliti rumah kayu di depannya. Senyumnya tampak sangat lemah saat mengingat kejadian berat dua tahun lalu yang harus dia alami. Trauma dalamnya membuatnya tak bisa hidup dengan baik saat itu. Dia harus mengalami mimpi buruk yang panjang hingga hampir gila karena ketakutan. Dan pria di sampingnya yang kini kembali menjadi suaminya adalah orang yang membuatnya seperti itu."Aku tak menyan
Auman suara binatang buas itu tampak sangat menakutkan. Di tengah sejuknya udara kota Cina, sangat berbanding berbalik dengan sebuah ruangan besar di salah satu bangunan di sana. Dalam ruangan itu, seorang Pria tampan menatap wanita yang sujud di kakinya. Wajahnya tak menunjukkam ekspresi kecuali kedinginan yang mendalam. Mata kelamnya bahkan mampu menusukkan ribuan jarum runcing. Membuat semua mata tertekan hingga jurang terdalam. Di sisi kanannya, binatang peliharaannya, Serigala putih tinggi yang bersih, duduk bersimpuh dengan auman yang mematikan. Matanya menatap nikmat pada hidangan yang akan ia dapatkan. Membuat semua orang, menahan napas berat dalam atmosfer udara yang tertekan.Di sisi kirinya, seorang wanita cantik dengan kecantikan yang tak terkalahkan. Tersenyum puas dengan pemandangan di depan matanya. Ia bahkan sama sekali tak memiliki rasa iba, membuat keadaan kian runyam dengan senyum lembut di balik wajah cantiknya. Keanggunan yang me
Siang ini Ellina mengurung dirinya di dalam kamar. Semua kepalsuan keluarganya kini terlihat jelas di matanya. Tidak, jika ia tak pernah mati sebelumnya dan mengetahui itu semua, apakah ia akan lebih sadar akan sekitarnya. Merasa sangat tak berdaya akan kebodohannya di masa lalu itu membuat tubuhnya di liputi kebencian yang mendalam.Tidak, ia tak bisa terus seperti ini. Di kehidupan sebelumnya, ia dengan rela meninggalkan kuliahnya demi menjalani semua hal yang di butuhkan untuk menjadi seorang istri yang pantas bagi Kenzie. Terlepas dari itu semua tak ada sesuatu pun yang ia dapatkan. Kecuali kebencian dan punggung dingin suaminya. Jika dari awal ia tahu, bahwa semua usahanya akan sia-sia. Ia tak akan melakukan semua itu. Bahkan meninggalkan semua hal yang ia sukai demi pria dingin tak berperasaan sepertinya.Saat wajah pria itu terbayang, tubuhnya bergetar takut. Secara naluri, bayangan hewan peliharaan suaminya itu tak terlup
Saat pertandingan Meretas itu siap, hari telah menjelang sore. Ellina menghabiskan seluruh waktu yang tersisa dengan menjelajahi dunia melalui laptop Lykaios yang ia dapatkan. Matanya fokus pada saru titik, tak peduli kegaduhan yang telah ia ciptakan di luar kelasnya. Matanya sama sekali tak menoleh pada titik lainnya meski kelasnya telah begitu ramai layaknya pasar karena banyaknya pria yang ingin mengenalnya.Di dalam kelas, tak satupun orang ingin keluar. Ini merupakan anugerah untuk mereka karena dapat melihat dewi kecantikan mereka secara dekat. Diam-diam Alvian dan Lykaios mengamati tanpa kata. Lalu beralih pada luar ruangan yang telah ramai dengan semua pria dengan hadiah kecil di tangan mereka.Bukankah ini menyebalkan? Kenapa mereka menghalangi pintu?Aku sangat sadar akan daya tariknya, tapi bukan berarti aku harus menanggung tatapan semua orang, oke? Sejak kapan wanita itu mahir
Lexsi menutup pintu kamarnya rapat. Ia bersandar di balik pintu dengan mengepalkan tangannya. Wajah Ellina terlintas, dan semua rasa muak itu hadir di permukaan."Ahkkkk ...!" teriaknya kalap. Beberapa barang telah melayang menyebabkan keributan. "Bagaimana bisa! Aku meletakkan dia di depanku agar hidupnya kacau. Tapi kenapa! Tapi kenapa aku tak tahu bahwa orang yang di jodohkan dengannya adalah orang yang seperti itu. Harusnya dia cabul! Harusnya dia berjenggot dengan perut buncit! Harusnya Ellina menderita ...!"Napasnya tak beraturan dengan emosi yang memuncak. Ia biasanya tak seperti ini. Ia telah melakukan ini dari lama. Menahan amarahnya dengan bersikap lembut dan menjadi anak yang sangat baik. Agar orangtuanya segera mengerti, bahwa mereka tak menbutuhkan anak lain selain dirinya. Tapi kali ini, rencananya benar-benar meleset."Apa yang harus aku lakukan?" tanya sambil
