Share

2. Hello Jakarta

Penulis: RedSnow
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-23 19:15:37

“Carilah keluarga Algibran di Jakarta. Sampaikan nama Ayah dan tinggal lah dengan mereka, belajarlah di sana dan bahagia.”

    “Dek, keretanya wis sampe.”

     Aku mengerjapkan mataku, menguap sebentar dan meregangkan tubuhku. Cahaya tajam dari jendela kereta terasa menusuk-nusuk mataku, ku usap mataku dan ku tengok sekitarku. Di sampingku ada seorang ibu-ibu yang sedang membereskan barang bawaan di bagasi atas kursi.

     Eh? Ibu ini siapa ya?

     Aku di mana ya?

“Kamu yang bener di sana ya, Nduk. Jangan lupain yang Bibi sama Bapakmu ajarin di sini.”

“Kamu beneran harus pergi toh, Bel? Sedih aku.”

“Inget yo, Bel! Lanang-lanang di Jakarta tuh jahat kaya di sinetron! Tunggu aku pasti nyusul kamu ke sana yo, Bel.”

    Tiba-tiba kilas ingatan perpisahan yang berisi tangisan Bibiku, isakan teman-temanku, dan Anto yang histeris beberapa jam yang lalu terputar di kepalaku. Oh iya, tadi saat masih gelap sekali aku sudah berangkat menuju Jakarta.

    Ku tegakan tubuhku untuk melihat keluar jendela dengan lebih jelas. Wah stasiun Jakarta yang sangat ramai. Biarkan kalian sebut aku norak! Seumur hidupku aku memang belum pernah memijakan kaki di Ibu Kota Indonesia ini.

    “Ibu duluan ya, Dek.” Ibu tadi tersenyum dan mengangguk ke arahku yang masih memproses semuanya karena baru sekali bangun dari tidur. Kemudian ku lihat dia berjalan dan hampir menghilang di balik pintu gerbong.

      Eh? Oh iya! Setelah menangis sepanjang perjalanan karena perpisahan tadi, Ibu yang duduk di sampingku ini terus menenangkanku sampai aku tertidur.

    “Bu! Makasih ya, Bu!” Buru-buru aku berteriak ke arah Ibu tadi. Hampir saja aku melupakan ajaran keluargaku untuk menjunjung tinggi sopan santun kepada orang yang lebih tua.

     Setelah Ibu itu membalas dengan senyuman dan anggukan, aku buru-buru melambai padanya sambil tersenyum.

      Yash! Akhirnya aku sampai di Jakarta. Semangat Barbela! Aku pasti bisa memulai hidup baru di sini.

      “Aduh!”

       Ku rasakan nyeri di pelipisku yang berdenyut. Tadi aku buru-buru berdiri dari kursi dan melupakan kalau langit-langit di kursi penumpang lebih pendek dari langit-langit di lorong kereta. Bagus sekali! Beberapa menit sampai di Jakarta sudah mendapatkan benjol di pelipisku.

    “Gak apa-apa, Neng?” Aku menengok ke arah bapak-bapak cleaning service yang menatapku dengan aneh dari atas sampai bawah.

    “Hehehe, nuwun sewu, Pak.” Ucapku menyengir kuda sambil mengusap-usap pelipisku.

~

    Arbel melangkahkan kakinya. Rambut hitam panjangnya yang di kepang dua mulai kusut, poninya mulai mencuat, dan rok selutut yang dia pakai pun sudah membentuk garis-garis tidak beraturan. Sweater yang dia pakai juga sudah basah oleh keringat karena panasnya stasiun saat ini. Arbela yang memiliki jadwal berangkat pagi sekali memilih sweater sebagai outfitnya, lupa kalau dia akan sampai di Jakarta pada tengah hari.

    Arbela meremas tali tas jinjing besar yang berisi barang-barang bawaannya dari Yogya, menengok ke kanan dan kiri untuk mecari jalan keluar mana yang kira-kira harus dia pakai.

    Suasana stasiun saat ini benar-benar ramai, orang-orang berjalan lalu-lalang dengan kesibukan mereka masing-masing.

    “Aduh!” Arbel mengaduh. Seseorang menubruk pundaknya dengan keras, pundaknya terasa sakit dan orang itu hanya berbalik untuk mengatakan ‘Sorry’ kemudian kembali pergi dengan ponsel di telinganya.

