"Yusa! Sini!"
Yusa menengadah, memandang seorang gadis cilik yang hanya berbeda dua tahun darinya itu dengan bingung. Tangan mungilnya yang sedang merangkai bunga dan ranting kecil terhenti untuk memberikan perhatian penuh pada gadis tersebut.
"Nda mau!"
Yusa menggeleng, tangannya kembali dengan pelan membengkokan ranting-ranting tersebut agar bisa membuat bentuk bulat sempurna.
Kesal, gadis tersebut berjalan ke arah Yusa cilik dengan kecepatan hebat.
DUK
Kaki gadis tersebut mendarat tepat di punggung Yusa, membuat Yusa mengaduh kesakitan.
"Kak Rasya! Sakiiiiiit...." Yusa cemberut, kemudian matanya mulai berair, sedangkan Rasya hanya berdiri dengan menyilangkan tangan di depan dadanya, wajah kesal yang di penuhi luka seharusnya sudah cukup membuat Yusa takut, tapi sedari tadi Yusa terlihat sangat sibuk sampai tidak mau ikut main dengannya.
"Eeeeeh, anak ganteng mama kenapaaa?"
Yusa mengalihkan pandangan ke arah wanita de
"Bel? Lo kenapa si?"Yusa menepuk-nepuk punggung Arbel yang saat ini sudah kelihatan tidak bernyawa.Sejak pagi tadi, Yusa merasa Arbel seperti mayat berjalan, Arbel bahkan tidak sengaja menabrak dosen killer mereka di lorong jalan.Untung saja Yusa sempat putar badan, jadi dia bisa buru-buru meninggalkan Arbel di marahi sendirian dan pura-pura gak kenal. Hehe."Lo marah ya gue ninggalin lo di marahin Pak Burhan sendirian?"Arbel menggeleng, saat ini wajahnya sedang di sembunyikan di dalam lipatan tangannya di atas meja.Yusa kembali mengingat-ingat ada kejadian apa lagi tadi yang sekiranya membuat Arbel tidak bergairah seperti sekarang."Lo marah ya tadi gue mintain contekan terus?"Arbel kembali menggeleng."Kalo gitu lo marah gara gara gue nyalain hotspot dari hp lo?"Arbel bangun dari tidurnya. "Kamu yang ngabisin kuota saya?"Yusa, dengan cengiran tidak tau malunya hanya mengangguk."Ck." Arbel
Arbel pening, keadaan di depannya kini sungguh tidak terduga.Barusan, sekitar dua jam yang lalu Om dan Tante pulang ke rumah, namun yang mengagetkan adalah Ares yang juga pulang, bukan hanya itu, Ares pulang membawa Rasya!Tidak pernah terpikirkan sedikitpun di otak Arbel kalau dia akan makan malam bersama semeja dengan Ares dan kekasihnya, bukan hanya itu, Arbel juga menyiapkan makan malam bersama Tante Laras dan Rasya, duh, kesialan macam apa ini?"Kamu udah lama gak main loh, Sya. Udah pinter masak?"Laras melirik Rasya dengan jenaka, memerhatikan Rasya yang sedang memotong-motong sayuran dengan seksama."Kalau cuma potong, Rasya jago tante. Kan calon dokter bedah.""Hahaha bisa aja kamu, untung di kedokteran gak ada metode bedah pakai api, kalau ada sudah berapa boneka praktek yang kamu gosongin kaya waktu dulu kamu masak telur di sini."HAHAHAHAHAKemudian terdengar tawa me
