“Apa semudah itu meminta maaf setelah apa yang Anda sudah lakukan?” Kiara menatap Sonia. Sonia berdiri. Menghampiri Kiara. “Jika kamu bilang aku bisa tenang hidup setelah Steven pergi, kamu salah. Aku benar-benar hancur ketika anakku pergi begitu cepatnya. Saat aku tahu kamu punya anak, aku berpikir aku akan datang padamu. Membawamu bersamaku dan Gemma juga. Sayangnya, melihatmu yang depresi membuatku gelap mata hanya membawa Gemma saja. Hingga aku menghalalkan segala cara mendapatkan Gemma. Sejenak aku lupa kalau harusnya aku tidak melakukan itu.” Sonia berlutut di hadapan Kiara. “Aku hanya kesepian karena itu aku ingin Gemma bersamaku, tanpa memikirkan sama sekali perasaanmu, tanpa memikirkan jika ada orang-orang yang sudah berjuang menjaga Gemma selama ini.” Air mata Sonia menetes. Dia sadar meminta maaf saja tidak cukup setelah apa yang terjadi. Kiara melihat dengan saksama apa yang dilakukan oleh Sonia. Kematian Steven memang menjadi luka untuk dirinya dan semuanya. Ghea yang
Ghea dibantu Rowan segera naik ke atas ranjang periksa. Perawat menuangkan gel ke perut Ghea untuk memudahkan proses USG. Mama Lyra segera mengarahkan alat USG ke perut Ghea, mengecek keadaan anak di dalam kandungan Ghea. Mama Lyra menjelaskan jika keadaan anak Ghea baik. Semua anggota tubuhnya lengkap. Berat sang bayi juga pas sesuai usia kandungan. “Jenis kelaminnya apa?” Mommy Shea begitu penasaran sekali.“Sebentar, kita cek dulu.” Mama Lyra mengecek jenis kelamin anak Ghea. Senyumnya terbit di sudut bibirnya ketika mengetahui jenis kelamin anak Ghea. “Kenapa justru kamu tertawa? Apa jenis kelaminnya?” Mommy Selly tak sabar sekali mendengar jenis kelamin anak Ghea. Mama Lyra menatap satu per satu orang yang berada di dalam ruang pemeriksaan. Semua tampak tegang dan penasaran sekali. Hal itu membuatnya begitu gemas sekali. “Anak Ghea laki-laki.” Mama Lyra tersenyum. Ternyata keturunan Adion disambut anak laki-laki lagi. Rowan langsung mendaratkan kecupan di dahi Ghea. Merasa
Rowan benar-benar tidak bisa jika harus menunggu di rumah. Dia terlalu panik. Alhasil, dia memilih untuk membawa Ghea ke rumah sakit tepat setelah makan malam. Sama-sama menunggu, lebih baik dirinya menunggu di rumah sakit saja. Jadi Rowan memilih kamar VVIP dengan tipe royal suite. Kamar terdapat pantry, ruang tamu, dan kamar untuk orang-orang yang ikut menjaga. Kamar rumah sakit ini benar-benar serasa di hotel mewah. Mengingat malam hari, akhirnya Kiara dan Gemma tinggal rumah. Ada asisten rumah tangga dan perawat yang akan menjaga mereka. Mendengar kabar jika Ghea akan melahirkan, keluarga langsung meluncur semua ke rumah sakit. Mereka khawatir dengan keadaan Ghea. “Kenapa kamu memberitahu semuanya?” Ghea menekuk bibirnya. Ini sudah malam, tetapi Rowan justru mengabari keluarganya, terutama mommy dan daddy-nya untuk datang ke rumah sakit. Padahal, dia masih merasakan kontraksi yang cukup jauh. “Jika aku tidak mengabari mereka, bisa-bisa akan dipecat jadi menantu.” Rowan sudah
Ghea tersenyum. Kakak-kakaknya memanglah yang terbaik. Sejak kecil, mereka begitu menyayanginya. Sampai dewasa dan sudah punya anak pun kedua kakaknya masih begitu perhatian. Semua keluarga menunggu Ghea. Rowan membantu Ghea berjalan-jalan di kamar agar pembukaan dapat bertambah. Sesekali Rowan membelai lembut punggung sang istri. “Apa sakit sekali?” Rowan menatap sang istri. “Em … sedikit, emm … banyak. Entahlah.” Ghea tertawa. Dia sulit mendeskripsikan rasa sakitnya. Mungkin karena kadang sakit sekali, kadang tidak sakit. “Kamu masih bisa tertawa.” Rowan mencubit pipi Ghea. Merasa jika sang istri benar-benar tenang sekali. “Jangan takut. Jika kamu takut, aku juga ikut ketakutan.” Ghea menatap sang suami. Mencoba menenangkan sang suami. Rowan mengangguk. Dia melihat jika memang benar adanya. Jika dirinya takut, tentu sang istri akan ikut takut. “Rasanya jika melihat orang akan melahirkan membuat aku takut.” Daddy Regan mengembuskan napasnya ketika melihat Ghea bersama Rowan be
