“Nenek Sonia jemput cucunya yang sekolah di sekolah Gemma juga, Mom.” Gemma kembali menjelaskan. “Gemma tahu cucunya siapa?” Ghea memastikan lebih dulu. “Tidak tahu.” Gemma menggeleng. Ghea merasa aneh. Gemma tidak tahu, tetapi bisa menjawab seperti itu. “Sayang, lain kali kamu harus lebih hati-hati. Jangan bicara pada orang asing yang tidak dikenal.” “Baik, Mommy.” Gemma mengangguk. **Pagi ini Ghea dan Rowan bersiap untuk bekerja. Gemma sudah selesai bersiap dan sedang menunggu Ghea dan Rowan keluar. Kemarin, Rowan pulang malam. Karena setelah mengantarkan kakaknya pulang, dia kembali ke restoran. “Bagaimana keadaan Kak Kiara?” Semalam Ghea tidak sempat bertanya karena dia sudah lebih dulu tidur. “Dokter bilang dia sudah jauh lebih baik. Sudah sedikit terlihat ekspresi dari wajahnya saat ditanya. Ada jawaban anggukan dan gelengan sebagai respon.” Mendengar itu Ghea merasa ikut senang. Dia berharap kakak iparnya bisa baik-baik saja. “Hari ini kamu akan menjemput
Ghea segera mengayunkan langkahnya menuju ke tempat parkir di mana suaminya menunggunya. Jam masuk sekolah seperti ini parkiran memang tidak boleh lama-lama karena banyak yang datang mengantarkan anak-anak juga. Ghea masuk ke mobil. Tangannya langsung bergerak memasang sabuk pengaman. Rowan yang melihat sang istri sudah siap, segera melajukan kembali mobilnya. Sepanjang perjalanan Ghea diam saja. Dia masih memikirkan siapa gerangan nenek tersebut. “Kamu kenapa, Sayang?” Rowan menoleh pada sang istri. Tampak wajah sang istri yang begitu cemas sekali. “Jadi beberapa hari yang lalu ada seorang nenek yang menghampiri Gemma saat aku terlambat menjemput.” Ghea menceritakan pada sang suami kejadian tersebut. “Lalu apa masalahnya?” Rowan tersenyum merasa aneh. “Nenek itu bukan nenek salah satu siswa di sini. Jadi tentu saja aku merasa aneh. Lalu apa dia datang untuk menculik anak-anak, atau jangan-jangan dia berniat menculik Gemma.” Ghea begitu panik sekali. Dia benar-benar takut anaknya
Rowan akhirnya tahu ke mana sang istri membawanya. Ternyata menemui sang kakak. Dia masih bingung memang kenapa dengan kakaknya? Dia tampak biasa saja. “Rowan.” Mendengar namanya disebut, Rowan langsung membulatkan matanya. Tidak menyangka sang kakak memanggilnya. “Kak Kiara.” Rowan mendekat. Air matanya menetas. Setelah sekian lama kakaknya mau bicara juga. Kiara mengusap pipi Rowan. Menghapus air matanya. “Rowan.” Satu kata yang diucapkan Kiara. “Kakak.” Rowan langsung memeluk Kiara. Merasa senang karena kakaknya mau bicara. Walaupun hanya namanya yang disebut saja. Ghea yang melihat pemandangan itu merasa benar-benar senang sekali. Tidak menyangka akhirnya kakak iparnya mau membuka mulutnya. Beberapa bulan dia selalu mengajak bicara, tetapi baru kali ini ada respon. Kiara yang menangis tiba-tiba pingsan. Rowan yang melihat hal itu pun segera membawa sang kakak ke kamarnya. Ghea pun segera menghubungi dokter. “Mommy Kiara kenapa, Mom?” Gemma yang melihat Kiara pingsa
