Hari pertama bekerja di klinik Edelwis, Ghea diminta untuk ke sekolah KB-TK di kompleks dekat rumah yang disewanya. Dokter yang kebetulan bertugas hari ini berhalangan hadir, jadi Ghea diminta untuk menggantikannya. Ghea pikir hari pertamanya akan bekerja melayani pasien di ruangan barunya. Sayangnya dia justru mendapat tugas lain. Kunjungan rutin yang dilakukan oleh klinik tempatnya bekerja. Ghea melajukan mobilnya ke sekolah yang dituju. Sekolah TK yang didatangi Ghea adalah sekolah KB-TK Internasional. Sudah bisa dipastikan jika yang sekolah adalah anak-anak orang kaya.“Hari pertama yang berkesan,” ucap Ghea saat memarkirkan mobilnya di tempat parkir sekolah. “Semoga menjadi hari indahmu.” Raya tersenyum. Ghea mengembuskan napasnya. Memberikan semangat dalam dirinya jika hari ini akan menjadi hari indah untuknya. Berharap ini akan menjadi awal mula perjalanan di kota yang jauh dari keluarganya. Mereka berdua keluar dari mobil. Saat masuk ke area sekolah, mereka disuguhkan deng
Ghea melihat anak kecil itu begitu cantik. Wajahnya yang putih serta rambutnya yang lurus begitu menarik perhatiannya. Belum lagi matanya juga indah yang dihiasi bulu mata lentik. Sebagai orang dewasa, dia iri dengan anak kecil di depannya itu. “Halo, Sayang, siapa nama kamu?” Ghea dengan lembut bertanya. Terbiasa menghadapi keponakannya, membuatnya tidak terlalu terkejut dengan ulah anak-anak. “Gemma Adlina Kavin,” jawab bocah kecil yang berusia lima tahun itu. “Oke, Gemma, kapan kamu masuk ke mobil?” Ghea benar-benar tidak tahu kapan anak kecil itu masuk, dan bagaimana anak kecil itu bersembunyi tanpa ketahuan. “Tadi saat pintu dibuka dan bunyi ‘klik … klik …’ langsung aku masuk.” Gemma menjelaskan dengan lancar sekali. Ghea mengingat memang tadi membuka pintu mobil dari jauh. Dia juga sempat berhenti sebentar untuk berterima kasih pada ibu guru yang mengantarkannya sampai di tempat parkir. Jadi mungkin anak kecil ini memanfaatkan momen itu untuk masuk ke mobil.“Lalu, kenapa
Pagi ini cuaca begitu cerah. Hari kedua Ghea bekerja, membuatnya begitu bersemangat. Apalagi kemarin ada banyak pasien di sore hari. Hal itu membuatnya senang. Bertemu dengan pasien adalah hal yang paling dia suka. Terlebih lagi setelah melihat mereka sembuh setelah memeriksakan diri. Ghea yang sedang bersiap mendapati ponselnya berdering. Saat dilihat, ternyata sang mommy yang menghubunginya. Sejenak Ghea merutuki kesalahannya karena kemarin seharian tidak menghubungi sang mommy itu. Seharian kemarin, dia begitu sibuk. Hingga membuatnya lupa mengabari sang mommy.Dengan segera Ghea mengangkat sambungan telepon. Tak mau sampai sang mommy menunggu lama. “Sayang, kenapa kamu tidak menghubungi kemarin?” Mommy Shea yang kesal langsung mencecar dengan pertanyaan tersebut. “Kemarin aku sibuk, Mom. Pagi aku ke sekolah TK untuk melakukan pemeriksaan rutin.” Ghea lebih memilih memberikan alasan pada sang mommy. “Lalu, apa kamu makan dengan teratur? Apa kamu bisa tidur nyenyak di sana?” Mo
