Ghea segera mengayunkan langkahnya menuju ke tempat parkir di mana suaminya menunggunya. Jam masuk sekolah seperti ini parkiran memang tidak boleh lama-lama karena banyak yang datang mengantarkan anak-anak juga. Ghea masuk ke mobil. Tangannya langsung bergerak memasang sabuk pengaman. Rowan yang melihat sang istri sudah siap, segera melajukan kembali mobilnya. Sepanjang perjalanan Ghea diam saja. Dia masih memikirkan siapa gerangan nenek tersebut. “Kamu kenapa, Sayang?” Rowan menoleh pada sang istri. Tampak wajah sang istri yang begitu cemas sekali. “Jadi beberapa hari yang lalu ada seorang nenek yang menghampiri Gemma saat aku terlambat menjemput.” Ghea menceritakan pada sang suami kejadian tersebut. “Lalu apa masalahnya?” Rowan tersenyum merasa aneh. “Nenek itu bukan nenek salah satu siswa di sini. Jadi tentu saja aku merasa aneh. Lalu apa dia datang untuk menculik anak-anak, atau jangan-jangan dia berniat menculik Gemma.” Ghea begitu panik sekali. Dia benar-benar takut anaknya
Rowan akhirnya tahu ke mana sang istri membawanya. Ternyata menemui sang kakak. Dia masih bingung memang kenapa dengan kakaknya? Dia tampak biasa saja. “Rowan.” Mendengar namanya disebut, Rowan langsung membulatkan matanya. Tidak menyangka sang kakak memanggilnya. “Kak Kiara.” Rowan mendekat. Air matanya menetas. Setelah sekian lama kakaknya mau bicara juga. Kiara mengusap pipi Rowan. Menghapus air matanya. “Rowan.” Satu kata yang diucapkan Kiara. “Kakak.” Rowan langsung memeluk Kiara. Merasa senang karena kakaknya mau bicara. Walaupun hanya namanya yang disebut saja. Ghea yang melihat pemandangan itu merasa benar-benar senang sekali. Tidak menyangka akhirnya kakak iparnya mau membuka mulutnya. Beberapa bulan dia selalu mengajak bicara, tetapi baru kali ini ada respon. Kiara yang menangis tiba-tiba pingsan. Rowan yang melihat hal itu pun segera membawa sang kakak ke kamarnya. Ghea pun segera menghubungi dokter. “Mommy Kiara kenapa, Mom?” Gemma yang melihat Kiara pingsa
Rowan mengingat jelas wajah siapa itu. Itu adalah ibu dari calon suami dari kakaknya. Hal itu tentu saja membuatnya benar-benar terkejut. Sejak mengurus sang kakak, wanita itu memang tidak pernah muncul lagi. “Sayang.” Ghea yang melihat suaminya langsung memanggilnya. Rowan masuk. Menghampiri istrinya. “Sayang, bawa Gemma masuk.” Dia memberikan perintah. Tidak mau sampai anaknya mendengar pembicaraannya. Ghea pun segera membawa anaknya masuk. Sesuai dengan apa yang suaminya perintahkan. “Ada apa Anda ke sini?” Rowan langsung tanpa basa-basi bertanya. Dia ingin memastikan untuk apa orang yang sudah lama tidak ada di hidup kakaknya itu pergi. “Aku ingin mengambil hak asuh atas anak Steven.” Sonia sudah mencari informasi tentang Kiara. Kenyataan bilang Kiara hamil cucunya membuatnya akhirnya mencari keberadaan mereka. Hingga akhirnya mendapatkan di mana mereka tinggal. Sonia pernah menghampiri Gemma sewaktu di sekolah lama. Itu adalah kali pertama dia mendapatkan informasi di mana c
Hari ini Ghea, Rowan, dan Gemma ke rumah Daddy Bryan dan Mommy Shea. Untuk waktu ini, mereka butuh orang tua yang bisa memberikan nasihat untuk mereka. Karena kebetulan Kean dan Lean ada di rumah, Gemma bermain dengan mereka. Jadi Ghea dan Rowan lebih leluasa untuk bercerita.“Apa tidak ada cara lain selain jalur hukum?” Mommy Shea merasa jika jalur hukum akan panjang. “Sebaiknya kita selesaikan secara kekeluargaan saja. Ini jauh lebih baik.” Daddy Bryan merasa jika memang lebih baik seperti itu. Karena takut berdampak buruk pada Gemma. “Aku akan coba bicarakan dengan pengacara nanti. Siapa tahu bisa membantu membuka jalan kekeluargaan.” Rowan sendiri belum tahu akan seperti apa nanti. Karena sejauh ini dia belum berkonsultasi lagi dengan pengacara. Dia yakin jika pasti ada jalan keluar untuk hal ini. “Kamu jangan terlalu banyak pikiran. Kamu sedang hamil. Jadi harus menjaga bayi kandunganmu. Jika kamu banyak pikiran, akan berdampak buruk untuk anakmu.” Mommy Shea membelai lembut s
