Share

Kenyataan lain.

Penulis: Ellina Exsli
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-21 20:17:32

Part belum di revisi. 

Typo bertebaran. 

Happy reading! 

***

Ellina mengelus dadanya saat berhasil keluar dari apartemen Kenzie. Ia hanya menemukan handphonenya dari sekian banyak barang yang ia beli hari ini. Tak mempedulikan itu semua, tangannya mulai berselancar cepat di layar ponselnya. Memasuki sebuah grup kampusnya dan dengan cepat mendapati nomor telepon Nero. 

"Jemput aku," ketik Ellina cepat. Lalu pesan selanjutnya ia kirim. "Apartemen A di kota Z,"

Ting! 

Balasan Nero begitu cepat sampai. 

"Siapa?"

Ellina bernapas lega. Lalu tangannya mulai mengetik lagi. 

"Ellina Aracelia Azzuri!"

Menunggu balasan, Ellina berjongkok di halaman bangunan apartemen dengan menggenggam erat ponselnya. 

"Sepuluh menit. Tidak, lima menit lagi," 

Mata Ellina menyipit. Lima menit? Apakah Nero ada di sekitar sini? Tak lama setelah itu sebuah suara klakson mobil terdengar. Ellina mendongak, mendapati wajah Nero yang tampak kusut dengan kacamata masih menggantung di sana. Tanpa banyak kata, Ellina memasuki mobil hitam tersebut. 

"Terimakasih," ucap Ellina saat mobil mulai melaju. 

Mata Nero menyipit, tatapannya mulai menyelidik. "Kau dari Apartemen A?"

Ellina mengangguk. 

"Pacarmu?"

"Bukan!" bantah Ellina langsung. "Bagaimana denganmu?"

Nero mencibir. "Aku tinggal di Apartemen C, bangunannya berada di balik apartemen A."

"Oh,"

"Apa yang kau lakukan?" tanya Nero ingin tahu. 

"Kabur." jawab Ellina tanpa pikir panjang. 

Nero tertawa. "Kabur? Apa kau memiliki masalah dari rumah?"

Ellina menggeleng. "Aku kabur dari serigala putih yang akan membunuhku."

Nero tertawa lagi. Menganggap perkataan Ellina seperti candaan saat pertemuan. "Kemana aku harus mengantarmu?"

"Taman barat di hunian Rose Garden."

Nero menoleh. "Kau tinggal di sana?"

Ellina mengangguk. 

"Kau--"

"Keluarga Rexton," jawab Ellina mengetahui pikiran Nero. "Tak ada yang tahu bukan?"

Nero menatap simpati. "Aku tak tahu kau putri dari keluarga Rexton. Kau tak memiliki nama keluarga ayahmu?" 

Alih-alih menjawab, Ellina lebih memilih menggali informasi. "Bagaimana denganmu?"

"Aku?" matanya meneliti jalan lalu kembali menatap Ellina sesaat. "Aku putra terakhir keluarga Prinz. Kau mungkin tak begitu mengenal keluargaku. Keluargaku tak sekaya empat keluarga berpengaruh di Kota Z. Keluarga Blade, Canuto, E.V dan yang teratas, Keluarga Reegan. Tapi kami hidup cukup baik," 

"Yah, kau terlihat tak pernah pamer dengan kekayaanmu," ucap Ellina jujur. 

Nero tertawa tipis. "Bagaimana denganmu? Kau juga merupakan keluarga terpengaruh setelah empat keluarga teratas. Aku sangat tahu saham keluarga dalam bidang properti begitu baik."

Ellina menggeleng tak peduli. "Aku tak tahu sama sekali soal itu,"

"Itu yang membuatmu berbeda," Nero menatap Ellina yang bersandar dan memejamkan matanya. "Kau tahu? Kau berbeda dari para gadis jurusan kita. Terlihat tak peduli pada sesuatu meski hidup tengah berputar di sekitarmu. Apa kau juga tahu? Kau gadis terpopuler di kampus kita saat ini."

"Apakah itu penting? Dari mana rating itu berasal?"

"Aku tak tahu, tapi semua pria kurasa mulai mengidolakanmu."

Ellina tak menanggapi dan memilih diam. Matanya terpejam dengan napas teratur. Ia tertidur. Nero pun tak mengusik ketenangan Ellina. Ia dapat melihat wajah lelah di sana. Namun ia cukup berhati-hati, karena Ellina keluar dari Apartemen A, itu berarti Ellina berada dalam kisaran keluarga kaya raya. Dan ia tak ingin mencari masalah dengan ini. 

Setengah jam kemudian mobil Nero telah sampai. Ia menatap rumah besar mewah bergaya eropa yang tampak terawat dengan baik. Ellina turun dari mobil dan melambaikan tangannya. 

"Terimakasih atas tumpanganmu, Nero."

Nero mendengus. "Kau pikir aku supir? Lain kali aku tak akan melakukan ini."

Ellina tertawa saat mobil Nero melaju meninggalkannya. Ia melangkah masuk ke dalam rumah dan di sambut tatapan dingin ayahnya. 

"Darimana saja baru pulang?"