Jadwal Ghea praktik hari ini adalah sore saja. Jadi dia bisa menikmati waktu di rumah. Pagi-pagi sekali dia sudah bersiap berolah raga. Dengan sepatu memakai sepatu olah raga dan topi di kepalanya, rencananya dia akan berlari keliling kompleks. Sambil memasang earphone di telinganya, Ghea berlari menyusuri jalanan kompleks. Sekali pun libur, dia tidak mau hanya berleha-leha saja di rumah. Sambil berlari, dia memerhatikan sekitar. Perumahan memang disusun dengan baik. Banyak sekali fasilitas yang diberikan di perumahan ini. Dekat dengan mal, ada kolam renang, dan terutama ada taman yang dihuni beberapa rusa. Ghea merasa perumahan ini benar-benar paket komplit. Ke depan, dia akan usulkan pada kakaknya perumahan seperti ini. “Sepertinya jika perumahan secantik ini, aku akan sangat betah.” Ghea sudah tidak merasa pindah ke kota ini adalah pilihan yang tepat karena dia tidak pusing mendengar suara sang mommy yang protes kapan dia akan menikah. Tepat saat melihat melintas rumah Gemma, dia
Ghea membawa Gemma keluar. Di luar dilihatnya temannya sedang menyiapkan makanan yang diyakininya dipesannya di layanan aplikasi pesan antar. “Ayo, kita makan.” Ghea mengajak Gemma untuk makan bersama. Gemma begitu senang sekali. Dia ikut duduk di samping Ghea. Makan makanan yang disiapkan untuknya. Ghea dengan telaten menyuapi Gemma dengan telaten. Raya yang melihat pemandangan itu hanya tersenyum. Temannya itu sudah seperti ibu satu anak. “Kalau Ghea ke sini apa daddy tidak marah?” Ghea begitu penasaran. “Pak Kavin pulang malam, Bu, jadi Beliau tidak tahu jika kami pergi.” Asisten yang ikut duduk dan makan menjawab. “Tapi, tidak baik, Bi, jika Bibi mengajak tanpa mengatakan pada daddy Gemma. Aku harap Bibi mengatakannya agar tidak menjadi salah paham nanti.” Ghea tidak mau jadi sasaran jika sampai terjadi apa-apa. “Baik, Bu.” Ghea beralih menyuapi Gemma. Melihat Gemma begitu lahap, membuatnya gemas. Sesekali mendaratkan kecupan di pipinya. Mereka sudah seperti ibu dan anak.
Ghea yang selesai praktik pagi, menunggu Gemma di lobi klinik. Sayangnya, setelah lama menunggu, Gemma tak kunjung datang. Padahal mereka sudah membuat janji. Rencananya Ghea akan mengantarkan gadis kecil itu untuk membeli gaun Princes Elsa yang diinginkannya. Selang beberapa saat akhirnya gadis kecil itu datang bersama dengan asisten rumah tangga. “Mommy pikir kamu tidak akan datang, Sayang.” Ghea sudah mulai terbiasa dengan sebutan itu, membuatnya akhirnya lancar menyebut dirinya sendiri seperti itu. “Tadi tukang ojeknya lama, Bu.” Asisten rumah tangga menjelaskan. “Jadi selama ini kalian pulang dengan ojek?” Ghea baru tahu. Dia merasa heran, karena Gemma termasuk anak orang kaya. “Nona Gemma malas jika harus pakai mobil, karena kadang jam pulang sekolah itu macet, jadi membuat kami menunggu lama. Akhirnya Pak Kavin menyewa tukang ojek.” Ghea menganggukkan kepala. Tadinya dia sudah berpikir negatif pada daddy Gemma. Namun, untuk asisten rumah tangga langsung menjelaskan. Palin
Ghea menunggu di dalam mobil anak-anak keluar dari sekolahnya. Pandangannya fokus memerhatikan setiap anak yang pulang. Kemarin dia sudah membuat janji dengan asisten rumah tangga, tetapi sejak tadi dia tidak melihat asisten rumah tangga dan Gemma. Hal itu membuat Ghea khawatir. Rasa penasaran membuatnya akhirnya turun dari mobil. Menemui guru Gemma. Untuk menanyakan keberadaan Gemma. “Permisi, Miss,” ucap Ghea menyapa guru Gemma. “Bu Dokter, ada yang bisa saya bantu?” tanya guru Gemma. “Tadinya saya ingin bertemu dengan Gemma, tetapi tampaknya Gemma tidak ada.” “Gemma, tadi daddy-nya mengabari jika dia tidak masuk hari ini, Bu Dokter.” “Tidak masuk?” Ghea begitu terkejut. “Apa dia sakit?” “Maaf saya kurang tahu, Bu. Daddy Gemma tidak menjelaskan.” Ghea mengangguk. “Terima kasih, Miss. Kalau begitu permisi.” Mendapatkan informasi itu akhirnya, Ghea merasa khawatir. Menebak-nebak apakah Gemma sakit. Untuk menghilangkan pikirannya itu, akhirnya Ghea memilih untuk segera pergi k