Reegan World Grup terlihat tegang siang ini. Ruangan rapat bernuansa putih dengan meja besar panjang di tengah itu tampak sunyi. Bukan karena tak berpenghuni, tapi karena tak ada satupun orang yang berani bicara. Raut tegang itu terlihat jelas di setiap wajah dengan mimik takut dan tertekan luar biasa. Semua orang menatap lesu pada pimpinan perusahaan mereka karena tak juga bersuara meski rapat telah usai."Jadi, kalian mengatakan bahwa kita telah kalah dari perusahaan Yu Blade Comunication?"Suara dingin dengan tekanan berat itu membuat suasana kian menegang. Pria itu tak memiliki ekspresi lain selain menatap satu per satu orang yang menghadiri rapat di ruangan itu."Itu, kita hanya mengira-ngira Ceo Ken,"Anggukan setuju menyambut saat sebuah suara menjawab pelan. Lalu,Srakkk!!!Suara tumpukan kertas di banting di atas
Part belum di revisi.Typo bertebaranHappy reading.***Kenzie tak mengerti, kenapa wanita di depannya sangat tak menyukainya hingga tatapan benci dan takut itu terlihat jelas. Ia tak bergeming dan tetap mengeratkan genggaman tangannya hingga tiba-tiba tubuh kurus itu ambruk tak sadarkan diri.Sudut matanya mengerut dengan tangan refleks menangkap tubuh gadis di depannya. Ia bisa melihat dengan jelas ada keringat dingin di dahi dan pelipis yang mengalir. Merasa tatapan orang sekitarnya tak begitu nyaman, Kenzie mengangkat tubuh gadis itu dalam gendongannya. Melangkah dingin menuju Lycan Hypersport hitamnya. Mobil hitam itu melaju cepat menuju apartemennya di kawasan kota Z.Saat mereka sampai di apartemen, Kenzie meletakkan tubuh Ellina di atas tempat tidurnya. Wajahnya masih sangat tena
Hutan perbatasan itu tampak sangat sunyi tapi asri. Rumah kayu yang tampak sepi itu masih terlihat kokoh meski tak berpenghuni. Ellina baru saja turun dari mobil dan berdiri terpaku menatap rumah yang sangat dia kenali sejak dua tahun lalu. Sosoknya yang lemah tampak tersenyum dengan rasa rindu yang tercetak jelas. Rambut panjangnya tampak bergoyang pelan tertiup angin, dengan mata bulat hitam yang berair dan jernih, sosoknya terlihat kian cantik dengan kulit putih pucat yang menampilkan bibir merah cerrynya."kau tinggal di sini?" Ellina menoleh saat tangan Kenzie merangkul pundaknya dengan tatapan meneliti rumah kayu di depannya. Senyumnya tampak sangat lemah saat mengingat kejadian berat dua tahun lalu yang harus dia alami. Trauma dalamnya membuatnya tak bisa hidup dengan baik saat itu. Dia harus mengalami mimpi buruk yang panjang hingga hampir gila karena ketakutan. Dan pria di sampingnya yang kini kembali menjadi suaminya adalah orang yang membuatnya seperti itu."Aku tak menyan
dua suara itu terdengar dalam waktu bersamaan. irlac tak dapat merespon sebelum menyadari bahwa pintu kamar itu terdobrak dan satu hantaman melayang ke wajahnya. pukulan itu terus saja datang tanpa jeda dan tak memberinya ruang untuk bergerak apalagi membalas. tapi dari sudut matanya yang terbuka, dia tahu bahwa orang itu adalah kenzie!bagaimana bisa! bagaimana bisa kenzie menemukan lokasinya dengan sangat cepat? dia yakin sudah mengacaukan segalanya, tapi pria ini berhasil datang dan menemukan ellinanya. dia tak bisa bergerak saat pukulan yang entah keberapa kali dia terima membuat seluruh kesadarannya menghilang.melihat irlac tak bergerak, mata kenzie mengedar dengan teriakan yang tertahan. dia dengan cepat menghampiri jendela dan menggenggam erat tangan ellina. saat ini, dia merasa seluruh nyawanya terhisap dan dia akan kehilangan segalanya. segalanya yang membuat hidupnya tak berarti jika itu terjadi."ellina!" teriaknya kuat. dia merasa ellina mencoba menghindari tangannya, dan