Ellina menunduk minta maaf. "Aku ada acara bersama teman."

"Siapa yang mengantarmu?"

"Teman satu jurusan,"

"Kenapa kau tak datang dalam pertemuan keluarga kali ini?"

Kening Ellina mengernyit. "Pertemuan Keluarga? Kapan?" 

Aldric menahan rasa kesalnya. "Sekarang kau pura-pura lupa?"

Ellina menggeleng. "Tidak, Ayah. Aku memang tak tahu."

"Jangan mencari alasan! Adikmu telah mencoba menarikmu tapi kau mengatakan pertemuan itu tak penting! Apa aku membesarkanmu tanpa moral?" nada suara Aldric meninggi. Ia menunjuk wajah Ellina kasar. "Masuk ke kamarmu dan jangan keluar sampai minggu depan!"

Ellina langsung tertegun. "Tapi Ayah, aku harus pergi kulia--"

"Kau bisa pergi setelah pertunaganmu selesai!"

"Pertunangan?" tanya Ellina kaget. Ia sangat yakin, saat ini tak ada berita apapun dari keluarga Reegan. "Bukankah itu masih tahun depan"

"Putra keluarga Reegan ingin semua di percepat!" matanya Aldric menggelap. Wajahnya mengeras marah. "Jangan coba menolaknya, atau kau akan keluar dari rumah ini!"

Ellina terpaku. Kenapa semua menjadi seperti ini? Dalam kehidupan dulu, ia sangat ingat bahwa Kenzie mencoba menggagalkan pertunangan ini. Tapi dalam kehidupan ini, kenapa ia merasa pilihan Kenzie sangat berbeda. Kenapa Kenzie mempercepat semuanya. Saat semua rencananya belum satu pun yang berjalan, takdir seakan mendekatkan mereka dengan sangat cepat. 

Ellina menutup pintu kamarnya rapat. Ingatannya berputar pada kehidupannya yang lalu. Ia ingin meremas ingatannya namun rasa sakit dari kenangan itu menyadarkannya. Tak ada yang bisa ia lakukan, selain mencoba menjauhi Kenzie atau keluar dari keluarga ini. Hanya itu caranya. Agar ia bisa bertahan hidup. 

Di timbang dari segi manapun, hanya cara kedua yang mungkin ia lakukan. Keluar dari keluarga Rexton. Maka ia tak perlu menghadapi pertunangan bisnis ini. Lagi pula, ia sangat ingat. Cepat atau lambat ia tetap akan keluar dari keluarga Rexton. 

Ketukan pintu terdengar, Ellina membukanya dan wajah Lexsi menyambut. 

"Kakak, dari mana saja kau baru pulang?"

Tak menjawab, Ellina lebih memilih tersenyum mengejek. Ia sangat muak dengan raut khawatir Lexsi yang palsu. Rasanya, ia ingin merobek semua sandiwara yang telah dilakukan Lexsi selama ini. Kemuakan terlihat jelas di matanya. Namun senyum tipis itu terukir, dengan pikiran ; kapan semua ini akan berakhir? 

"Masuklah," kata Ellina. "Bukankah ada hal yang perlu kau bicarakan?"

Lexsi mematung. Langkahnya terlihat ragu namun ia tetap masuk ke dalam kamar Ellina. "Kakak, jangan pernah pikirkan apa yang Ayah katakan. Kau tahu Ayah--"

"Apa yang Ayah katakan?" tanya Ellina sambil menutup pintu kamarnya. Senyumnya terukir pias. 

"Apa?" tanya Lexsi tak mengerti. Ia menatap senyum Ellina dan entah kenapa wajahnya menjadi gugup. "Bukankah Ayah memarahimu?" tanyanya hati-hati. 

Ellina merasa puas saat melihat Lexsi mulai masuk dalam permainannya. Ia bosan, dan harus menyelesaikan semua ini. "Kenapa Ayah harus marah padaku?" 

Lexsi menggengam erat kepalan tangannya. Mencoba menutupi wajah gugupnya. Ia telah cukup kesal selama ini. Menahan semua amarah di hatinya. Tapi akhir-akhir ini,  ia merasa Ellina sangat berubah. Menjadi sedikit cerdik dan sulit ia kendalikan. "Itu, karena pertemuan itu,"

"Pertemuan?" alis Ellina berkerut sedikit. "Benar, pertemuan itu. Bukankah kau harus menjelaskannya padaku?"

Lexsi tertegun. Langkahnya mundur ke belakang. "A-aku? Aku--"

"Tak ada orang lain di sini. Hanya kita! Kau tak perlu memakai topeng palsumu. Apakah kau tak lelah?" bongkar Ellina bosan. 

"Kak, apa maksudmu?" tanya Lexsi pura-pura tak tahu. "Kenapa kau mengatakan itu semua? Apa kau membenciku? Apa kesalahan yang telah aku lakukan?"

Ellina tertawa sedih. Harusnya ia tahu bahwa Lexsi tak akan percaya semudah itu. Dia telah melakukan ini puluhan tahun. "Hentikan! Aku mulai bosan."