Ghea masih menatap tajam pada Rowan. Bisa-bisanya pria itu membohongi anaknya seperti itu. Hal ini jelas akan membuat keruh masalah yang ada. Akan melukai perasaan anak kecil yang tidak tahu apa-apa. “Mommy.” Gemma memeluk Ghea. Ghea tak bisa menolak sama sekali. Tak mau melukai anak kecil yang bersamanya itu. Posisi Gemma yang menghadap ke belakang membuat Ghea dapat menatap Rowan dengan tajam. Dia benar-benar akan membuat perhitungan dengan laki-laki itu. Rowan dengan tenangnya ketika Ghea menatapnya. Merasa jika tak bersalah sama sekali. “Mommy, jangan pergi.” Gemma yang memeluk merasa begitu sedih karena takut kehilangan mommy-nya lagi. “Mommy tidak akan meninggalkanmu.” Ghea membelai lembut punggung Gemma. “Jadi anak cantik jangan menangis.” Ghea melepaskan pelukannya. Kemudian menghapus air mata yang mengalir di wajah Gemma. “Gemma tidak akan menangis.” Gemma ikut menghapus air matanya. Ghea tersenyum. Tangannya membelai lembut pipi Gemma. “Mommy, ayo katanya Mommy m
Kiara dan Kafi sampai di hotel. Hotel bertema Santorini tampak begitu indah sekali. Dominasi warna putih dan biru tampak cantik.“Cantik sekali.” Kiara yang melihat kamar yang dapat melihat laut, begitu terpesona. Apalagi suasananya benar-benar serasa di luar negeri.Dia segera membuka pintu balkon. Kolam renang yang berada di depan kamar menghadap ke laut. Warna air yang biru seperti laut membuat hati menjadi begitu tenang sekali. Suasana ini benar-benar memberikan kenyamanan luar biasa.“Kamu suka?” Kafi memeluk Kiara dari belakang. Mendaratkan kecupan di pipi Kiara.Pipi Kiara menghangat. Dia merasa malu dengan apa yang baru saja dilakukan Kafi.“Suka.” Kiara menjawab lirih.“Kita akan menikmati waktu di sini dan menikmati keindahan di sini.” Kafi akan menghabiskan waktu dengan sang istri nanti.Kiara tidak sabar untuk melihat keindahan tempat ini. Apalagi semua orang tahu laut di sini menyajikan keindahan yang luar biasa.Kafi memutar tubuh Kiara. Membuat sang istri berhadapan den
Gemma akhirnya ikut ke kamar hotel. Dia tampak begitu senang sekali. Apalagi dia akan tidur dengan daddy barunya. Kiara dan Kafi pun tidak keberatan sama sekali. Mereka jadi bersemangat ketika melihat Gemma.Saat masuk ke kamar, Kafi segera menyalakan lampu. Gemma yang bersemangat, langsung masuk lebih dulu. Membuat Kiara dan Kafi hanya bisa tersenyum. “Ada bunga.” Gemma yang melihat bunga di atas tempat tidur begitu senang. “Bunganya bentuk love.” Gemma merasa bentuknya begitu bagus sekali.Kiara dan Kafi yang masuk, melihat kamar yang didekor untuk malam pertama. Ada bunga yang ditata di atas tempat tidur. Mereka berdua merasa jika sepertinya memang salah mengajak Gemma ke kamar pengantin. Namun, mau bagaimana lagi, anaknya begitu ingin sekali tidur bersama.“Mommy boleh naik ke tempat tidur?” tanya Gemma.“Gemma bersihkan diri dulu. Ganti baju dulu, baru nanti naik.” Kiara menasihati sang anak.“Baiklah.”Akhirnya Gemma, Kiara, Kafi memilih segera membersihkan diri dulu sebelum ti