Rowan mengingat jelas wajah siapa itu. Itu adalah ibu dari calon suami dari kakaknya. Hal itu tentu saja membuatnya benar-benar terkejut. Sejak mengurus sang kakak, wanita itu memang tidak pernah muncul lagi. “Sayang.” Ghea yang melihat suaminya langsung memanggilnya. Rowan masuk. Menghampiri istrinya. “Sayang, bawa Gemma masuk.” Dia memberikan perintah. Tidak mau sampai anaknya mendengar pembicaraannya. Ghea pun segera membawa anaknya masuk. Sesuai dengan apa yang suaminya perintahkan. “Ada apa Anda ke sini?” Rowan langsung tanpa basa-basi bertanya. Dia ingin memastikan untuk apa orang yang sudah lama tidak ada di hidup kakaknya itu pergi. “Aku ingin mengambil hak asuh atas anak Steven.” Sonia sudah mencari informasi tentang Kiara. Kenyataan bilang Kiara hamil cucunya membuatnya akhirnya mencari keberadaan mereka. Hingga akhirnya mendapatkan di mana mereka tinggal. Sonia pernah menghampiri Gemma sewaktu di sekolah lama. Itu adalah kali pertama dia mendapatkan informasi di mana c
Hari ini Ghea, Rowan, dan Gemma ke rumah Daddy Bryan dan Mommy Shea. Untuk waktu ini, mereka butuh orang tua yang bisa memberikan nasihat untuk mereka. Karena kebetulan Kean dan Lean ada di rumah, Gemma bermain dengan mereka. Jadi Ghea dan Rowan lebih leluasa untuk bercerita.“Apa tidak ada cara lain selain jalur hukum?” Mommy Shea merasa jika jalur hukum akan panjang. “Sebaiknya kita selesaikan secara kekeluargaan saja. Ini jauh lebih baik.” Daddy Bryan merasa jika memang lebih baik seperti itu. Karena takut berdampak buruk pada Gemma. “Aku akan coba bicarakan dengan pengacara nanti. Siapa tahu bisa membantu membuka jalan kekeluargaan.” Rowan sendiri belum tahu akan seperti apa nanti. Karena sejauh ini dia belum berkonsultasi lagi dengan pengacara. Dia yakin jika pasti ada jalan keluar untuk hal ini. “Kamu jangan terlalu banyak pikiran. Kamu sedang hamil. Jadi harus menjaga bayi kandunganmu. Jika kamu banyak pikiran, akan berdampak buruk untuk anakmu.” Mommy Shea membelai lembut s
“Sayang, sudah jangan menangis.” Mommy Shea berusaha untuk menenangkan anaknya. Dia tahu jika sang anak begitu sedih sekali. Dia pun juga merasakan hal yang sama. “Mom, bagaimana cara bilang dengan Gemma.” Ghea benar-benar tidak tega pada Gemma. Bagaimana bisa Gemma hidup dengan orang asing yang baru dikenalnya. “Jangan terus menangis, Ghe. Itu tidak baik untuk kandunganmu.” Daddy Bryan mencoba menenangkan anaknya. Ghea tidak bisa berhenti menangis. Rasanya sakit harus kehilangan orang yang disayang. Apalagi dia sudah menyayangi Gemma dengan sepenuh hatinya. Rowan yang menyetir hanya bisa melihat sang istri dari pantulan kaca di atas dashboard hanya bisa menahan air matanya juga. Dia sama sedihnya dengan sang istri. Merasa berat jika harus melepaskan Gemma. Mobil sampai di rumah Freya. Ghea berusaha menghapus air matanya. Tak mau sampai Gemma melihatnya menangis. Mereka semua turun dari mobil. Kemudian masuk ke rumah. Gemma langsung menyambut mereka semua. Gadis kecil itu langsu
Ghea merapikan pakaian Gemma. Dia meletakkan ke dalam koper. Rasanya, dia merasa sedih sekali ketika harus memasukkan pakaian Gemma ke koper. Ini benar-benar menyiksanya sekali. Hari ini sudah tiga hari Ghea tidak bekerja. Dia sengaja meluangkan waktunya, karena ingin bersama dengan Gemma. “Mommy harap kamu akan baik-baik saja di sana.” Ghea menutup koper Gemma. Kemudian meletakkan di sudut kamar. Tak mau sampai Gemma tahu lebih dulu. Rencananya, nanti malam Ghea dan Rowan akan bicara dengan Gemma. Memberitahu jika Gemma akan tinggal dengan neneknya. “Mommy.” Suara Gemma terdengar. Ghea yang mendengar suara itu segera keluar dari kamar. Dia kemudian menghampiri sang anak. Saat keluar gadis kecil itu sedang menghampiri Kiara yang sedang duduk. Ghea segera ikut menghampiri. Rowan yang membawakan tas Gemma memberikan tas pada Ghea. “Aku harus kembali ke restoran.” Rowan tersenyum. “Baiklah.” Ghea tersenyum. Suaminya memang meluangkan waktu untuk menjemput saja. Dia harus segera kem