"Kak--"

"Baiklah, jika kau tak mau jujur. Kenapa kau berbohong pada Ayah? Telah berapa lama kau melakukan ini?"

"Berbohong? Tidak, aku tak bermaksud --"

"Kau hanya ingin menghancurkan nama baikku bukan? Lalu kau akan mengambil tempatku. Mengusirku dari keluarga ini. Kau telah sejak lama membenciku, Lexsi!"

Wajah Lexsi memucat. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Ellina akan tahu segalanya. "Kak--"

"Hentikan! Kubilang, aku telah bosan!"

Lexsi tertawa. Kilatan benci itu terlihat jelas di matanya. "Benar," jawabnya tanpa ragu. "Aku sangat membencimu! Aku sangat ingin menyingkirkanmu. Kenapa kau sangat beruntung? Membuatku benci setengah mati!"

Ellina tak terkejut. Ia merasa lega karena Lexsi telah jujur. Ia membiarkan Lexsi menatapnya penuh benci. "Tapi kau yang meminta aku menggantikanmu!"

"Benar! Itu aku! Lalu kenapa jika aku memintamu? Kau harusnya berakhir bersama orang buruk dan hidup dengan sengsara. Aku tak mengharapkan bahwa dia sangat berbeda juga memilihmu! Dia menolakku! Kenapa? Kenapa aku selalu kalah darimu?"

"Kau bisa memilikinya jika kau mau. Maka aku akan sangat bahagia," terang Ellina menunjukkan pikirannya. 

Namun hal itu membuat kebencian Lexsi semakin besar. "Memilikinya?" tertawa sedih. "Benar! Itulah yang kubenci darimu! Kenapa aku harus menggunakan semua barang bekasmu! Kenapa kau memberikan semua hal berharga dari hidupmu layaknya mereka sama sekali tak berarti! Tahukah kau, itu sangat memuakkan!"

Ellina tertegun. Ia sama sekali tak menyangka pada kejujuran Lexsi yang ini. 

"Dulu, saat aku pertama kali datang ke rumah ini. Kau memberikan semua boneka bekasmu untukku. Aku tetap tersenyum menerima itu semua. Lalu waktu berlalu dan kau memiliki semua hal yang aku inginkan. Dan hal yang kuinginkan selalu kau berikan seperti mereka tak berarti apa-apa untukmu.  Aku muak! Aku benci! Aku ingin memiliki segalanya sendiri! Tanpa harus berbagi ataupun melihatmu lagi!"

"Lexsi, aku memberikannya karena aku ingin berbagi. Karena aku ingin kau tahu, bahwa aku menyayangimu," jelas Ellina sedih. Ia sama sekali tak tahu bahwa seluruh perbuatannya itu membuat Lexsi membencinya. 

"Lucu sekali! Apa aku pernah memintanya?" 

Ellina terdiam. Ia sama sekali tak menduga semua ini.

"Aku cukup lega kau dapat aku kendalikan selama ini. Tapi akhir-akhir ini, kau berubah! Membuatku merada tertekan dengan pikiran gugup sewaktu-waktu. Aku tak dapat tidur dengan nyenyak. Dan kau semakin berulah hingga aku benar-benar merasa harus menyingkirkanmu dengan mudah!"

"Lexsi,"

"Kenapa? Kenapa kau harus berada di rumah ini! Kenapa kau harus menjadi bagian keluargaku! Kenapa kau tak pergi saja!" 

Ellina tertawa sedih. Menatap air mata Lexsi dengan mata berapi-api.  Itu pasti sangat sulit untuknya. Menahan kebencian sangat lama hingga tak merasakan ketenangan. Ia bergidik ngeri, orang seperti apa yang telah menjad adiknya selama ini. 

"Kau ingin aku pergi?" tanya Ellina dengan sirat tak pasti. Ia tertawa. "Baikan, aku akan melakukan itu. Kau bisa memiliki segalanya! Ayah, ibu, keluarga, dan semua. Aku akan pergi,"

Lexsi tertawa sumbang. "Menggelikan! Dari awal mereka telah milikku. Kau bukan siapa-siapa dalam keluarga ini!"

Hati Ellina mencelos. Ia sangat tahu kenyataan ini, tapi mendengar itu semua secara langsung masih saja menyakitkan hatinya. "Maka bisakah kau berjanji? Jangan pernah usik kehidupanku lagi!  Jangan ganggu hidupku dengan semua alasanmu!"

Benar. Ini adalah langkah yang benar untukku. Dengan ini ikatan takdirku akan berubah. Aku tak perlu berada di sini lagi. Aku bisa menjalani hidupku sendiri. 

Lexsi tertawa mendengar jawaban Ellina. "Kau sangat lucu!" 

Tanpa banyak kata, Lexsi bergeser ke samping dan menyenggol sebuah gelas hingga jatuh dari atas meja. Gelas itu pecah. Ellina cukuo terkejut dengan semua. 

"Lexsi, hati-hati. Menjauh dari sana,"

Tapi belum selesai semuanya. Lexsi sengaja menginjak kakinya pada pecahan gelas kaca tersebut. Hingga darah keluar dari kakinya. Ia mengaduh lalu terduduk sambil menangis. Hal itu membuat Ellina mendekat karena terkejut. 