“Sayang, sudah jangan menangis.” Mommy Shea berusaha untuk menenangkan anaknya. Dia tahu jika sang anak begitu sedih sekali. Dia pun juga merasakan hal yang sama. “Mom, bagaimana cara bilang dengan Gemma.” Ghea benar-benar tidak tega pada Gemma. Bagaimana bisa Gemma hidup dengan orang asing yang baru dikenalnya. “Jangan terus menangis, Ghe. Itu tidak baik untuk kandunganmu.” Daddy Bryan mencoba menenangkan anaknya. Ghea tidak bisa berhenti menangis. Rasanya sakit harus kehilangan orang yang disayang. Apalagi dia sudah menyayangi Gemma dengan sepenuh hatinya. Rowan yang menyetir hanya bisa melihat sang istri dari pantulan kaca di atas dashboard hanya bisa menahan air matanya juga. Dia sama sedihnya dengan sang istri. Merasa berat jika harus melepaskan Gemma. Mobil sampai di rumah Freya. Ghea berusaha menghapus air matanya. Tak mau sampai Gemma melihatnya menangis. Mereka semua turun dari mobil. Kemudian masuk ke rumah. Gemma langsung menyambut mereka semua. Gadis kecil itu langsu
Ghea merapikan pakaian Gemma. Dia meletakkan ke dalam koper. Rasanya, dia merasa sedih sekali ketika harus memasukkan pakaian Gemma ke koper. Ini benar-benar menyiksanya sekali. Hari ini sudah tiga hari Ghea tidak bekerja. Dia sengaja meluangkan waktunya, karena ingin bersama dengan Gemma. “Mommy harap kamu akan baik-baik saja di sana.” Ghea menutup koper Gemma. Kemudian meletakkan di sudut kamar. Tak mau sampai Gemma tahu lebih dulu. Rencananya, nanti malam Ghea dan Rowan akan bicara dengan Gemma. Memberitahu jika Gemma akan tinggal dengan neneknya. “Mommy.” Suara Gemma terdengar. Ghea yang mendengar suara itu segera keluar dari kamar. Dia kemudian menghampiri sang anak. Saat keluar gadis kecil itu sedang menghampiri Kiara yang sedang duduk. Ghea segera ikut menghampiri. Rowan yang membawakan tas Gemma memberikan tas pada Ghea. “Aku harus kembali ke restoran.” Rowan tersenyum. “Baiklah.” Ghea tersenyum. Suaminya memang meluangkan waktu untuk menjemput saja. Dia harus segera kem
Kiara mencengkeram erat tangan Sonia. Cengkeraman itu membuat Sonia kesakitan, hingga dia mengendorkan cengkeraman tangannya di tangan Gemma. Gemma yang terlepas langsung bersembunyi di balik sang mommy. “Mommy.” Dia memegangi baju Kiara dengan erat.Kiara memegangi Gemma yang berada di belakangnya dengan tangan kiri. Memberikan keyakinan jika anaknya akan baik-baik saja bersamanya. Ghea yang melihat Kiara benar-benar tidak menyangka. Jika kakak iparnya akhirnya bersuara juga. Terakhir dia memanggil Rowan, dan sejak itu tidak lagi ada suara yang keluar dari mulutnya. “Apa yang Anda lakukan itu memberikan dampak buruk untuk Gemma.” Kiara tidak rela anaknya diperlakukan seperti itu. “Anda yang tidak bisa berkata baik pada seorang anak, mau merawat anak?” Kiara melemparkan sindirannya. Dia ingat betul bagaimana dulu Sonia memperlakukannya. “Apa kamu tidak tahu jika pengadilan sudah menetapkan jika aku yang mendapatkan hak asuh Gemma? Jadi kamu tidak bisa melarang aku untuk membawanya
Di kafe di dalam rumah sakit, Mommy Shea langsung memesankan teh hangat untuk Kiara. Meminta Kiara untuk minum dulu, agar jauh lebih tenang. Gemma yang sedari tadi di dalam pelukan Daddy Bryan perlahan tertidur. Hal itu membuat Daddy Bryan mendekap erat tubuh Gemma. “Apa Ghea akan baik-baik saja?” Kiara merasa takut Ghea akan kenapa-kenapa. Mommy Shea cukup terkejut karena ternyata Kiara bisa bicara. Namun, dia berusaha untuk tetap menenangkan Kiara. “Dia akan baik-baik saja. Jangan pikirkan itu.” Mommy Shea mencoba menenangkan. Dia cukup senang Kiara mulai mau bicara. “Jangan biarkan ada yang membawa Gemma.” Kiara tidak bisa melihat anaknya sampai dibawa oleh Sonia. Mommy Shea sebenarnya bingung dengan apa yang terjadi. Namun, dia berusaha untuk tetap tenang. “Kalian di sini.” Dr. Erix yang tadi dikabari sang istri segera mencari Kiara. Akhirnya dia menemukan jika Kiara bersama dengan Shea dan Bryan. “Iya, di ruang tunggu tidak baik untuk mereka.” Mommy Shea merasa takut