"ellina,"ellina sempat membeku saat melihat vania berdiri di dalam ruangannya. tatapan matanya meneliti dan kemudian tersenyum sinis. "haruskah aku panggil ibu?" "aku ikut membesarkanmu," jawab vania dingin. tatapan matanya mengejek dengan tubuh yang terus mendekat. "ikut denganku," raihnya menarik tangan ellina."kenapa aku harus?" tanya ellina tak bergerak dan menahan tangannya. tatapannya dingin dengan tatapan yang menghujam. ekspresi muak terlintas di balut dengan senyum tipis yang entah kenapa di mata vania terlihat sedikit menakutkan. "lepas,"vania tertawa, "kau masih belum sadar? kenapa kau sangat mejijikkan?" ucapnya mengeluarkan kebencian. "aku, sampai mati, tak akan membiarkanmu bahagia sementara anakku mati menderita. aku tidak akan membiarkanmu menikah ataupun pergi dengannya! kau harus mati, dengan cara yang mengenaskan dan sama dengan yang lexsi alami. aku berjanji, bahwa akuakan menunjukkan neraka untukmu di depan makam putriku!" teriaknya pada akhirnya.ellina mundu
ruangan terbuka itu memiliki udara sejuk dengan tanah liat yang terlihat sedikit basah. di bagian lain, tampak rumput-rumput kering yang bergoyang saat angin pagi menyapa halus. tampaknya hujan semalam memberikan harapan untuk hidup kembali. sedangkan di ujung sana, tampak bukit hijau yang menjulang dengan awan-awan putih yang menggantung di setengah badan gunung belum menghilang. di balil bukit, tampak cahaya keemasan terlihat malu-malu untuk bergerak tinggi dan menyinari. "sial" makian itu jelasterdengar ditngah udara dan pemandangan yang baik di pagi hariini. hal itu membuat ellina mengernyit tak mengerti."apa yang terjadi pada alvian?" tanyanya sambil melangkahdengan kaki telanjang namun tiba-tiba tangan kenzie meraih tangan dan merengkuh pundaknya. gaunnya yang panjang kebelakang tampak membentang dengan punggung yang terbuka, menampilkan tato mawar merahnya yang menyala. itu cantik dan sempurna.sudut mulut kenzie membentuk senyum tipis. wajahnya dia dekatkan saat kepala elli
hari ini livian tampak sibuk mengatur seluruh keperluan pesta yang akan di adakan nanti malam. kerena irlac telah resmi keluar dan lepas tangan dari L. V. Technology sejak ellina dinyatakan sebagai pewaris sah, livian mengambil alih segalanya untuk sementara karena ellina mengatakan belum siap untuk mengatur dan menjadi pemimpin keluarga. dan semua itu menjadi tanggung jawabnya kembali seperti sebelumnya.malam ini, saat acara pesta peretasan itu resmi digelar, beberpa tamu mulai berdatangan. dengan menyewa gedung milik keluarga E. V. yang telah ellina atur sebelumnya, membuat livian medesah lega. kini dia bisa melihat acara yang dia atur cukup ramai dengan desain dan balok es sebagai hiasan yang melambangkan ornamen perangkat lunak, atau ikon-ikon ang sering digunakan dalam peretasan. pencahayaan yang pas membuat suasana pesta itu tampak mewah dan berkelas. livian memberikan sambutan saat seluruh tamu telah datang dan memanggil ellina sebagai pemenang juga sebagai pewaris keluarga