"Ahhkkk! Sakit. Ayah...! Ibu...!" teriak Lexsi cukup keras. Ellina masih tertegun dan tak dapat memikirkan hal yang Lexsi lakukan. 

Pintu kamar Ellina terbuka kasar. Aldric dan Vania masuk lalu sangat terkejut pada hal yang terjadi. 

"Kakak, aku telah minta maaf. Aku tak tahu kau semarah ini hingga mencoba mendorongku. Kakak, aku bisa jelaskan semuanya. Aku tahu aku bukan anak keluarga ini. Tapi aku sama sekali tak mencoba menyakitimu. Aku akan melakukan semua hal yang kau katakan. Aku akan menjadi adik yang baik untukmu. Jadi jangan seperti ini padaku," Lexsi menangis histeris dengan menggenggam tangan Ellina. Ia masih terduduk dan menekan tubuhnya pada pecahan gelas kaca itu hingga darah semakin banyak keluar. 

Mata Ellina terasa panas. Ekspresinya tak terbaca. Ia sangat tahu sifat Lexsi, tapi tak menyangka bahwa dia akan melakukan semua ini. Ia sangat kebingungan sekarang. Di masa lalu, Lexsi tak pernah melakukan hal ini. Mereka menjadi keluarga harmonis hingga dirinya mati. Tapi di kehidupan ini, kenapa semua menjadi tak terkendali?

"Le-lexsi, aku--" ucap Ellina bingung. 

"Apa yang kau lakukan pada anakku!" potong Vania murka. Ia tak bisa melihat semua ini. Melihat anaknya terluka dengan darah di mana-mana. 

"Ellina!" bentak Aldric kalap. Wajahnya menggelap dengan emosi yang meningkat cepat. "Kau sangat keterlaluan."

"Ayah, Ibu, jangan memarahi kakak. Aku yang salah, jadi tolong jelaskan padanya. Aku akan menjadi adik yang baik, aku--" 

"Berdiri," potong Vania mendekat cepat menarik tangan Lexsi untuk berdiri. 

"Ahkk," pekik Lexsi kesakitan. Ia sangat melebihkan desahan sakitnya hingga wajah Aldric kian berat. 

"A-ayah, ibu. Aku tidak. Aku tidak melakukan itu semua. Lexsi tolong berhenti. Jelaskan pada mereka semua--"

"Aku telah menahannya selama ini!" potong Aldric marah. Ia menatap Ellina benci. "Tapi aku tak menyangka kau tega mekakukan ini pada keluargamu. Jik hari ini adikmu, lalu siapa selanjutnya? Kau sangat berubah," jelasnya sangat dingin. 

Ellina menggeleng. Air matanya jatuh tanpa di minta. "Tidak Ayah. Ini tidak seperti yang terlihat. Aku bisa jelaskan."

"Keluar!" tunjuk Aldric pada pintu kamar Ellina. "Mulai hari ini, keluarga Rexton hanya memiliki satu anak. Jadi jangan pernah datang dan di sini lebih lama lagi!"

Ellina tertegun. Semua sangat tiba-tiba meski itu yang ia inginkan. Harusnya tak seperti ini. Harusnya ia mengalami ini dua atau tiga tahun lagi.  Ia bahkan belum memberi apa-apa pada ayahnya. Meski ia hanya anak pungut. Harusnya  ....

"Ayah," ucap Ellina kecewa. Jantungnya rasanya terengut. Semua kenangan kecilnya yang manis terbayang hingga luka menyayat terasa kian menyakitkan. "Ayah, aku--"

"Aku tak tahu, kenapa aku memilki anak sepertimu! Kenapa dia melahirkanmu dan mengorbannya nyawanya pada manusia sepertimu!"

Bagaikan petir, sebuah kenyataan yang membuat mata Ellina terbelalak.  Ayahnya baru saja mengungkapkan sebuah rahasia yang tak pernah ia duga. Dan hal ini menyangkut ibunya. Tapi kenapa semua kian menjadi menyakitkan? 

"Ayah," ucap Ellina menggantung. Air matanya begitu deras. "Apa maksud Ayah?" tanyanya menuntut penjelasan. 

"Aku kecewa padamu. Aku telah menahan semua ini! Apakah kau harus melakukan ini.  Aku bahkan tak mengenalmu! Kau sangat jauh berbeda dari ibumu! Kau merengut semua hal yang kucintai!" jelas Aldric dingin. Ada tatapan terluka dalam di matanya. Tapi rasa benci telah berkumpul menjadi satu.

Lexsi dan Vania yang mendengar itu tersenyum dalam hati. Mereka puas, melihat hubungan ayah dan anak menjadi berantakan. Sebentar lagi, mereka bisa memiliki semuanya sendiri. Hal yang mereka rencanakan dari lama akan segera terwujud. 

"Pergi dari sini! Mulai hari ini, aku tak pernah memiliki anak sepertimu! Dan jangan gunakan nama keluarga ibumu! Jangan menjelekkan nama orang yang aku cintai!" 