Kiara berjalan ke ballroom hotel diantar oleh Rowan. Rowan mengantarkan Kiara pada pria yang akan menjaga Kiara seumur hidupnya. Kiara berjalan dengan perlahan sambil melingkarkan tangannya di lengan Rowan. Kiara tampak gugup sekali hingga Rowan berusaha untuk menenangkan Kiara. Menggenggam tangan Kiara untuk menenangkannya. Saat Rowan memegangi tangannya Kiara jauh lebih tenang.Dari kejauhan tampak Kafi menunggu Kiara di sana. Kafi begitu tampan dengan setelan jas dengan hiasan dasi. Pin bunga yang tersemat di dada sebelah kirinya tampak pas dengan jas yang dipakai. Saat melihat Kiara, Kafi begitu terpesona. Kiara tampak cantik dengan gaun yang dipakainya. Gaun itu membentuk tubuh Kiara. Wajah Kiara yang dirias pun membuat wajahnya semakin cantik. Jelas Kafi dibuat terpesona dengan kecantikan Kiara.Tidak melihat Kiara selama tiga hari karena sang mama melarangnya, membuat Kafi begitu senang ketika melihat Kiara untuk pertama kali. Rasa rindunya sedikit terobati.Kiara melihat Kafi
Kiara yang datang langsung menyalami orang tua Kafi. Ini kali pertama mereka bertemu dan langsung lamaran. Tentu saja perkenalan yang cukup mendadak.Orang tua Kafi melihat Kiara yang begitu cantik, terpeona. Pantas saja anak mereka sampai tergila-gila dengan Kiara. Karena ternyata memang secantik itu Kiara.Setelah berkenalan, Kiara langsung duduk di sofa. Duduk di antara Ghea dan juga Rowan. Tentu saja berhadapan dengan keluarga Kafi.“Kak, keluarga Kafi datang ke sini untuk melamar Kak Kiara. Apakah Kak Kiara mau?” Rowan langsung menatap Kiara.Kiara menatap Kafi sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan adiknya. “Aku mau.” Kiara mengangguk.“Syukurlah. Akhirnya lamaran kita diterima.” Winda merasa senang sekali.Kafi yang mendengar jawaban dari Kiara pun tak kalah senang. Akhirnya satu tahapan dapat dilalui juga.Rowan bernapas lega. Akhirnya Kiara dapat memulai hidup baru. Ini adalah gerbang pembuka untuk Kiara menuju ke masa depan.“Kapan kira-kira pernikahan diadakan? Apa ak
Kafi mengajak Kiara ke restoran hotel Maxton. Kafi memesan satu tempat di sana untuk menikmati makan malam romantis dengan Kiara.Restoran berada di rooftop hotel. Saat sampai sampai mereka langsung disuguhi pemandangan dari atas. Tampak gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi. Lampu-lampu yang menyala tampak indah saat dilihat dari ketinggian. Langit malam pun tampak indah dengan bintang-bintang yang bersinar.“Kenapa sepi?” Kiara tidak mendapatkan satu orang pun di restoran.“Aku memesan semuanya.” Kafi ini makan malam romantis. Karena itu dia memesan satu tempat untuk beberapa jam.Kiara benar-benar tidak menyangka Kafi akan melakukan hal semacam itu. Itu membuat bahagia sekali, karena dengan begitu dia bisa menikmati makan malam romantis dengan Kafi.Kafi menarik mengajak Kiara ke tempat yang sudah dipesan. Alangkankah terkejutnya ketika melihat meja makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil. Tampak begitu cantik sekali.“Kamu mempersiapkan ini?” tanya Kiara.“Iya.” Kafi menarik t
“Kenapa Kak Kiara meminta aku pulang? Apa Kak Kiara baik-baik saja?” tanya Rowan yang panik. Dia takut kakaknya kenapa-kenapa.“Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang aku mau bicarakan denganmu.” Kiara pun menyampaikan apa yang membuatnya menghubungi Rowan.“Ada apa?” tanya Rowan.“Kafi menyatakan cinta padaku. Apa kamu mengizinkan jika aku menerimanya?” Kiara menatap lekat wajah adiknya.Rowan benar-benar tidak menyangka jika Kiara akan menanyakan hal itu. Dia pikir kakaknya sudah menjawab pertanyaan Kafi itu. Namun, ternyata sang kakak menanyakan padanya lebih dulu.“Terima kasih sudah mau bertanya padaku, Kak. Kak Kiara harusnya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Kak Kiara. Sekarang Kak Kiara sudah pulih. Jadi tidak apa-apa jika Kak Kiara menentukan pilihan sendiri.” Rowan menarik tangan Kiara.“Kamu bukan sekadar adikku saja. Kamu adalah waliku. Jadi memang sewajarnya aku meminta izin padamu.” Kiara tidak bisa mengingkari fakta jika Rowan yang bertanggung jawab dengan dir