Kiara mencengkeram erat tangan Sonia. Cengkeraman itu membuat Sonia kesakitan, hingga dia mengendorkan cengkeraman tangannya di tangan Gemma. Gemma yang terlepas langsung bersembunyi di balik sang mommy. “Mommy.” Dia memegangi baju Kiara dengan erat.Kiara memegangi Gemma yang berada di belakangnya dengan tangan kiri. Memberikan keyakinan jika anaknya akan baik-baik saja bersamanya. Ghea yang melihat Kiara benar-benar tidak menyangka. Jika kakak iparnya akhirnya bersuara juga. Terakhir dia memanggil Rowan, dan sejak itu tidak lagi ada suara yang keluar dari mulutnya. “Apa yang Anda lakukan itu memberikan dampak buruk untuk Gemma.” Kiara tidak rela anaknya diperlakukan seperti itu. “Anda yang tidak bisa berkata baik pada seorang anak, mau merawat anak?” Kiara melemparkan sindirannya. Dia ingat betul bagaimana dulu Sonia memperlakukannya. “Apa kamu tidak tahu jika pengadilan sudah menetapkan jika aku yang mendapatkan hak asuh Gemma? Jadi kamu tidak bisa melarang aku untuk membawanya
Kiara dan Kafi sampai di hotel. Hotel bertema Santorini tampak begitu indah sekali. Dominasi warna putih dan biru tampak cantik.“Cantik sekali.” Kiara yang melihat kamar yang dapat melihat laut, begitu terpesona. Apalagi suasananya benar-benar serasa di luar negeri.Dia segera membuka pintu balkon. Kolam renang yang berada di depan kamar menghadap ke laut. Warna air yang biru seperti laut membuat hati menjadi begitu tenang sekali. Suasana ini benar-benar memberikan kenyamanan luar biasa.“Kamu suka?” Kafi memeluk Kiara dari belakang. Mendaratkan kecupan di pipi Kiara.Pipi Kiara menghangat. Dia merasa malu dengan apa yang baru saja dilakukan Kafi.“Suka.” Kiara menjawab lirih.“Kita akan menikmati waktu di sini dan menikmati keindahan di sini.” Kafi akan menghabiskan waktu dengan sang istri nanti.Kiara tidak sabar untuk melihat keindahan tempat ini. Apalagi semua orang tahu laut di sini menyajikan keindahan yang luar biasa.Kafi memutar tubuh Kiara. Membuat sang istri berhadapan den
Gemma akhirnya ikut ke kamar hotel. Dia tampak begitu senang sekali. Apalagi dia akan tidur dengan daddy barunya. Kiara dan Kafi pun tidak keberatan sama sekali. Mereka jadi bersemangat ketika melihat Gemma.Saat masuk ke kamar, Kafi segera menyalakan lampu. Gemma yang bersemangat, langsung masuk lebih dulu. Membuat Kiara dan Kafi hanya bisa tersenyum. “Ada bunga.” Gemma yang melihat bunga di atas tempat tidur begitu senang. “Bunganya bentuk love.” Gemma merasa bentuknya begitu bagus sekali.Kiara dan Kafi yang masuk, melihat kamar yang didekor untuk malam pertama. Ada bunga yang ditata di atas tempat tidur. Mereka berdua merasa jika sepertinya memang salah mengajak Gemma ke kamar pengantin. Namun, mau bagaimana lagi, anaknya begitu ingin sekali tidur bersama.“Mommy boleh naik ke tempat tidur?” tanya Gemma.“Gemma bersihkan diri dulu. Ganti baju dulu, baru nanti naik.” Kiara menasihati sang anak.“Baiklah.”Akhirnya Gemma, Kiara, Kafi memilih segera membersihkan diri dulu sebelum ti