Ellina masih terpaku. Semua sangat mengejutkan untuknya. Tapi rasa sakit ini kian terasa. Dan semua kenyataan ini? Ada apa dengan kehidupan ini? Kenapa ia bisa menjadi anak kandung ayahnya? Kenapa ayahnya sangat terluka pada perbuatannya? Ia sama sekali tak mengerti, namun rasa sakit ini lebih terasa menyakitkan dari yang pernah ia alami di kehidupan sebelumnya. Ia telah di buang untuk kedua kalinya. Bedanya, ia benar-benar melukai ayah kandungnya. Dan di buang dengan sangat tiba-tiba. Hatinya tak siap, tapi ia harus melangkah. Meninggalkan semua ini di sini. Kini akhirnya ia hidup sendiri. Tapi kenapa rasanya seperti ia menyesali keputusan ini?

***

Bab terkait

  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Kematian kedua

    Part belum di revisi.Banyak salah dan typo.Happy reading!***Ellina melangkah keluar dari Taman Barat dengan linglung. Ia tak membawa apapun. Langkahnya terlihat ragu namun ia tetap pergi dari keluarga Rexton. Saat ini di antara jalan-jalan gelap, ia tak dapat berpikir dengan tenang. Telah satu jam lamanya ia berjalan, melewati toko-toko dari keramaian dan terus melangkah. Ia seperti orang yang kehilangan arah.Matanya meneliti jalan dengan seksama. Ia tak pernah mengalami ini semua di kehidupan sebelumnya. Ia tak tahu harus berbuat apa, namun ia merasa guncangan batinnya sangat kuat. Ia dapat merasakan beratnya meninggalkan keluarga Rexton. Ia dapat merasakan betapa semua kian menyakitkan. Dan ia tak dapat melakukan apa-apa.Ia merasakan perutnya perih, ini jelas bahwa ia belum makan sesuatu sejak siang. Namun ia tak memiliki apa-apa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-21
  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Trauma.

    Part belum di revisi.Banyak typo.Happy reading!***Rumah sakit itu tampak tenang dengan dokter-dokter terbaik pilihan. Saat ini tubuh Ellina terbaring lemah dengan selang infus dan beberapa peralatan medis. Beberapa perawat berjaga untuknya selama beberapa hari. Namun nyatanya tubuh Ellina tak menunjukkan perubahan. Tetap lemah, atau bisa di katakan koma namun seluruh sarafnya masih bekerja. Ia seakan tertahan oleh sesuatu, hingga tak ingin sadarkan diri di bawah kendali pikirannya.Seorang pria tengah duduk dengan tangan menekan bibirnya. Tubuhnya tampak tegap dari belakang dengan postur tinggi. Beberapa tindik di telinganya menampakan keliaran sikapnya. Dengan sepasang alis tebal yang rapi lalu di bingkai dengan hidung yang menjulang tinggi. Ketenangannya seakan menghanyutkan, bahkan hanya dengan sedikit senyumnya, maka beberapa dari mereka akan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-21
  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Semua yang tak sama.

    Udara di Maple Villa tampak sangat sejuk. Lahan luas, seluas mata memandang dengan pohon-pohon pinus yang penuh salju itu tampak memutih. Di tengah-tengah ada bangunan villa yang tampak megah dengan desain modern. Ruangan dengan dinding kaca di beberapa bagian memperlihatkan taman bunga di bagian samping dengan air mancur yang membeku. Memperlihatkan bahwa villa ini sangat di jaga dengan baik.Dan di sanalah Ellina tinggal. Sejak pindah dari rumah sakit, ia menutup dirinya di dalam kamar. Berteriak histeris dengan rasa takut yang mengerikan. Atau melukai dirinya sendiri hingga akhirnya Ernest memilih untuk mengurungnya. Mengikat tangannya agar Ellina tak melakukan hal yang menyakiti dirinya sendiri.Miris, Ernest menatap sedih berlian perusahaannya. Namun ia tetap melakukan yang terbaik karena telah mengambil pilihan. Ia sangat yakin, suatu hari nanti semua akan kembali membaik. White Fox nya pasti akan bangkit dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-21
  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Dia ...

    Satu tahun kemudian, keadaan Ellina tak banyak berubah. Hanya ada perbedaan kecil. Saat ini ia tak lagi ingin melukai dirinya. Pandangannya masih saja tetap kosong. Dengan lingkar mata yang dalam dan tubuh yang sangat kurus. Rambutnya sangat berantakan. Bekas air mata itu tetap terlihat di wajah tirusnya. Bibir ranumnya terlihat lebih baik. Tak ada luka di sudut bibirnya atau lidahnya. Ia hanya tak menyentuh makanan.Di pergelangan tangannya masih terpasang selang infus. Ernest memastikan agar para perawat menyuntikkan nutrisi makanan agar tubuh Ellina tetap bertahan. Ia mulai memasukkan barang-barang seperti Tv, laptop, atau handphone. Meski Ellina tak tergerak untuk menyentuh itu semua. Namun Ernest sangat yakin, suatu saat barang itu masih berguna.Seperti hari ini, Ernest memasuki kamar Ellina dan menarik tirai jendela kaca. Menampilkan salju yang tengah turun dengan hawa dingin yang membekukan. Ia tersenyum tulus, menatap El

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-21
  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Bunga dalam karung.