    “Haaaaah…” Tak apa! Arbel sudah menanamkan dalam hatinya pepatah ‘dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.’ Arbel lah yang harus mencoba mengerti dan beradaptasi dengan kebiasaan orang-orang di Jakarta ini. Bibinya pun sudah bilang kalau mungkin Arbel akan menemukan orang-orang seperti tadi.

    Saat kembali melangkah, mata Arbela tidak sengaja bertatapan dengan seorang wanita yang sedang bersandar di tiang stasiun. Setelah berpikir, Arbel memutuskan mendekati wanita itu, sekedar ingin basa-basi dan bertanya jalan keluar mana yang sekiranya paling dekat dengan tempat yang penuh angkutan umum. Untung-untung dia tahu secara detail ke arah mana dan harus naik apa Arbel agar bisa sampai tujuan.

     Arbel tidak boleh telat sampai di rumah keluarga Algibran. Bibinya bilang dia sudah menghubungi rumah mereka dengan nomor yang ada di dalam jurnal Ayah. Saat ini mereka pasti sudah mempersiapkan dan menunggu Arbel. Arbel tidak boleh membuat kesan pertama yang buruk.

    “Anu, Mbak. Permisi, saya boleh tan-”

     Baru saja sampai di depan wanita tadi, Arbel sudah terdorong-dorong oleh rombongan pelajar SMA yang datang dari sebelahnya.

     “Mbak, tolong Mbak.” Arbel berusaha menggapai wanita tadi, yang hanya di balas dengan tatapan bingung darinya.

     “Maaf, Mbak.”

     Arbela masih terbawa arus para pelajar SMA itu. Badannya yang kecil ditambah berkurangnya berat badan akhir-akhir ini membuat siapapun yang melihatnya pasti berpikir kalau terhantam anginpun dia akan terbang sekarang sedang terhuyung ke kanan dan kekiri membuatnya terdorong-dorong dan semakin masuk ke dalam gerombolan.

    “Maaf, Mas.”

     Kakinya yang sedari tadi oleng tak tentu arah beberapa kali menginjak kaki orang lain yang ada di sekitarnya.

    “Menepi! Keadaan darurat! Menepi!”

     Arbel yang sejak tadi merasa sesak karena orang-orang yang menghimpit tubuhnya kini tiba-tiba merasa kosong.

     Eh? Ternyata semua orang sudah menepi ke dinding terdekat, membuka jalan di lorong selebar-lebarnya. Arbel yang baru paham keadaanpun berlari ke arah para gerombolan pelajar tadi yang kini sudah menepi.

     Hebat! Arbel kira orang-orang di sini itu bodo amatan terhadap sekitar. Ternyata mereka tertib dan peduli juga!

     “Ada penumpang yang tumbang. Di duga serangan jantung, sudah di berikan pertolongan pertama oleh seorang pemuda.”

     Arbel samar-samar mendengar percakapan tim medis dengan tandu yang lewat tepat di depannya. Waaaaah, Arbel belum pernah melihat keadaan darurat seperti ini sebelumnya. Saat Ayahnya meninggalpun, orang-orang bahkan Ayahnya sendiri sudah paham kalau waktunya sudah tidak banyak lagi karena penyakitnya.

     Penasaran, Arbel melongok ke arah tim medis itu tuju. Di ujung sana ada seorang pria paruh baya dengan setelan kantornya sedang terduduk dengan nafas yang terengah. Di sampingnya ada seorang pria yang menggenggam pergelangan tangannya sambil terus berbicara memberi arahan.

     Tam-Tampan!

     Pria dengan rahang tegas, mata tajam, tangan yang kekar dan hidung yang mancung. Benar-benar tampan! Belum pernah Arbel melihat orang setampan itu sebelumnya. Arbel menutup mulutnya, menahan agar tidak berteriak di sini saat ini juga. Karena bagaimana bisa dia malah kegirangan di keadaan yang darurat seperti ini.

     “Ya tuhan…..” Arbel memekiki kecil. Rambut dan kemeja yang basah karena keringat. Tatapan serius dan tajam akan keteguhannya. Benar-benar sexy!

     Terlebih saat pria tadi berbicara dengan serius ke security yang ada di sebelahnya, dan tersenyum lembut menenangkan saat pria paruh baya tadi mencoba bicara padanya. Ya Tuhan! Lutut Arbela benar-benar lemas dibuatnya!