Lima hari berlalu sejak Ernest tersiksa dan merasakan menderita hingga akhirnya berujung gila! tak ada ketampananlagi di wajahnya, setiap hari dia hanya tertawa, menangis lalu merintih kesakitan saat kesadarannya pulih. kehilangan lidah, dua tangan dengan dua kaki patah benar-benar membuatnya tak berdaya. dia pun memilih bunuh biri saat damon bar saja datang untuk menyiksanya.di lain tempat, qianzie mengalami hal yang sama. beebrapa hari telah berlalu dan dia tak dapat tidur sama sekali. dia benar-benar tersiksa, saat obat tidur itu memaksa matanya untuk terpejam namun dia memaksakan untuk tidak tidur. karena jika dia tidur, tali yang mengikat tubuhnya akan terlepas karena tangannya yang tak dapat menggengam erat tali di atasnya. bing bing di bawah sana sudah pasti akan mehapnya karena mulai merasa lapar sejak satu hari yang lalu. menyaksikan bing bing setiap hari melahap anak buahnya satu persatu yang keluarga Reegan temukan, membuatnya sangat ketakutan. dia tak tahu bahwa akan di g
Beberapa hari kemudian, Kenzie terlihat telah pulih meski tangannya masih di perban. Untung saja itu tidak patah, juga luka gores di lengan dan punggungnya telah sepenuhnya mengering. saat ini, Ellina berada di dalam ruangan Kenzie di rumah sakit, tengah duduk sambil membaca sebuah majalah dimana fotonya terpajang sebagai pewaris sah perusahaan L. V. dan E. V. sekaligus. dia mendesah karena merasa semua ini salah, dia meletakkan majalahnya lalu menatap Kenzie yang diam."Dimana Ernest?" Kenzie melirik Ellina datar. "Kenapa kau tanyakan itu padaku?""Kenzie," panggil Ellina lirih. dia tahu statusnya, juga tahu bahwa peringatan untuk menjauhi Ernest bukanlah main-main. tapi rasanya dia juga tak akan mengambil posisi ernest selama ini. "aku sudah mencarinya, tapi dia menghilang!""akan lebih bagus jika dia tewas!" balas kenzie kesal."kenzie" peringat ellina menunjukkan rasa tidak suka.kenzie memperhatikan ellina sekali lagi dan terlihat bahwa istrinya itu telah benar-benar pulih dan
Malam ini, Kenzie memeluk erat Ellina dalam rengkuhannya. Diam-diam dia bersukur pada kecelakaan yang telah mereka alami. Karena hal tersebut dia memiliki waktu yang banyak untuk bersama istrinya. Tapi sepertinya, keadaan tubuhnya tidak terlalu baik. Dia merasa luka-lukanya kian sakit dan semakin perih setiap waktunya. Meski begitu, dia menggunakan satu tangannya untuk memeluk Ellina erat. Lykaios memimpin langsung pencarian ke dasar jurang. Bersama anak buahnya dan beberapa dokter, dia menyusuri lembah dengan sangat hati-hati. Dia tak menyangka bahwa akan ada hutan lebat di dasar jurang curam yang seperti ini. Dia pikir, semua hanya akan ada tanah tandus bebatuan yang kering. Pencariannya tidak secepat yang dia pikir. Dia terus saja masuk ke dalam hutan dan menyusuri sungai untuk mencari arah yang lebih mudah. Waktu terus berlalu dan dia sama sekali tak berhenti untuk mencari. Dia bahkan melihat hari telah mulai pagi meski di dalam hutan ini tampak gelap karena cuaca yang mendung da
Hari dimana jati diri Ellina terungkap ke media adalah hari yang berat untuk Wilton. Saat dia baru saja berpikir untuk menjemput Ellina, dia mendapati kabar bahwa putri satu-satunya mengalami kecelakaan dan mungkin saja telah meninggal. Semua terlalu kebetulan untuknya, dia menjadi kian curiga saat sebuah surat tak bertuan melayang untuknya dengan informasi bahwa putra luarnya yang telah merencanakan pembunuhan pada putrinya. Hal itu jelas membuat darah Wilton mendidih. segera, dia mendatangi kantor E. V. Company dalam diam.Sedangkan di rumah keluarga Rexton, saat jati diri Ellina terungkap ke media, Aldric tampak linglung. Mantan istri yang dia cintai sebenarnya adalah putri dari keluarga L. V. yang tengah bersembunyi. Tapi dia, tanpa sengaja membuat hidup istrinya menderita hingga kematiannya. Terlebih pada ellina, dia baru menyadari bahwa Ellina adalah putri dari Wilton, yang artinya putri dari keluarga E. V.. Semua darah yang mengalir di tubuh Ellina adalah darah konglomerat yan