    Part belum di perbaiki.Typo bertebaran.Ellina menatap pintu kamar yang tertutup. Hal utama yang ia lakukan adalah menatap wajahnya di cermin. Ia mengerutkan keningnya dan mundur perlahan. Terkejut dengan bayangan yang keluar dari cermin."Tidak, itu bukan aku' kan?"Merasa tak percaya, ia perlahan memperlihatkan wajahnya sekali lagi. Dan lagi-lagi ia terlonjak kaget kebelakang. Tangannya menyentuh kasar wajahnya. Dengan mata terbuka lebar dan mulut menganga."Hah, tidak mungkin! Sejak kapan aku berubah menjadi setan kurus yang mengerikan?"Merasa syok, ia menetralkan cara berpikirnya. Hal utama yang ia lakukan adalah merenung. Mengingat setahun terakhir ini dan menatap salju-salju yang turun. Di luar jendela kaca kamarnya, uap udara tercetak jelas. Membuat tangannya menulis pelan di atas kaca jendela."Dendam dan kedamaian,"&n

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-21
  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Aku tak meminta bantuanmu.

    Typo belum di perbaiki.Happy reading.Ellina menikmati sarapan paginya dengan tenang. Saat waktu mulai beranjak, ia melangkah ke ruangan tengah. Duduk di sebuah bangku dengan menyilangkan satu kakinya. Tangan mungilnya menarik sebuah koran, membacanya pelan dan meremas ujung koran di lain sisi.Di dalam koran tersebut, jelas wajah Lexsi tengah tersenyum. Berdampingan dengan Kenzie yang masih terlihat angkuh dan dingin. Hal-hal yang di tulis di dalam koran membuat Ellina meringis. Ketawa di dalam hati dengan kutukan kematian."Nikmati waktumu, karena saat aku kembali, semua hal yang menjadi milikku, akan kuambil kembali."Seorang pelayan datang dan menyajikan sebuah teh. Ellina terlihat tak terganggu dan masih terpaku pada koran di tangannya. Ia tak tahu, bahwa saat ini seluruh pelayan tengah memperhatikannya. Caranya tersenyum, bergerak, bahkan duduk. Semua hal yang ia lakukan terlihat is

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-21
  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Sebuah keburukan

    ***"Benar-benar sebuah keburukan,"Kata-kata itu terlalu berat di telinga Ernest. Senyumnya terukir pelan dengan jari menelusuri wajah Ellina. Sedangkan satu tangan lainnya semakin mengeratkan genggaman tangannya di pergelangan tangan Ellina."Kau ingin kematian seperti apa?" tanya Ernest sangat pelan. Sangat dingin dengan senyum tipis yang tak pernah pupus. Zacheo menahan napasnya saat melihat itu semua."Seperti ini, atau ...,"Tubuh Ellina sedikit tergerak saat tangan Ernest menekan lehernya. Cukup kuat hingga ia dapat merasakan pasokan udara yang kosong di paru-parunya. Denyut nadinya terasa lebih sakit karena genggaman itu semakin kuat. Perlahan, saat tekanan di lehernya semakin kuat, ia hanya bisa tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Atau yang seperti ini?"E

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-21
  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Tawanan mewah.

    Ruangan putih itu terlihat pengap dengan bau obat yang kuat. Setelah satu hari lamanya, Ellina akhirnya membuka matanya. Sudut ruangan yang asing membuat matanya menyipit. Ia melihat selang infus yang menggantung dan terhubung dengan nadinya. Tak jauh dari tangannya, seorang pria tertidur dengan sangat pulas. Bahkan ia bisa melihat, bulu mata lentik yang menyatu terlihat tebal dan menawan.Saat pintu ruangan terbuka, Ellina menoleh pelan. Itu Zacheo, terlihat sedikit kaget dari ekspresi wajahnya. Langkahnya mundur dengan menutup pintu ruangan. Membuat Ellina mengernyitkan keningnya. Tak lama pintu terbuka lagi, di belakang Zacheo seorang dokter masuk. Mulai memeriksanya hingga membuat pria yang tidur itu terbangun."Permataku," ucapnya kaget dan berdiri. Membuat Ellina tak mengerti. "Oh, bagaimana keadaannya?" tanyanya pada dokter yang memeriksa Ellina."Nona tela

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-21

Bab terbaru

  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Ekstra part.