     Jantungnya berdebar, tubuhnya gemetar dan kupu-kupu seakan berterbangan di perutnya. Hanya dengan melihatnya saja Arbela sudah merasa seperti ini. Coba bayangkan kalau Arbela berada di dekapannya? Tidak! Tidak! Bisa-bisanya dia membayangkan hal semacam itu di keadaan seperti ini. Arbel penasaran, beberapa langkah dia ambil untuk bisa melihat dan mendengar lebih jelas.

     Arbel belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Saat sekujur tubuhnya merasa gatal hanya dengan menatap pria lain yang menarik perhatiannya. Arbel lihat pria paruh baya tadi sudah diangkat dengan tandu. Begitu juga dengan pria tampan itu, sudah berdiri dan membetulkan pakaiaannya.

     “Kamu juga ikut ke ambulance.”

     Samar-samar Arbel mendengar percakapan tersebut saat salah satu tum medis menarik tangan pria tadi untuk mengikuti pria paruh baya yang baru di angkat tersebut.

     “Tapi, Pak! Saya ada urusan.”

     Ucapnya ikut mengikuti langkah orang tadi tapi sambil berusaha melepaskan genggaman pada lengannya.

     “Sudah kamu ikut dulu untuk laporan medisnya, penting.”

      Mereka berdua berjalan tepat di depan Arbel.

      Bagaimana ini? Tubuh pria itu benar-benar wangi! Wangi yang maskulin! Meskipun tubuhnya berkeringat sangat parah, tapi dengan tidak di sangka tubuhnya bisa mengeluarkan harum seperti ini.

      Bagaimana ini? Arbela makin berdebar di buatnya. Apa lagi saat dia melewatinya dengan tampang tidak terima seperti tadi.

      Duuuuuh, jantung Arbela seakan-akan ingin meledak!

      Bagaimana ini? Arbela sepertinya sudah jatuh cinta!

Barbela Manda jatuh cinta pada pandangan pertama!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Amandarla
looooooveeee
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hello Tunangan (Indonesia)   3. The Algibrans

    TING TONG“Ekhem ekhem.” Aku berdeham pelan, merapikan rambutku dan menepuk-nepuk rokku yang sepertinya kusut. Sudah dua kali ku tekan tombol bel rumah ini, tapi sama sekali belum ada tanda-tanda balasan dari dalam.Hihi, setelah insiden tadi aku masih termenung di stasiun, mengingat pria super tampan tadi yang sukses membuat jantungku berdegup kencang. Tanpa sadar jam sudah menunjukan pukul 2. Dengan panik aku mecari jalan keluar yang ternyata salah dan memutari jalan di stasiun untuk sampai di terminal terdekat.Di depanku sudah ada sebuah pintu dengan gantungan kayu yang bertuliskan A1/08.Iya! Saat ini aku sudah sampai di depan rumah Algibran. Rumah yang terlihat sangat mewah dari luar. Bukan hanya rumah ini saja, tapi seluruh rumah di komplek ini terlihat sangat mewah. Bahkan saat ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-23
  • Hello Tunangan (Indonesia)   4. Ares Algibran

    Nama: Ares Algibran.Usia: 21 tahunPekerjaan: Mahasiswa Universitas AdiwarnaJurusan: Kedokteran, tahun ke 3.Kelebihan: Jenius, tampan, badan proporsionalKekurangan: Sikap macam kulkas dan setanAku menaruh pulpenku di samping diary yang baru saja ku tuliskan hal-hal yang ku tahu tentang Ares setelah 3 hari tinggal di sini.Singkatnya, Ares itu buruk.Sudah 3 hari sejak Tante dan Om Algibran (Karena tidak mungkin lagi ku panggil Nyonya dan Tuan, serta ada kemungkinan Ares akan membunuhku jika mereka ku panggil Mama dan Papa, maka aku memutuskan memanggil mereka Om dan Tante) menjelaskan tentang perjanjian yang dia dan Ayah buat.Sebelum Ayah menin

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-23
  • Hello Tunangan (Indonesia)   5. Gentle