“Sayang.” “Ghe.” Al, El, Shera, Freya, Mommy Shea, dan Mommy Selly langsung terkejut ketika melihat Ghea kesakitan. Mommy Selly segera memanggil perawat atau dokter yang berjaga. Daddy Bryan dan Daddy Regan yang sedang mengobrol juga langsung mengecek keadaan Ghea.Tepat saat itu juga Dr. Lyra datang. Dia meminta para pria keluar kecuali Rowan. Dia pun segera mengecek keadaan Ghea. Ternyata pembukaan sudah hampir sempurna. Jadi Ghea sudah siap untuk melahirkan. “Kita akan lakukan persalinan.” Dr Lyra menatap semua yang berada di ruangan. Dia memberikan isyarat pada perawat untuk mempersiapkan semuanya. Dengan segera Ghea dibawa ke ruang persalinan. Semua keluarga ikut menunggu di depan ruang persalinan. Hanya Rowan saja yang diperbolehkan masuk. Rowan terus memegangi tangan Ghea dengan erat. Dia memberikan dukungan pada sang istri.Ghea berusaha mengatur napasnya. Rasa sakit benar-benar teramat menyiksanya. Sungguh membuatnya benar-benar tak berdaya. Sungguh sakitnya benar-benar
Ghea sudah dipindahkan di ruang perawatan. Bayi Ghea sudah dipindahkan ke ruang perawatan bersama sang ibu. Setelah mendapati jika bayi sehat, dokter segera memindahkan sang bayi bersama ibunya. “Lihatlah, lucu sekali dia.” Freya yang melihat anak Ghea dalam gendongan sang mommy mertua merasa gemas sekali. “Iya, tetapi sepertinya lebih dominan Rowan.” Shera memberikan komentarnya. “Sepertinya Rowan lebih bersemangat dalam tahap pembuatan.” Daddy Bryan tertawa menggoda. Rowan hanya malu-malu saja ketika sang mertua menggodanya. “Tidak adil sekali. Aku yang hamil sembilan bulan, tetapi anakku banyak mirip dengan daddy-nya.” Ghea menekuk bibirnya kesal. Rowan yang gemas pun mendaratkan kecupan di pipinya. “Nanti kita buat lagi, agar mirip denganmu.” Dia merayu sang istri. “Sepertinya itu aku pikir dulu.” Ghea tidak bisa membayangkan harus hamil lagi. Rasa sakitnya saja belum hilang, suaminya sudah membahas punya anak lagi. Melihat ekspresi Ghea semua tertawa. Apalagi para wanita.
Malam ini adalah malam pertama di rumah. Ghea dan Rowan menjaga anaknya di rumah. Berharap sang anak tidak akan menangis malam ini. Sementara ini anaknya akan tidur bersama mereka. “Mommy aku mau tidur di sini juga.” Gemma ingin bersama dengan adiknya. Jadi dia meminta untuk bersama sang adik.“Baiklah, tetapi tidur di sebelah daddy. Tidak boleh tepat di samping adik. Karena nanti Gemma tendang adiknya-jatuh.” Rowan memberikan pengertian pada sang anak.“Iya, Daddy.” Gemma pun setuju dengan yang diminta sang daddy. Sementara Baby Vans belum tidur dan Gemma belum mengantuk. Mereka berada sebelahan. Gemma terus membelai lembut pipi sang adik karena begitu gemasnya. “Dia lucu sekali, Mommy.” Gemma menatap Ghea. “Iya.” Ghea juga merasa hal yang sama. “Tapi, Gemma mau adik perempuan.” Gemma menatap sang mommy penuh harap. “Iya, nanti Mommy dan Daddy akan buat.” Rowan menyeringai. Dia benar-benar merasa senang sekali menggoda sang istri.Ghea hanya menatap malas. Dia merasa jika sang
“Kak, tolong jaga Rivans sebentar.” Ghea menatap Kiara. Dia ingin ke kamar mandi. Jadi harus menitipkan anaknya pada kakak iparnya. Sebenarnya dia ragu, mengingat Kiara masih dipantau oleh dokter. Namun, dia yakin jika sang kakak akan menjaga anaknya dengan baik.“Baiklah.” Kiara mengangguk.Ghea segera ke kamar mandi. Meninggalkan anaknya dengan Kiara.Kiara melihat Rivans yang sedang tertidur pulas. Bayi dua bulan itu tampak menggemaskan. Karena gemas Kiara memegangi pipinya. Sayangnya, saat pipinya dipegang, Rivans langsung menangis. Kiara yang melihat itu langsung berinisiatif untuk menggendong Rivans. Tampak bayi kecil itu pun kembali tenang.Ghea yang mendengar tangis anaknya pun segera bergegas keluar. Dia benar-benar takut sekali. Walaupun Kiara sudah mulai normal, tetapi takut tiba-tiba tangis anaknya membangkitkan luka-luka yang dirasakan Kiara.Saat keluar ternyata Ghea melihat jika Kiara sedang menggendong Rivans. Tampak kakak iparnya itu menimang-nimang anaknya. Dari keja