3 bulan kepindahan Arbel ke Jakarta, dan 3 bulan juga Arbel menjalani percobaan 'mendapatkan hati Ares dalam satu tahun atau di depak'Ada beberapa hal yang Arbel sadari semenjak kepindahannya di kampus ini.Adiwarna, kata orang adalah universitas dengan fasilitas nomor satu di Indonesia.Pertama, hanya orang-orang jenius dan beruang banyak yang bisa memasukinya. Meski bukan perguruan tinggi negeri, Adiwarna tidak pernah kehilangan kehormatannya, tentu saja, tawaran pemerintah untuk di jadikan PTN saja mereka tolak, menghempaskan calon mahasiswa yang tidak pantas bukanlah apa apa menurut mereka.Itu lah yang membuat seorang Barbela Manda resah saat pertama kali memasuki kampus ini. Bagaimana tidak? Arbel tidak begitu pintar, pun tidak begitu cantik, gaya berpakaiannya sehari-hari juag tidak menunjukan kalau dia itu orang yang berada.Bahkan di jurusannya ada beberapa kabar burung kalau Arbel adalah simpanan dosen atau bahkan anak haram dari pemilik kamp
"Barbela Manda!"Brak! Prang!Arbel melotot, matanya seolah mau copot dari tengkoraknya. Di sampingnya Yusa juga sama kagetnya, dengan mulut yang menganga membuat cilok yang sedang dia makan terlihat jelas dan menjijikan.Bukan hanya Arbel dan Yusa, seisi kantin saat itu seperti ada di mode beku. Orang-orang menghentikan kegiatan mereka. Beberapa bahkan Arbel lihat menjatuhkan gelas dan mangkuk soto yang sedang mereka bawa.Bagaimana tidak?Di pintu kantin saat ini, ada seorang Ares Algibran, dengan keringat yang bercucuran, nafas yang terengah membuat dada bidangnya naik turun sesuai irama, ramutnya yang basah dan tatapn sayunya karena kelelahan membuatnya terlihat... seperti dewa!"A-ares?" Arbel dengan ragu menyebut nama Ares, beberapa orang dengan rasa penasaran menengok ke arahnya. Belum ada yang bersuara sejak Ares tiba, beberapa bahkan ada yang lupa bernafas saking kagetnya melihat pemandangan di depan.Arbel pun sama, jang
"Kamu Mama buatin waffle kesukaanmu loh, Kak.""Engga, Ares gak laper.""Kalau gitu nanti malem mau makan apa?""Mau makan di kampus.""Kalo Ma-""Ayo bel, kelas pagi saya sebentar lagi."Laras cemberut, Ares sudah dua hari ngambek pada dirinya karena menyebarkan kabar tentang Arbel di instagram, alhasil sekarang dia mogok bicara dan mogok makan buatan Mamanya sendiri.Padahal kan Laras berbuat seperti itu karena sebal dan gregetan mereka berdua menyembunyikan pertunangan mereka dari orang orang di kampus."Tante, Arbel berangkat dulu ya." Arbel dengan raut wajah yang jelas sekali menggambarkan perasaan tidak enak karena sikap Ares bersalaman pada Laras kemudian melambaikan tangannya pada Aya dan berjalan keluar menyusul Ares yang sudah duluan.Hah.... Setidaknya karena sedang ngambek pada Laras Ares jadi lebih sering dengan Arbel.Benar! Rencananya tidak sia sia, tidak apa akun instagramnya jadi di hapus pa
Ares mengedipkan matanya, beradaptasi dengan cahaya lampu yang masih terasa terlalu terang untuk matanya."Ugh..." Ares berusaha bangun, masih merasa nyeri di sekujur tubuhnya, tapi bukan hanya itu yang Ares rasakan, ada sesuatu yang berat yang menindih lengannya hingga kesemutan.Merasa terganggu, Ares menengok ke sebelah kanannya.Dan di sana lah Arbel berada, tertidur dengan pulas di atas lengan Ares yang kini sudah hampir mati rasa.Sial, kepala Arbel sangat berat."Arbel.." Ares memanggil dengan lemah, tangan kirinya dia coba untuk mengguncang kepala Arbel meskipun tenaganya belum ada."Hmmmm..." Arbel bergumam, semakin menarik lengan Ares ke dalam pelukan tangannya.Ares terdiam, dilihatnya kening Arbel yang bertautan seolah tidurnya sedang sangat terganggu. Duh, ada apa ini? Kenapa wajah Ares memanas saat melihat Arbel begitu posesif dalam memeluk lengannya.Apa Ares pergi tidur lagi saja? Tapi Ares harus meminum obatnya