    "Jarak 1 meter." Arbel cemberut, memundurkan kakinya beberapa langkah, menjauhkan dirinya dari Ares yang sedang berjalan di depannya sambil melihat pemandangan kota Jakarta. Mereka sedang berjalan menuju stasiun MRT terdekat, tadi Ares ngotot ingin naik kereta saat Ayahnya menyuruh untuk mengantar Arbel menggunakan mobil."Aku nanti kumpul sama teman-teman. Jadi pulang bisa nebeng dan dia bisa pulang sendiri." Sebenarnya Arbel tidak masalah, toh katanya jarak dari rumah ke kampus pun tidak terlalu jauh, yang buat Arbel mencebik sebal adalah kata-kata terakhir Ares yang hanya bisa di dengar olehnya."Biar bisa pulang pergi sendiri dan gak ngerepotin." Arbel cemberut saat mengingat perkataan Ares. Sungguh tidak adil dia bertemu dengan Ares saat melihatnya melakukan pekerjaan suci dan dengan senyum lembut menenangkan terhadap orang sakit. Kan Arbel jadi jatuh hati duluan

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-23
  • Hello Tunangan (Indonesia)   6. Mabuk

    Malam sudah menunjukan pukul 2 dini hari. Di luar sedang hujan lebat dan suara petir bersambar terdengar sejak tadi. Beruntung rumah Algibran semi-kedap suara, membuat Arbel yang biasanya gugup ketika hujan kini bisa tertidur nyaman dengan penghangat ruangan dan selimut yang nyaman. Laras dan Rangga malam ini tidak akan pulang karena memiliki shift malam di Rumah Sakit, menyisakan Arbel, Aya dan Andre di rumah untuk makan malam bertiga. Tadi sore pun Ares tidak pulang karena ada acara makan malam di luar dengan teman-teman. Arbel sebenarnya ingin menunggu Ares sampai pulang, tapi Arbel tidak tahu nomor telpon Ares untuk menanyakan kapan kira-kira akan pulang, itu juga belum tentu Ares akan memberi tahunya, atau bahkan mungkin akan langsung memblokir nomornya. Jadi Arbel langsung pergi tidur karena kejadian-kejadian kemarin cukup melelahkan baginya. Cklek. Pintu rumah terbuka, menampakan Ares yang memegangi kepalan

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-23
  • Hello Tunangan (Indonesia)   7. Healing (Kesempatan)

    Tik Tok Tik Tok Bunyi jam dinding terdengar menggema di kamarnya, Arbel mengeratkan pegangan pada selimut yang sedang menyelimuti tubuhnya. Keringat mengalir di pelipisnya, kepalanya berputar dan matanya benar-benar berat akibat menangis seperti orang gila. Dia sudah meminum obat demam yang juga memberikian efek mengantuk pemberian Tante Laras. Dia juga sudah mencoba tertidur, tapi yang muncul di mimpinya malah kenangan buruk yang sudah 4 tahun ini coba dia lupakan. "Ayah....." Arbel bergumam gusar, meringkuk di dalam selimutnya. "Arbel takut yah..." Arbel meringis, mengingat sang Ayah yang ketakutan setengah mati saat kejadian itu terjadi. Arbel ingat saat Ayahnya menangis, meminta ampun secara diam-diam kepada almarhumah Ibu sambil memandangi fotonya. Sehancur perasaan Arbel karena insiden itu, lebih hancur l

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-23
  • Hello Tunangan (Indonesia)   8. Respect

    Arbel terkikik, kakinya di tendang-tendangkan ke meja didepannya. Pikirannya masih teringat-ingat kejadian di jembatan penyebrangan dua hari yang lalu. Sudah dua hari berlalu sejak saat itu, Ares memang masih menjadi Ares yang seperti biasanya, dingin dan galak. Tapi Ares tidak lagi mencak-mencak tentang pertunangan mereka. Ah Arbel senang sekali, pipinya sudah sakit karena terlalu sering senyum-senyum sendiri dua hari ini."Aaaaah, hmmmm.." Gumam Arbel masih dengan tampang yang Ares sebut tampang bego. Pokoknya saat ini Arbel merasa seperti ABG yang baru pertama kali jatuh cinta!"Bel, Arbel!" Sebuah bisikan terdengar di telinga Arbel, membuatnya menatap orang itu dengan pandangan yang sangat tajam."Apa sih?!" Bentak Arbel padanya."Barbela Manda." Arbel menengok ke arah suara lain yang memanggilnya dari depan. Ups, ternyata Pak Dosen sudah menatapnya dengan pandangan yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-23
  • Hello Tunangan (Indonesia)   9. Berduaan Mati Lampu