    Hutan perbatasan itu tampak sangat sunyi tapi asri. Rumah kayu yang tampak sepi itu masih terlihat kokoh meski tak berpenghuni. Ellina baru saja turun dari mobil dan berdiri terpaku menatap rumah yang sangat dia kenali sejak dua tahun lalu. Sosoknya yang lemah tampak tersenyum dengan rasa rindu yang tercetak jelas. Rambut panjangnya tampak bergoyang pelan tertiup angin, dengan mata bulat hitam yang berair dan jernih, sosoknya terlihat kian cantik dengan kulit putih pucat yang menampilkan bibir merah cerrynya."kau tinggal di sini?" Ellina menoleh saat tangan Kenzie merangkul pundaknya dengan tatapan meneliti rumah kayu di depannya. Senyumnya tampak sangat lemah saat mengingat kejadian berat dua tahun lalu yang harus dia alami. Trauma dalamnya membuatnya tak bisa hidup dengan baik saat itu. Dia harus mengalami mimpi buruk yang panjang hingga hampir gila karena ketakutan. Dan pria di sampingnya yang kini kembali menjadi suaminya adalah orang yang membuatnya seperti itu."Aku tak menyan

  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Semua berakhir.

    dua suara itu terdengar dalam waktu bersamaan. irlac tak dapat merespon sebelum menyadari bahwa pintu kamar itu terdobrak dan satu hantaman melayang ke wajahnya. pukulan itu terus saja datang tanpa jeda dan tak memberinya ruang untuk bergerak apalagi membalas. tapi dari sudut matanya yang terbuka, dia tahu bahwa orang itu adalah kenzie!bagaimana bisa! bagaimana bisa kenzie menemukan lokasinya dengan sangat cepat? dia yakin sudah mengacaukan segalanya, tapi pria ini berhasil datang dan menemukan ellinanya. dia tak bisa bergerak saat pukulan yang entah keberapa kali dia terima membuat seluruh kesadarannya menghilang.melihat irlac tak bergerak, mata kenzie mengedar dengan teriakan yang tertahan. dia dengan cepat menghampiri jendela dan menggenggam erat tangan ellina. saat ini, dia merasa seluruh nyawanya terhisap dan dia akan kehilangan segalanya. segalanya yang membuat hidupnya tak berarti jika itu terjadi."ellina!" teriaknya kuat. dia merasa ellina mencoba menghindari tangannya, dan

  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Ellina menghilang.

    "ellina,"ellina sempat membeku saat melihat vania berdiri di dalam ruangannya. tatapan matanya meneliti dan kemudian tersenyum sinis. "haruskah aku panggil ibu?" "aku ikut membesarkanmu," jawab vania dingin. tatapan matanya mengejek dengan tubuh yang terus mendekat. "ikut denganku," raihnya menarik tangan ellina."kenapa aku harus?" tanya ellina tak bergerak dan menahan tangannya. tatapannya dingin dengan tatapan yang menghujam. ekspresi muak terlintas di balut dengan senyum tipis yang entah kenapa di mata vania terlihat sedikit menakutkan. "lepas,"vania tertawa, "kau masih belum sadar? kenapa kau sangat mejijikkan?" ucapnya mengeluarkan kebencian. "aku, sampai mati, tak akan membiarkanmu bahagia sementara anakku mati menderita. aku tidak akan membiarkanmu menikah ataupun pergi dengannya! kau harus mati, dengan cara yang mengenaskan dan sama dengan yang lexsi alami. aku berjanji, bahwa akuakan menunjukkan neraka untukmu di depan makam putriku!" teriaknya pada akhirnya.ellina mundu

  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Hari pernikahan.

    ruangan terbuka itu memiliki udara sejuk dengan tanah liat yang terlihat sedikit basah. di bagian lain, tampak rumput-rumput kering yang bergoyang saat angin pagi menyapa halus. tampaknya hujan semalam memberikan harapan untuk hidup kembali. sedangkan di ujung sana, tampak bukit hijau yang menjulang dengan awan-awan putih yang menggantung di setengah badan gunung belum menghilang. di balil bukit, tampak cahaya keemasan terlihat malu-malu untuk bergerak tinggi dan menyinari. "sial" makian itu jelasterdengar ditngah udara dan pemandangan yang baik di pagi hariini. hal itu membuat ellina mengernyit tak mengerti."apa yang terjadi pada alvian?" tanyanya sambil melangkahdengan kaki telanjang namun tiba-tiba tangan kenzie meraih tangan dan merengkuh pundaknya. gaunnya yang panjang kebelakang tampak membentang dengan punggung yang terbuka, menampilkan tato mawar merahnya yang menyala. itu cantik dan sempurna.sudut mulut kenzie membentuk senyum tipis. wajahnya dia dekatkan saat kepala elli

  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Itu bukan aku.

    hari ini livian tampak sibuk mengatur seluruh keperluan pesta yang akan di adakan nanti malam. kerena irlac telah resmi keluar dan lepas tangan dari L. V. Technology sejak ellina dinyatakan sebagai pewaris sah, livian mengambil alih segalanya untuk sementara karena ellina mengatakan belum siap untuk mengatur dan menjadi pemimpin keluarga. dan semua itu menjadi tanggung jawabnya kembali seperti sebelumnya.malam ini, saat acara pesta peretasan itu resmi digelar, beberpa tamu mulai berdatangan. dengan menyewa gedung milik keluarga E. V. yang telah ellina atur sebelumnya, membuat livian medesah lega. kini dia bisa melihat acara yang dia atur cukup ramai dengan desain dan balok es sebagai hiasan yang melambangkan ornamen perangkat lunak, atau ikon-ikon ang sering digunakan dalam peretasan. pencahayaan yang pas membuat suasana pesta itu tampak mewah dan berkelas. livian memberikan sambutan saat seluruh tamu telah datang dan memanggil ellina sebagai pemenang juga sebagai pewaris keluarga

  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Lau menipuku.