Aku membuka mataku, menggerakan tubuhku saat ku rasakan kaku yang teramat sangat di punggung dan leherku.KREKAaaaah, memang paling enak merasakan punggung dan leher yang lega setelah tulangmu berbunyi karena perenggangan.Ku pandang sekeilingku, ada bayangan tubuh manusia yang melayang di depan pintu, hampir saja aku berteriak jika tidak ingat di mana sekarang aku berada.Ruang keluarga, dengan jam menunjukan pukul 5 pagi dan suasana yang masih sepi. Oh iya, bayangan orang tadi tentu saja satu dari sekian banyaknya kerangka tubuh manusia yang keluargaku miliki.Tadi malam Arbel tertidur setelah ku cekoki obat yang sudah ku gerus, meski ada perlawanan terlebih dahulu, tentu saja aku lebih gesit dan lebih kuat untuk mendominasi Arbel."Hoam..."Benar saja, Arbel tertidur di kamarku, di ranjangku, sedangkan aku si tuan rumah harus tidur di sofa di ruang keluarga.Sudah ku tebak sejak melihat wajahnya yang hampir ngiler di stasiu
Di dalam dapur yang hangat dengan tepung yang berserakan, aroma kue sehabis di panggang, dan rasa manis dari cupcake yang baru saja di kecap Ares mengeluarkan semua beban terpendam di dirinya, menangiskan dengan pelan semua gundah dan laranya, membasahi pakaian Arbel dengan air mata asinnya.Dengan lembut Arbel mengusap kepala Ares, mendekapnya dengan rengkuhan yang erat, tidak peduli apakah kini tangan kotornya ikut mengotori kemeja yang Ares kenakan."Kenapa kamu masuk jurusan pendidikan?"Itu adalah tanya Ares saat dia melepaskan pelukan Arbel dan mulai bersikap seperti biasa lagi, Ares malu, Arbel dapat lihat dari pipinya yang bersemu sangat terang. Begitu pun Arbel, saat mereka tersadar apa yang sudah mereka lakukan, kecanggungan tentu tidak dapat terelakkan."Karena ini yang saya suka? Karena ini yang saya bisa?"Arbel menimang nimang jawaban apa yang sekiranya pas untuk pertanyaan Ares."Saya suka anak kecil, dan a
Haiiiii pembaca HT✨✨✨Gak kerasa aku udah istirahat dari cerita ini selama beberapa minggu, atau bahkan bulan? HeheDi sini aku mau sampein dua info;1. HT akan kelar dalam beberapa bab lagi (bakal ada sekuel gak yaaaa? Hmmmmm...)2. Aku punya cerita baru berjudul Ethereal buat kalian baca sambil tunggu update HT 🎉🎉🎉Kenapa aku buat cerita baru dan malah istirahat nulis HT? Karena aku lagi butuh banget perubahan suasana baru, jadi aku milih istirahat dan kesampingkan HT sejenak.Yuk cus liat sinopsisnya.- Ethereal -"Tunjukan semuanya padaku, jangan buat semua uang yang ku hamburkan padamu sia-sia."Damon GasendraPria dominan yang di gadang-gadang manusia setengah dewa. Kaya dan tampan sejak lahir membuatnya menjadi seorang sadistik yang angkuh pun arogan.