    "Aduuuuh, maaf ya Arbel jadi harus jagain Ares di rumah." Laras menarik kopernya keluar rumah, diikuti Rangga yang menenteng tas besar dan Andre yang menggandeng Aya untuk berjalan. Di belakang mereka sudah ada Arbel yang tertawa canggung dan Ares yang menguap ngantuk. Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, Laras bilang dia dan Rangga harus pergi ke press conference yang di adakan oleh Ikatan Dokter Indonesia di Bandung. Dan karena sekarang adalah malam minggu, Andre dan Aya akan ikut dan di titipkan di rumah kerabat mereka di sana kemudian lanjut jalan-jalan di kota Bandung keesokan harinya."Aaaaaah, gak apa tante. Ares gak ngerepotin kok." Ucap Arbel sambil tersenyum malu-malu. Arbel memang berniat untuk jual mahal setelah kejadian kemarin. Tapi kalau ditinggal berdua saja semalaman kan dia jadi berdebar-debar juga."Iya, kamu yang ngerepotin." Kata Ares sambil menatap malas Arbel, memikirkan entah ap

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-23
  • Hello Tunangan (Indonesia)   10. Yusa dan Rasya

    "Yusa! Sini!"Yusa menengadah, memandang seorang gadis cilik yang hanya berbeda dua tahun darinya itu dengan bingung. Tangan mungilnya yang sedang merangkai bunga dan ranting kecil terhenti untuk memberikan perhatian penuh pada gadis tersebut."Nda mau!"Yusa menggeleng, tangannya kembali dengan pelan membengkokan ranting-ranting tersebut agar bisa membuat bentuk bulat sempurna.Kesal, gadis tersebut berjalan ke arah Yusa cilik dengan kecepatan hebat.DUKKaki gadis tersebut mendarat tepat di punggung Yusa, membuat Yusa mengaduh kesakitan."Kak Rasya! Sakiiiiiit...." Yusa cemberut, kemudian matanya mulai berair, sedangkan Rasya hanya berdiri dengan menyilangkan tangan di depan dadanya, wajah kesal yang di penuhi luka seharusnya sudah cukup membuat Yusa takut, tapi sedari tadi Yusa terlihat sangat sibuk sampai tidak mau ikut main dengannya."Eeeeeh, anak ganteng mama kenapaaa?"Yusa mengalihkan pandangan ke arah wanita de

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-02

Bab terbaru

  • Hello Tunangan (Indonesia)   Mampir (catatan penulis)

    Haiiiii pembaca HT✨✨✨Gak kerasa aku udah istirahat dari cerita ini selama beberapa minggu, atau bahkan bulan? HeheDi sini aku mau sampein dua info;1. HT akan kelar dalam beberapa bab lagi (bakal ada sekuel gak yaaaa? Hmmmmm...)2. Aku punya cerita baru berjudul Ethereal buat kalian baca sambil tunggu update HT 🎉🎉🎉Kenapa aku buat cerita baru dan malah istirahat nulis HT? Karena aku lagi butuh banget perubahan suasana baru, jadi aku milih istirahat dan kesampingkan HT sejenak.Yuk cus liat sinopsisnya.- Ethereal -"Tunjukan semuanya padaku, jangan buat semua uang yang ku hamburkan padamu sia-sia."Damon GasendraPria dominan yang di gadang-gadang manusia setengah dewa. Kaya dan tampan sejak lahir membuatnya menjadi seorang sadistik yang angkuh pun arogan.

  • Hello Tunangan (Indonesia)   30. Bersama dan Bermalam

    "Ares Ares ayooooo."Arbel dengan semangat melangkahkan kakinya menuju sebuah gedung tua yang tak jauh dari tempat mereka berada."Iya iyaaaa...." Ares dengan malas menarik kopernya ke arah yang sama seperti yang Arbel tuju.Tadi pagi Anto sudah mengantar mereka menuju pusat kota Yogya, membiarkan mereka menghabiskan sisa liburannya di tempat temoat menarik Yogyakarta."Tolong jaga Arbel di sana, dik Ares. Bibi harap kalian bisa berbahagia apapun pilihan yang kalian pilih."Itu adalah ucapan Ayu pada Ares saat Arbel sudah aman dan nyaman memasuki mobil Anto.Ah, Ares bisa merasakan perasaan tulus akan kasih sayang dan khawatir yang Bibi Ayu pancarkan.Tanpa rasa terbebani, kali ini Ares dengan percaya diri menjawab."Akan Ares jaga."Pada Ayu, dan terutama pada dirinya sendiri.Tadi mereka di turunkan di pangkalan becak dan tidak langsung ke hotel yang sudah di pesan Laras.Arbel ingin Ares merasakan bagaimana menaiki