Rowan sudah menebak jika Kiara akan bertanya hal itu. Senyum manis pun menghiasi wajah Rowan.Bertepatan dengan Kiara yang bertanya, mobil Kafi berhenti tepat di depan rumah.“Kak Kiara tanya sendiri saja pada Pak Kafi.” Rowan langsung melemparkan pada Kafi. Meminta sang kakak mendapat jawab dari Kafi sendiri. Itu akan jauh lebih baik dibanding dirinya yang memberikan jawaban.Kiara langsung mengalihkan pandangan pada mobil Kafi yang berhenti di depan rumah. Tampak Kafi turun dari mobil dan berjalan, menghampiri Kiara dan Rowan.“Apa kamu punya waktu? Aku ingin bicara denganmu.” Kafi menatap Kiara. Ada banyak hal yang harus dibicarakan. Jadi dia ingin mengajak Kiara pergi sebentar.Kiara langsung menatap Rowan. Seolah meminta izin pada adiknya itu. Walaupun Rowan adalah adiknya, tetapi Kiara lebih menganggapnya seorang kakak yang melindungi.“Pergilah, Kak.” Rowan yang mengerti tatapan Kiara itu langsung memberikan izin.Mendapatkan izin dari adiknya, Kiara langsung mengangguk. “Aku a
“Fi, siapa wanita tadi?” Baru juga Kafa sampai rumah, sudah disambut dengan pertanyaan itu.“Aku baru pulang, Ma. Sabar.” Kafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa sang mama langsung melemparkan pertanyaan seperti itu.“Kamu ini, Mama sudah penasaran sejak tadi.” Winda memang sudah ingin tahu sejak tadi. Jadi dia merasa harus segera tahu.“Kafi jelaskan sambil duduk saja.” Kafi pun segera mengajak sang mama untuk di ruang tamu.Winda yang begitu penasaran dan ingin tahu segera ikut sang anak. Dia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.“Wanita tadi namanya Kiara.” Kafi mencoba menjelaskan.“Mama sudah berkenalan tadi. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.” Winda merasa anaknya benar-benar berbasa-basi sekali.Kafi tersenyum. Dia lupa jika sang mama sudah berkenalan. “Kiara adalah ibu dari salah satu anak murid di sekolahan kita. Anak tadi itu adalah anaknya.” Kafi mencoba menceritakan pada sang mama.Winda terdiam sejenak ketika mendengar jika Gemma adalah anak Kiara. T
Kiara langsung memegangi pipinya. Pipinya memang menghangat. Jadi wajar jika pipinya memerah.“Ini bukan karena matahari.” Kiara langsung mengelak.“Lalu karena apa?” tanya Kafi.“Ini karena aku malu.”Kafi langsung tersenyum. Senang sekali ketika melihat rona merah di pipi Kiara. Ternyata Kiara malu karena dirinya.Gemma yang menarik Kafi membuat Kafi akhirnya harus ikut Gemma. Tangan Kafi yang menggenggam Kiara pun membuat Kiara ikut juga. Mereka bertiga bersama-sama menuju ke permainan lain.Gemma meminta untuk berada di bawah tong air. Mereka menunggu air di bawah tong air. Saat air tumpah, Gemma, Kiara, dan Kafi langsung berteriak. Keseruan begitu terasa sekali.Dari sana mereka bermain di kolam busa. Semburan busa tampak begitu seru sekali. Gemma begitu menikmati. Biasanya hanya bermain di bathtub saja kini dia bisa main di kolam besar. Tentu saja itu begitu mengasyikkan sekali.“Ho ... ho ....” Kafi meletakkan busa si bawah dagunya. Tawa Kiara dan Gemma langsung terdengar. Kafi