Kiara berjalan ke ballroom hotel diantar oleh Rowan. Rowan mengantarkan Kiara pada pria yang akan menjaga Kiara seumur hidupnya. Kiara berjalan dengan perlahan sambil melingkarkan tangannya di lengan Rowan. Kiara tampak gugup sekali hingga Rowan berusaha untuk menenangkan Kiara. Menggenggam tangan Kiara untuk menenangkannya. Saat Rowan memegangi tangannya Kiara jauh lebih tenang.Dari kejauhan tampak Kafi menunggu Kiara di sana. Kafi begitu tampan dengan setelan jas dengan hiasan dasi. Pin bunga yang tersemat di dada sebelah kirinya tampak pas dengan jas yang dipakai. Saat melihat Kiara, Kafi begitu terpesona. Kiara tampak cantik dengan gaun yang dipakainya. Gaun itu membentuk tubuh Kiara. Wajah Kiara yang dirias pun membuat wajahnya semakin cantik. Jelas Kafi dibuat terpesona dengan kecantikan Kiara.Tidak melihat Kiara selama tiga hari karena sang mama melarangnya, membuat Kafi begitu senang ketika melihat Kiara untuk pertama kali. Rasa rindunya sedikit terobati.Kiara melihat Kafi
Kiara yang datang langsung menyalami orang tua Kafi. Ini kali pertama mereka bertemu dan langsung lamaran. Tentu saja perkenalan yang cukup mendadak.Orang tua Kafi melihat Kiara yang begitu cantik, terpeona. Pantas saja anak mereka sampai tergila-gila dengan Kiara. Karena ternyata memang secantik itu Kiara.Setelah berkenalan, Kiara langsung duduk di sofa. Duduk di antara Ghea dan juga Rowan. Tentu saja berhadapan dengan keluarga Kafi.“Kak, keluarga Kafi datang ke sini untuk melamar Kak Kiara. Apakah Kak Kiara mau?” Rowan langsung menatap Kiara.Kiara menatap Kafi sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan adiknya. “Aku mau.” Kiara mengangguk.“Syukurlah. Akhirnya lamaran kita diterima.” Winda merasa senang sekali.Kafi yang mendengar jawaban dari Kiara pun tak kalah senang. Akhirnya satu tahapan dapat dilalui juga.Rowan bernapas lega. Akhirnya Kiara dapat memulai hidup baru. Ini adalah gerbang pembuka untuk Kiara menuju ke masa depan.“Kapan kira-kira pernikahan diadakan? Apa ak
Kafi mengajak Kiara ke restoran hotel Maxton. Kafi memesan satu tempat di sana untuk menikmati makan malam romantis dengan Kiara.Restoran berada di rooftop hotel. Saat sampai sampai mereka langsung disuguhi pemandangan dari atas. Tampak gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi. Lampu-lampu yang menyala tampak indah saat dilihat dari ketinggian. Langit malam pun tampak indah dengan bintang-bintang yang bersinar.“Kenapa sepi?” Kiara tidak mendapatkan satu orang pun di restoran.“Aku memesan semuanya.” Kafi ini makan malam romantis. Karena itu dia memesan satu tempat untuk beberapa jam.Kiara benar-benar tidak menyangka Kafi akan melakukan hal semacam itu. Itu membuat bahagia sekali, karena dengan begitu dia bisa menikmati makan malam romantis dengan Kafi.Kafi menarik mengajak Kiara ke tempat yang sudah dipesan. Alangkankah terkejutnya ketika melihat meja makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil. Tampak begitu cantik sekali.“Kamu mempersiapkan ini?” tanya Kiara.“Iya.” Kafi menarik t
“Kenapa Kak Kiara meminta aku pulang? Apa Kak Kiara baik-baik saja?” tanya Rowan yang panik. Dia takut kakaknya kenapa-kenapa.“Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang aku mau bicarakan denganmu.” Kiara pun menyampaikan apa yang membuatnya menghubungi Rowan.“Ada apa?” tanya Rowan.“Kafi menyatakan cinta padaku. Apa kamu mengizinkan jika aku menerimanya?” Kiara menatap lekat wajah adiknya.Rowan benar-benar tidak menyangka jika Kiara akan menanyakan hal itu. Dia pikir kakaknya sudah menjawab pertanyaan Kafi itu. Namun, ternyata sang kakak menanyakan padanya lebih dulu.“Terima kasih sudah mau bertanya padaku, Kak. Kak Kiara harusnya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Kak Kiara. Sekarang Kak Kiara sudah pulih. Jadi tidak apa-apa jika Kak Kiara menentukan pilihan sendiri.” Rowan menarik tangan Kiara.“Kamu bukan sekadar adikku saja. Kamu adalah waliku. Jadi memang sewajarnya aku meminta izin padamu.” Kiara tidak bisa mengingkari fakta jika Rowan yang bertanggung jawab dengan dir