  • Hello Tunangan (Indonesia)   29. Comfort (Ada Rasa)

    Ares terduduk dengan lesu tepat di samping ranjang Arbel.Pipinya masih terasa panas karena tamparan Ayu dan tonjokan Anto. Rumah Arbel sempat penuh dengan orang orang tadi saat Ares dengan panik membawa pulang mobil pick up dengan Arbel yang pingsan di dalamnya.Setelah menceritakan tentang Arbel yang pingsan saat mobil mereka berhenti tepat di depan SMP Athena Ayu tanpa pikir panjang langsung menamparnya, begitu juga Anto yang menghajarnya untuk melampiaskan rasa marah dan khawatirnya.Di mata mereka, Ares sudah gagal menjaga Arbel yang berharga.Ares bahkan tidak bisa mengatakan apa apa, tidak bisa menyangkal atau membenarkan, satu satunya yang keluar dari mulutnya hanyalah: "bantu saya tolong Arbel"Ares bahkan sempat tak di ijinkan untuk merawat Arbel, seandainya Pak Dokter di puskesmas belum pulang, Ares pasti sudah di suruh untuk menjauh dari Ares.Untung saja pada akhirnya Ares masih bisa mendapat kesempatan untuk merawat sendiri Arbel.

  • Hello Tunangan (Indonesia)   28. Yang Terjadi di Masa Lalu

    [Warning, chapter ini mengandung kekerasan]Arbel tersenyum cerah melangkahkan kakinya dengan riang ke dalam gerbang sekolah super mewah yang ada di depannya.Setelah berusaha sangat keras, akhirnya Arbel berhasil memasuki Athena, yayasan pendidikan nomor satu di Yogya dengan jalur beasiswa bidang kesenian. Meskipun Arbel tidak terlalu tertarik terhadap seni, namun darah seniman yang mengalir di darahnya sangat membantu dalam meraih keinginannya ini.Sekolah yang bagus dengan bangunan yang mewah, teman teman yang ramah padanya dan guru guru yang kompeten.Arbel memang tidak terlalu pintar, pun tidak terlalu kaya, tapi bersyukurnya dia bisa mendapatkan tempat yang sangat hebat."Di sana cari ilmu yang benar, cari teman dan cari pengalaman. Ayah jemput setiap pulang sekolah ya?""Okey!!"Arbel kembali tersenyum dengan lebar saat mengingat senyuman bangga di bibir Ayahnya pagi tadi.Kelas Arbel berisikan 20 orang murid, berbeda sekali den

  • Hello Tunangan (Indonesia)   27. Berkeliling

    Arbel memainkan sarapan yang ada di piringnya dengan pelan, sesekali melirik Ares yang juga sedang makan di depannya dengan gerakan yang pelan dan tenang.Sungguh sangat kontras dengan apa yang dilihat Arbel tadi di kamarnya.~ o o o ~Arbel berjalan kembali ke kamarnya dengan senandung riang, perasaannya sudah tenang setelah membasuh wajahnya dan mendinginkan kepalanya. Mungkin Ares memang sedang memiliki mood yang bagus saja makanya dia bertingkah dengan agak aneh.Kemudian Arbel melihat pintu kamarnya tertutup, seingat dia, dia memang menyuruh Ares untuk mengambil kaus kaki yang akan di pinjamnya di dalam lemari."Ares?"Arbel mengetuk pintu sekali.Duk BrakSaat tangannya hendak memutar knop pintu Arbel terjengit kaget mendengar suara kebisingan dari dalam, sebenarnya apa yang sedang Ares lakukan di dalam?"Ares?"KlekArbel menyembulkan kepalanya dari celah pintu yang dia buka, melihat Ares yang sedang

