“Sayang, sudah jangan menangis.” Mommy Shea berusaha untuk menenangkan anaknya. Dia tahu jika sang anak begitu sedih sekali. Dia pun juga merasakan hal yang sama. “Mom, bagaimana cara bilang dengan Gemma.” Ghea benar-benar tidak tega pada Gemma. Bagaimana bisa Gemma hidup dengan orang asing yang baru dikenalnya. “Jangan terus menangis, Ghe. Itu tidak baik untuk kandunganmu.” Daddy Bryan mencoba menenangkan anaknya. Ghea tidak bisa berhenti menangis. Rasanya sakit harus kehilangan orang yang disayang. Apalagi dia sudah menyayangi Gemma dengan sepenuh hatinya. Rowan yang menyetir hanya bisa melihat sang istri dari pantulan kaca di atas dashboard hanya bisa menahan air matanya juga. Dia sama sedihnya dengan sang istri. Merasa berat jika harus melepaskan Gemma. Mobil sampai di rumah Freya. Ghea berusaha menghapus air matanya. Tak mau sampai Gemma melihatnya menangis. Mereka semua turun dari mobil. Kemudian masuk ke rumah. Gemma langsung menyambut mereka semua. Gadis kecil itu langsu
Ghea merapikan pakaian Gemma. Dia meletakkan ke dalam koper. Rasanya, dia merasa sedih sekali ketika harus memasukkan pakaian Gemma ke koper. Ini benar-benar menyiksanya sekali. Hari ini sudah tiga hari Ghea tidak bekerja. Dia sengaja meluangkan waktunya, karena ingin bersama dengan Gemma. “Mommy harap kamu akan baik-baik saja di sana.” Ghea menutup koper Gemma. Kemudian meletakkan di sudut kamar. Tak mau sampai Gemma tahu lebih dulu. Rencananya, nanti malam Ghea dan Rowan akan bicara dengan Gemma. Memberitahu jika Gemma akan tinggal dengan neneknya. “Mommy.” Suara Gemma terdengar. Ghea yang mendengar suara itu segera keluar dari kamar. Dia kemudian menghampiri sang anak. Saat keluar gadis kecil itu sedang menghampiri Kiara yang sedang duduk. Ghea segera ikut menghampiri. Rowan yang membawakan tas Gemma memberikan tas pada Ghea. “Aku harus kembali ke restoran.” Rowan tersenyum. “Baiklah.” Ghea tersenyum. Suaminya memang meluangkan waktu untuk menjemput saja. Dia harus segera kem
Kiara mencengkeram erat tangan Sonia. Cengkeraman itu membuat Sonia kesakitan, hingga dia mengendorkan cengkeraman tangannya di tangan Gemma. Gemma yang terlepas langsung bersembunyi di balik sang mommy. “Mommy.” Dia memegangi baju Kiara dengan erat.Kiara memegangi Gemma yang berada di belakangnya dengan tangan kiri. Memberikan keyakinan jika anaknya akan baik-baik saja bersamanya. Ghea yang melihat Kiara benar-benar tidak menyangka. Jika kakak iparnya akhirnya bersuara juga. Terakhir dia memanggil Rowan, dan sejak itu tidak lagi ada suara yang keluar dari mulutnya. “Apa yang Anda lakukan itu memberikan dampak buruk untuk Gemma.” Kiara tidak rela anaknya diperlakukan seperti itu. “Anda yang tidak bisa berkata baik pada seorang anak, mau merawat anak?” Kiara melemparkan sindirannya. Dia ingat betul bagaimana dulu Sonia memperlakukannya. “Apa kamu tidak tahu jika pengadilan sudah menetapkan jika aku yang mendapatkan hak asuh Gemma? Jadi kamu tidak bisa melarang aku untuk membawanya
Di kafe di dalam rumah sakit, Mommy Shea langsung memesankan teh hangat untuk Kiara. Meminta Kiara untuk minum dulu, agar jauh lebih tenang. Gemma yang sedari tadi di dalam pelukan Daddy Bryan perlahan tertidur. Hal itu membuat Daddy Bryan mendekap erat tubuh Gemma. “Apa Ghea akan baik-baik saja?” Kiara merasa takut Ghea akan kenapa-kenapa. Mommy Shea cukup terkejut karena ternyata Kiara bisa bicara. Namun, dia berusaha untuk tetap menenangkan Kiara. “Dia akan baik-baik saja. Jangan pikirkan itu.” Mommy Shea mencoba menenangkan. Dia cukup senang Kiara mulai mau bicara. “Jangan biarkan ada yang membawa Gemma.” Kiara tidak bisa melihat anaknya sampai dibawa oleh Sonia. Mommy Shea sebenarnya bingung dengan apa yang terjadi. Namun, dia berusaha untuk tetap tenang. “Kalian di sini.” Dr. Erix yang tadi dikabari sang istri segera mencari Kiara. Akhirnya dia menemukan jika Kiara bersama dengan Shea dan Bryan. “Iya, di ruang tunggu tidak baik untuk mereka.” Mommy Shea merasa takut