"Ares Ares ayooooo."Arbel dengan semangat melangkahkan kakinya menuju sebuah gedung tua yang tak jauh dari tempat mereka berada."Iya iyaaaa...." Ares dengan malas menarik kopernya ke arah yang sama seperti yang Arbel tuju.Tadi pagi Anto sudah mengantar mereka menuju pusat kota Yogya, membiarkan mereka menghabiskan sisa liburannya di tempat temoat menarik Yogyakarta."Tolong jaga Arbel di sana, dik Ares. Bibi harap kalian bisa berbahagia apapun pilihan yang kalian pilih."Itu adalah ucapan Ayu pada Ares saat Arbel sudah aman dan nyaman memasuki mobil Anto.Ah, Ares bisa merasakan perasaan tulus akan kasih sayang dan khawatir yang Bibi Ayu pancarkan.Tanpa rasa terbebani, kali ini Ares dengan percaya diri menjawab."Akan Ares jaga."Pada Ayu, dan terutama pada dirinya sendiri.Tadi mereka di turunkan di pangkalan becak dan tidak langsung ke hotel yang sudah di pesan Laras.Arbel ingin Ares merasakan bagaimana menaiki
Ares terduduk dengan lesu tepat di samping ranjang Arbel.Pipinya masih terasa panas karena tamparan Ayu dan tonjokan Anto. Rumah Arbel sempat penuh dengan orang orang tadi saat Ares dengan panik membawa pulang mobil pick up dengan Arbel yang pingsan di dalamnya.Setelah menceritakan tentang Arbel yang pingsan saat mobil mereka berhenti tepat di depan SMP Athena Ayu tanpa pikir panjang langsung menamparnya, begitu juga Anto yang menghajarnya untuk melampiaskan rasa marah dan khawatirnya.Di mata mereka, Ares sudah gagal menjaga Arbel yang berharga.Ares bahkan tidak bisa mengatakan apa apa, tidak bisa menyangkal atau membenarkan, satu satunya yang keluar dari mulutnya hanyalah: "bantu saya tolong Arbel"Ares bahkan sempat tak di ijinkan untuk merawat Arbel, seandainya Pak Dokter di puskesmas belum pulang, Ares pasti sudah di suruh untuk menjauh dari Ares.Untung saja pada akhirnya Ares masih bisa mendapat kesempatan untuk merawat sendiri Arbel.
[Warning, chapter ini mengandung kekerasan]Arbel tersenyum cerah melangkahkan kakinya dengan riang ke dalam gerbang sekolah super mewah yang ada di depannya.Setelah berusaha sangat keras, akhirnya Arbel berhasil memasuki Athena, yayasan pendidikan nomor satu di Yogya dengan jalur beasiswa bidang kesenian. Meskipun Arbel tidak terlalu tertarik terhadap seni, namun darah seniman yang mengalir di darahnya sangat membantu dalam meraih keinginannya ini.Sekolah yang bagus dengan bangunan yang mewah, teman teman yang ramah padanya dan guru guru yang kompeten.Arbel memang tidak terlalu pintar, pun tidak terlalu kaya, tapi bersyukurnya dia bisa mendapatkan tempat yang sangat hebat."Di sana cari ilmu yang benar, cari teman dan cari pengalaman. Ayah jemput setiap pulang sekolah ya?""Okey!!"Arbel kembali tersenyum dengan lebar saat mengingat senyuman bangga di bibir Ayahnya pagi tadi.Kelas Arbel berisikan 20 orang murid, berbeda sekali den
Arbel memainkan sarapan yang ada di piringnya dengan pelan, sesekali melirik Ares yang juga sedang makan di depannya dengan gerakan yang pelan dan tenang.Sungguh sangat kontras dengan apa yang dilihat Arbel tadi di kamarnya.~ o o o ~Arbel berjalan kembali ke kamarnya dengan senandung riang, perasaannya sudah tenang setelah membasuh wajahnya dan mendinginkan kepalanya. Mungkin Ares memang sedang memiliki mood yang bagus saja makanya dia bertingkah dengan agak aneh.Kemudian Arbel melihat pintu kamarnya tertutup, seingat dia, dia memang menyuruh Ares untuk mengambil kaus kaki yang akan di pinjamnya di dalam lemari."Ares?"Arbel mengetuk pintu sekali.Duk BrakSaat tangannya hendak memutar knop pintu Arbel terjengit kaget mendengar suara kebisingan dari dalam, sebenarnya apa yang sedang Ares lakukan di dalam?"Ares?"KlekArbel menyembulkan kepalanya dari celah pintu yang dia buka, melihat Ares yang sedang