  • Hello Tunangan (Indonesia)   26. Mencari Petunjuk

    Mengenai masa lalu Arbel, yang terlalu takut dia ungkap kembali, yang terlalu sakit untuk dia bahas lagi.Yang terlalu perih untuk dilihatnya tatapan tatapan kasihan itu lagi.Yang terlalu mengerikan baginya untuk mendapatkan pandangan jijik itu lagi.Arbel hari ini terbangun dengan pikiran dan perasaan lega, seolah semua beban yang akhir akhir ini menempel padanya melayang entah kemana.Sebelumnya, Arbel sempat ragu untuk kembali ke Yogya, karena meskipun dulu sebelum Arbel pergi ke Jakarta, kehidupannya di Yogya sangat membosankan. Terkurung dan hanya keluar saat hendak membantu Bibinya di TK, pergi dengan teman yang hanya di percayai Ayahnya dan kemana mana dengan Anto sebagai pengawalnya.Terlebih Ares, Arbel takut akan ada sesuatu yang terjadi dan membuat Ares jadi ingin menjauhinya. Arbel sangat tak mau itu terjadi.Arbel terduduk dan merasakan sinar matahari dari jendela yang sudah di buka lebar. Sepertinya Bibinya sudah

  • Hello Tunangan (Indonesia)   25. Masa Lalu

    Ares kini masih berbincang dengan Bibi Arbel, sedangkan Arbel tengah sibuk membereskan sisa pesta sambutan dadakan yang tadi mereka terima.Iya, Bibi Arbel ternyata sudah menyiapkan pesta sambutan untuk Arbel sejak Arbel memberitahunya akan berlibur di Yogya. Seluruh warga desa dia undang, itu lah sebabnya banyak sekali rumah warga yang terlihat sepi.Untung saja yang datang tidak semuanya karena banyak yang sibuk bekerja, dan banyak anak muda yang kini sudah pergi merantau seperti Arbel juga, jadi rumahnya tidak pecah karena kepenuhan.Pesta mereka lanjutkan di halaman depan yang lebih luas, dengan acara seperti bakar bakar dan bernyanyi bersama.Sepertinya Ares tahu dari mana sifat cerewet Arbel, pasti karena dia tumbuh dan besar di kelilingi orang orang yang sangat enerjetik dan penuh antusias seperti warga desa ini."Ayah Arbel itu dulu seniman yang sangat di hormati di desa ini."Ujar Bibi Arbel sambil menyeruput kopinya.Arbel y

  • Hello Tunangan (Indonesia)   24. Sesuatu di Yogya

    Terbawa lagi langkahku ke sanaMantra apa entah yang istimewa~Arbel terduduk tegak dari bangun tidurnya, lagu yang di nyanyikan di dalam gerbong kereta terdengar pelan namun cukup menggema di kepalanya.Matanya membulat dan mulutnya tersenyum senang saat dilihatnya sebuah bangunan yang tertutupi sinar matahari siang ini.Kupercaya selalu ada sesuatu di Jogja~"Ares Ares."Ares bergumam saat tidurnya terusik guncangan kecil dari Arbel, matanya membuka, binar senyum cerah Arbel lah yang pertama dia lihat.Tangan Arbel di tunjuk ke arah luar dan Ares mau tak mau ikut menengok keluar jendela.Dengar lagu lama ini katanyaIzinkan aku pulang ke kotamu~Yogya di sore hari dengan pantulan cahaya matahari yang seolah membentuk kristal bening berterbangan di bangunan bangunan tua."Hehe."Ares terdiam saat Arbel menyengir dengan lebar ke arahnya, seolah dia tahu tadi Ares baru

  • Hello Tunangan (Indonesia)   23. Pergi Ke Yogya

    "Baju baju kamu udah lengkap?""Udah kok Tante, kan di sana juga masi ada.""Kamu yakin cuma seminggu aja?""Yakin Om, Arbel gak mau repotin Ares lama lama juga."Arbel saat ini sedang berada di kamarnya, dengan koper besar di atas ranjangnya dan tumpukan baju yang masih berserakan di atas ranjangnya. Bibirnya tak henti henti mengeluarkan senandung sebuah lagu membuat Rangga dan Laras yang melihatnya ikut tersenyum dengan senang.2 Hari yang laluArbel terduduk dengan perasaan bingung di atas sofa ruang keluarga, matanya menatap Rangga dan Laras yang juga sedang manatapnya dengan pandangan yang serius. Arbel tak mengerti apa yang sudah dia perbuat sehingga dia merasa akan ada waktu penghakiman yang terjadi padanya tak lama lagi.Apa ini karena insiden Arbel menangis akibat homesick beberapa hari yang lalu?Apa Rangga dan Laras akan memutuskan untuk mengembalikan Arbel ke Yogy

DMCA.com Protection Status