    Lima hari berlalu sejak Ernest tersiksa dan merasakan menderita hingga akhirnya berujung gila! tak ada ketampananlagi di wajahnya, setiap hari dia hanya tertawa, menangis lalu merintih kesakitan saat kesadarannya pulih. kehilangan lidah, dua tangan dengan dua kaki patah benar-benar membuatnya tak berdaya. dia pun memilih bunuh biri saat damon bar saja datang untuk menyiksanya.di lain tempat, qianzie mengalami hal yang sama. beebrapa hari telah berlalu dan dia tak dapat tidur sama sekali. dia benar-benar tersiksa, saat obat tidur itu memaksa matanya untuk terpejam namun dia memaksakan untuk tidak tidur. karena jika dia tidur, tali yang mengikat tubuhnya akan terlepas karena tangannya yang tak dapat menggengam erat tali di atasnya. bing bing di bawah sana sudah pasti akan mehapnya karena mulai merasa lapar sejak satu hari yang lalu. menyaksikan bing bing setiap hari melahap anak buahnya satu persatu yang keluarga Reegan temukan, membuatnya sangat ketakutan. dia tak tahu bahwa akan di g

  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Aku akan membawanya pergi.

    Beberapa hari kemudian, Kenzie terlihat telah pulih meski tangannya masih di perban. Untung saja itu tidak patah, juga luka gores di lengan dan punggungnya telah sepenuhnya mengering. saat ini, Ellina berada di dalam ruangan Kenzie di rumah sakit, tengah duduk sambil membaca sebuah majalah dimana fotonya terpajang sebagai pewaris sah perusahaan L. V. dan E. V. sekaligus. dia mendesah karena merasa semua ini salah, dia meletakkan majalahnya lalu menatap Kenzie yang diam."Dimana Ernest?" Kenzie melirik Ellina datar. "Kenapa kau tanyakan itu padaku?""Kenzie," panggil Ellina lirih. dia tahu statusnya, juga tahu bahwa peringatan untuk menjauhi Ernest bukanlah main-main. tapi rasanya dia juga tak akan mengambil posisi ernest selama ini. "aku sudah mencarinya, tapi dia menghilang!""akan lebih bagus jika dia tewas!" balas kenzie kesal."kenzie" peringat ellina menunjukkan rasa tidak suka.kenzie memperhatikan ellina sekali lagi dan terlihat bahwa istrinya itu telah benar-benar pulih dan

  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Aku menemukannya

    Malam ini, Kenzie memeluk erat Ellina dalam rengkuhannya. Diam-diam dia bersukur pada kecelakaan yang telah mereka alami. Karena hal tersebut dia memiliki waktu yang banyak untuk bersama istrinya. Tapi sepertinya, keadaan tubuhnya tidak terlalu baik. Dia merasa luka-lukanya kian sakit dan semakin perih setiap waktunya. Meski begitu, dia menggunakan satu tangannya untuk memeluk Ellina erat. Lykaios memimpin langsung pencarian ke dasar jurang. Bersama anak buahnya dan beberapa dokter, dia menyusuri lembah dengan sangat hati-hati. Dia tak menyangka bahwa akan ada hutan lebat di dasar jurang curam yang seperti ini. Dia pikir, semua hanya akan ada tanah tandus bebatuan yang kering. Pencariannya tidak secepat yang dia pikir. Dia terus saja masuk ke dalam hutan dan menyusuri sungai untuk mencari arah yang lebih mudah. Waktu terus berlalu dan dia sama sekali tak berhenti untuk mencari. Dia bahkan melihat hari telah mulai pagi meski di dalam hutan ini tampak gelap karena cuaca yang mendung da

  • Hello Wife, The Tyran Ceo.   Aku kecewa padamum.

    Hari dimana jati diri Ellina terungkap ke media adalah hari yang berat untuk Wilton. Saat dia baru saja berpikir untuk menjemput Ellina, dia mendapati kabar bahwa putri satu-satunya mengalami kecelakaan dan mungkin saja telah meninggal. Semua terlalu kebetulan untuknya, dia menjadi kian curiga saat sebuah surat tak bertuan melayang untuknya dengan informasi bahwa putra luarnya yang telah merencanakan pembunuhan pada putrinya. Hal itu jelas membuat darah Wilton mendidih. segera, dia mendatangi kantor E. V. Company dalam diam.Sedangkan di rumah keluarga Rexton, saat jati diri Ellina terungkap ke media, Aldric tampak linglung. Mantan istri yang dia cintai sebenarnya adalah putri dari keluarga L. V. yang tengah bersembunyi. Tapi dia, tanpa sengaja membuat hidup istrinya menderita hingga kematiannya. Terlebih pada ellina, dia baru menyadari bahwa Ellina adalah putri dari Wilton, yang artinya putri dari keluarga E. V.. Semua darah yang mengalir di tubuh Ellina adalah darah konglomerat yan

DMCA.com Protection Status