Mengenai masa lalu Arbel, yang terlalu takut dia ungkap kembali, yang terlalu sakit untuk dia bahas lagi.Yang terlalu perih untuk dilihatnya tatapan tatapan kasihan itu lagi.Yang terlalu mengerikan baginya untuk mendapatkan pandangan jijik itu lagi.Arbel hari ini terbangun dengan pikiran dan perasaan lega, seolah semua beban yang akhir akhir ini menempel padanya melayang entah kemana.Sebelumnya, Arbel sempat ragu untuk kembali ke Yogya, karena meskipun dulu sebelum Arbel pergi ke Jakarta, kehidupannya di Yogya sangat membosankan. Terkurung dan hanya keluar saat hendak membantu Bibinya di TK, pergi dengan teman yang hanya di percayai Ayahnya dan kemana mana dengan Anto sebagai pengawalnya.Terlebih Ares, Arbel takut akan ada sesuatu yang terjadi dan membuat Ares jadi ingin menjauhinya. Arbel sangat tak mau itu terjadi.Arbel terduduk dan merasakan sinar matahari dari jendela yang sudah di buka lebar. Sepertinya Bibinya sudah
Ares kini masih berbincang dengan Bibi Arbel, sedangkan Arbel tengah sibuk membereskan sisa pesta sambutan dadakan yang tadi mereka terima.Iya, Bibi Arbel ternyata sudah menyiapkan pesta sambutan untuk Arbel sejak Arbel memberitahunya akan berlibur di Yogya. Seluruh warga desa dia undang, itu lah sebabnya banyak sekali rumah warga yang terlihat sepi.Untung saja yang datang tidak semuanya karena banyak yang sibuk bekerja, dan banyak anak muda yang kini sudah pergi merantau seperti Arbel juga, jadi rumahnya tidak pecah karena kepenuhan.Pesta mereka lanjutkan di halaman depan yang lebih luas, dengan acara seperti bakar bakar dan bernyanyi bersama.Sepertinya Ares tahu dari mana sifat cerewet Arbel, pasti karena dia tumbuh dan besar di kelilingi orang orang yang sangat enerjetik dan penuh antusias seperti warga desa ini."Ayah Arbel itu dulu seniman yang sangat di hormati di desa ini."Ujar Bibi Arbel sambil menyeruput kopinya.Arbel y
Terbawa lagi langkahku ke sanaMantra apa entah yang istimewa~Arbel terduduk tegak dari bangun tidurnya, lagu yang di nyanyikan di dalam gerbong kereta terdengar pelan namun cukup menggema di kepalanya.Matanya membulat dan mulutnya tersenyum senang saat dilihatnya sebuah bangunan yang tertutupi sinar matahari siang ini.Kupercaya selalu ada sesuatu di Jogja~"Ares Ares."Ares bergumam saat tidurnya terusik guncangan kecil dari Arbel, matanya membuka, binar senyum cerah Arbel lah yang pertama dia lihat.Tangan Arbel di tunjuk ke arah luar dan Ares mau tak mau ikut menengok keluar jendela.Dengar lagu lama ini katanyaIzinkan aku pulang ke kotamu~Yogya di sore hari dengan pantulan cahaya matahari yang seolah membentuk kristal bening berterbangan di bangunan bangunan tua."Hehe."Ares terdiam saat Arbel menyengir dengan lebar ke arahnya, seolah dia tahu tadi Ares baru
"Baju baju kamu udah lengkap?""Udah kok Tante, kan di sana juga masi ada.""Kamu yakin cuma seminggu aja?""Yakin Om, Arbel gak mau repotin Ares lama lama juga."Arbel saat ini sedang berada di kamarnya, dengan koper besar di atas ranjangnya dan tumpukan baju yang masih berserakan di atas ranjangnya. Bibirnya tak henti henti mengeluarkan senandung sebuah lagu membuat Rangga dan Laras yang melihatnya ikut tersenyum dengan senang.2 Hari yang laluArbel terduduk dengan perasaan bingung di atas sofa ruang keluarga, matanya menatap Rangga dan Laras yang juga sedang manatapnya dengan pandangan yang serius. Arbel tak mengerti apa yang sudah dia perbuat sehingga dia merasa akan ada waktu penghakiman yang terjadi padanya tak lama lagi.Apa ini karena insiden Arbel menangis akibat homesick beberapa hari yang lalu?Apa Rangga dan Laras akan memutuskan untuk mengembalikan Arbel ke Yogy