“Rowan.” Kiara yang melihat Rowan segera memanggilnya. Rowan benar-benar terharu ketika sang kakak memanggilnya. Rasanya benar-benar tidak menyangka jika ternyata sang kaka kini mau bicara. Seperti apa yang dikatakan perawat. “Kak.” Rowan menghampiri sang kakak.“Bagaimana Ghea?” Kiara langsung menanyakan adik iparnya itu. Rowan masih tidak percaya jika kakaknya mau bicara. “Rowan.” Kiara bertanya kembali. “Ghea baik-baik saja, Kak.” Rowan segera menjawab pertanyaan kakaknya. Kiara bernapas lega. Tadi dia sudah takut sekali ketika Ghea pendarahan. “Kakak sudah mau bicara.” Air mata Rowan tidak tertahan lagi. Tidak menyangka akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Di mana kakaknya akhirnya bicara. “Maafkan aku selama ini yang tidak mau bicara. Aku terlalu sibuk dengan perasaanku sendiri.” Kiara merasa bersalah dengan Rowan. Padahal adiknya itu sudah berjuang dengan baik untuknya. Rowan langsung memeluk kakaknya. “Tidak, aku tidak masalah. Aku senang Kakak mau bicara lagi. J
Suara ketukan pintu terdengar. Ghea dan Rowan mengalihkan pandangan pada pintu. Saat pintu terbuka tampak Mommy Shea di balik pintu. Dari balik sang mommy ada Gemma yang menerobos masuk. “Mommy.” Gemma berlari masuk. Menghampiri Ghea yang berada di ranjang. Tangan mungil Gemma langsung memeluk sang mommy yang berada di atas ranjang. Rowan tersenyum ketika melihat Gemma langsung memeluk Ghea. Dia tahu bagaimana sayangnya Gemma pada Ghea. Kiara yang berada di belakang Mommy Shea pun juga melihat bahagianya Gemma bersama Ghea. Sejak pertama kali melihat Gemma di rumah sakit, dia memang sudah begitu menarik perasaannya. Pembawaan Ghea yang lembut tentu saja membuatnya luluh. Jika dia saja luluh, bagaimana mungkin Gemma tidak. “Sayang, Mommy rindu.” Tangan Gemma memeluk Gemma. “Gemma juga rindu.” Gemma tersenyum.Ghea tersenyum. Dia senang bisa melihat Gemma. Saat sibuk merasakan bahagianya itu, dia melihat mommy-nya yang datang dengan Kiara. “Kak Kiara.” Dia memanggil kakak iparnya i
“Apa semudah itu meminta maaf setelah apa yang Anda sudah lakukan?” Kiara menatap Sonia. Sonia berdiri. Menghampiri Kiara. “Jika kamu bilang aku bisa tenang hidup setelah Steven pergi, kamu salah. Aku benar-benar hancur ketika anakku pergi begitu cepatnya. Saat aku tahu kamu punya anak, aku berpikir aku akan datang padamu. Membawamu bersamaku dan Gemma juga. Sayangnya, melihatmu yang depresi membuatku gelap mata hanya membawa Gemma saja. Hingga aku menghalalkan segala cara mendapatkan Gemma. Sejenak aku lupa kalau harusnya aku tidak melakukan itu.” Sonia berlutut di hadapan Kiara. “Aku hanya kesepian karena itu aku ingin Gemma bersamaku, tanpa memikirkan sama sekali perasaanmu, tanpa memikirkan jika ada orang-orang yang sudah berjuang menjaga Gemma selama ini.” Air mata Sonia menetes. Dia sadar meminta maaf saja tidak cukup setelah apa yang terjadi. Kiara melihat dengan saksama apa yang dilakukan oleh Sonia. Kematian Steven memang menjadi luka untuk dirinya dan semuanya. Ghea yang
Ghea dibantu Rowan segera naik ke atas ranjang periksa. Perawat menuangkan gel ke perut Ghea untuk memudahkan proses USG. Mama Lyra segera mengarahkan alat USG ke perut Ghea, mengecek keadaan anak di dalam kandungan Ghea. Mama Lyra menjelaskan jika keadaan anak Ghea baik. Semua anggota tubuhnya lengkap. Berat sang bayi juga pas sesuai usia kandungan. “Jenis kelaminnya apa?” Mommy Shea begitu penasaran sekali.“Sebentar, kita cek dulu.” Mama Lyra mengecek jenis kelamin anak Ghea. Senyumnya terbit di sudut bibirnya ketika mengetahui jenis kelamin anak Ghea. “Kenapa justru kamu tertawa? Apa jenis kelaminnya?” Mommy Selly tak sabar sekali mendengar jenis kelamin anak Ghea. Mama Lyra menatap satu per satu orang yang berada di dalam ruang pemeriksaan. Semua tampak tegang dan penasaran sekali. Hal itu membuatnya begitu gemas sekali. “Anak Ghea laki-laki.” Mama Lyra tersenyum. Ternyata keturunan Adion disambut anak laki-laki lagi. Rowan langsung mendaratkan kecupan di dahi Ghea. Merasa