Rowan sudah menebak jika Kiara akan bertanya hal itu. Senyum manis pun menghiasi wajah Rowan.Bertepatan dengan Kiara yang bertanya, mobil Kafi berhenti tepat di depan rumah.“Kak Kiara tanya sendiri saja pada Pak Kafi.” Rowan langsung melemparkan pada Kafi. Meminta sang kakak mendapat jawab dari Kafi sendiri. Itu akan jauh lebih baik dibanding dirinya yang memberikan jawaban.Kiara langsung mengalihkan pandangan pada mobil Kafi yang berhenti di depan rumah. Tampak Kafi turun dari mobil dan berjalan, menghampiri Kiara dan Rowan.“Apa kamu punya waktu? Aku ingin bicara denganmu.” Kafi menatap Kiara. Ada banyak hal yang harus dibicarakan. Jadi dia ingin mengajak Kiara pergi sebentar.Kiara langsung menatap Rowan. Seolah meminta izin pada adiknya itu. Walaupun Rowan adalah adiknya, tetapi Kiara lebih menganggapnya seorang kakak yang melindungi.“Pergilah, Kak.” Rowan yang mengerti tatapan Kiara itu langsung memberikan izin.Mendapatkan izin dari adiknya, Kiara langsung mengangguk. “Aku a
“Fi, siapa wanita tadi?” Baru juga Kafa sampai rumah, sudah disambut dengan pertanyaan itu.“Aku baru pulang, Ma. Sabar.” Kafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa sang mama langsung melemparkan pertanyaan seperti itu.“Kamu ini, Mama sudah penasaran sejak tadi.” Winda memang sudah ingin tahu sejak tadi. Jadi dia merasa harus segera tahu.“Kafi jelaskan sambil duduk saja.” Kafi pun segera mengajak sang mama untuk di ruang tamu.Winda yang begitu penasaran dan ingin tahu segera ikut sang anak. Dia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.“Wanita tadi namanya Kiara.” Kafi mencoba menjelaskan.“Mama sudah berkenalan tadi. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.” Winda merasa anaknya benar-benar berbasa-basi sekali.Kafi tersenyum. Dia lupa jika sang mama sudah berkenalan. “Kiara adalah ibu dari salah satu anak murid di sekolahan kita. Anak tadi itu adalah anaknya.” Kafi mencoba menceritakan pada sang mama.Winda terdiam sejenak ketika mendengar jika Gemma adalah anak Kiara. T
Kiara langsung memegangi pipinya. Pipinya memang menghangat. Jadi wajar jika pipinya memerah.“Ini bukan karena matahari.” Kiara langsung mengelak.“Lalu karena apa?” tanya Kafi.“Ini karena aku malu.”Kafi langsung tersenyum. Senang sekali ketika melihat rona merah di pipi Kiara. Ternyata Kiara malu karena dirinya.Gemma yang menarik Kafi membuat Kafi akhirnya harus ikut Gemma. Tangan Kafi yang menggenggam Kiara pun membuat Kiara ikut juga. Mereka bertiga bersama-sama menuju ke permainan lain.Gemma meminta untuk berada di bawah tong air. Mereka menunggu air di bawah tong air. Saat air tumpah, Gemma, Kiara, dan Kafi langsung berteriak. Keseruan begitu terasa sekali.Dari sana mereka bermain di kolam busa. Semburan busa tampak begitu seru sekali. Gemma begitu menikmati. Biasanya hanya bermain di bathtub saja kini dia bisa main di kolam besar. Tentu saja itu begitu mengasyikkan sekali.“Ho ... ho ....” Kafi meletakkan busa si bawah dagunya. Tawa Kiara dan Gemma langsung terdengar. Kafi