“Kriteria?” Kafi merasa bingung ketika mendapati pertanyaan itu. “Saya tidak punya kriteria khusus. Yang terpenting saya mencintainya.” Tak banyak yang diinginkan Kafi. “Jika dia punya anak?” Ghea memancing Kafi. Dia ingin tahu reaksi Kafi. “Sayang, kenapa bertanya seperti itu?” Rowan langsung memperingatkan Ghea. “Sayang, aku hanya berpikir jika siapa tahu jika Pak Kafi akan bernasib sama denganku. Dulu aku juga dihadapkan denganmu yang memiliki Gemma. Jadi aku pikir tidak ada salahnya aku bertanya.” Ghea membela dirinya. Merasa jika yang ditanyakan bukan sesuatu yang salah. Rowan tahu maksud sang istri, tapi merasa jika harusnya itu tidak perlu ditanyakan. “Bagi saya tidak masalah. Jika saya menjadi orang kedua yang hadir, maka saya ingin jadi orang terakhir yang hadir di hidupnya.” Kafi sedikit melirik pada Kiara. Entah kenapa hati Kiara merasa begitu senang ketika mendengar jawaban Kafi. Ghea memerhatikan kakak iparnya. Dia merasa jika jawaban Kafi pastinya membuat Kiara se
“Selamat pagi.” Kafi menyapa ketika melihat Mommy Shea yang berada di teras. Wanita paruh baya itu tampak sedang bermain dengan Rivans di sana. “Selamat pagi.” Mommy Shea menyapa Kafi yang baru datang. “Ghe ....” Mommy Shea yang melihat Kafi langsung memanggil putrinya. “Duduk dulu, Pak Kafi.” Dia mempersilakan Kafi untuk duduk. Kafi mengangguk. Kemudian segera duduk di kursi teras. Bersebelahan di samping Mommy Shea. Ghea yang mendengar sang mommy memanggil langsung keluar. “Iya, Mom.” Niat hati menghampiri sang mommy, Ghea justru dikejutkan dengan kehadiran Kafi. “Pak Kafi sudah datang.” “Iya, Bu. Baru saja.” Kafi mengulas senyumnya. “Sebentar, saya panggil Gemma dan Kak Kiara dulu.” Ghea kembali masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Kafi dengan sang mommy. Mommy Shea sedikit heran. Dia pikir Kafi datang untuk bertemu Ghea atau Rowan. Namun, ternyata justru ingin mengajak Gemma dan Kiara. Mengajak ke mana, dia penasaran sekali. “Pak Kafi mau pergi dengan Kiara dan Gemma?” Mommy S
Kafi sampai di mal. Dengan riang dia menggandeng Gemma. Tampak Gemma yang begitu senang sekali bisa jalan bersama Kafi.Kiara tampak semringah juga. Entah kenapa perasaannya begitu bahagia sekali. Perasaan ini membuatnya jauh lebih baik dari sebelumnya. “Masih jam setengah sebelas. Apa Gemma sudah lapar?” Kafi menatap Gemma.“Tidak. Gemma belum lapar.” Gemma dengan penuh semangat menjawab.“Kalau begitu bagaimana jika kita main dulu.” Kafi memberikan ide pada Gemma.“Mau-mau.” Gemma tentu saja senang ketika diajak untuk bermain lebih dulu.Kafi segera beralih pada Kiara. “Apa kamu tidak keberatan Gemma main dulu?” tanyanya.“Tidak.” Kiara menggeleng.Mendapati jawaban dari Kiara membuat Kafi merasa senang. Akhirnya dia memutuskan untuk segera mengajak Gemma ke taman bermain.Kafi dan Kiara ikut masuk ke dalam area permainan. Gemma langsung senang ketika melihat kolam bola. Dia segera main di kolam bola.Kiara dan Kafi mengekor di belakang Gemma.“Mommy, sini.” Gemma memanggil Kiara.
Saat Gemma mengatakan hal itu membuat Kiara dan Kafi saling pandang. Kiara merasa malu ketika anaknya menyamakan dengan Ghea dan Rowan. Ghea dan Rowan adalah pasangan suami dan istri, sedangkan Kiara dan Kafi bukan.Bagi Kafi, dia justru suka sekali ketika dibandingkan oleh Gemma. Artinya Gemma menyamakan dirinya dengan Rowan sang daddy.Akhirnya mereka sampai di restoran Korea. Mereka segera memesan makanan. Beberapa jenis sushi dan beberapa menu andalan di restoran.Setelah memesan makanan, Gemma mencuci tangan bersama Kiara. Kemudian bergantian Kafi mencuci tangan.“Gemma suka sekali dengan Pak Kafi.” Gemma begitu senang sekali bersama Kafi. Ternyata Kafi benar-benar sangat baik.“Wah ... Pak Kafi jadi senang mendengarnya.” Kafi langsung semringah. “Kalau kamu, apa kamu juga suka denganku?” Kafi dengan percaya dirinya menatap Kiara.Sontak pertanyaan itu membuat Kiara terkejut. Dia langsung membulatkan matanya.“Tidak perlu dijawab.” Kafi langsung menenangkan Kiara. Dia tahu jika K
“Daddy.” Gemma langsung berlari menghampiri Rowan.Rowan langsung memeluk sang anak dan menggendongnya. “Daddy, Pak Kafi belikan Gemma boneka.” Gemma memamerkan boneka yang diberikan oleh Kafi.“Sudah bilang terima kasih belum?” tanya Rowan.“Sudah.” Dengan percaya diri Gemma menjawab.“Anak pintar.” Ghea memuji sang anak yang pintar. Dia kemudian beralih pada Kafi. “Terima kasih, Pak Kafi. Jadi merepotkan.”“Tidak apa-apa. Saya justru senang.” Kafi mengulas senyum di wajahnya. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kafi langsung berpamitan. Dia tidak bisa berlama-lama, karena ada janji dengan sang mama.“Baiklah.” Ghea mengangguk.“Sekali lagi terima kasih, Pak Kafi.” Rowan mengulurkan tangannya.“Sama-sama, Pak.” Kafi menerima uluran tangan Gemma. “Da ... Gemma.” Dia melambaikan tangan pada Gemma.“Da ... Pak Kafi. Nanti kita pergi lagi kapan-kapan.” Gemma senang sekali bisa pergi dengan Kafi. Jadi dia mau mengulang lagi.“Boleh, asal daddy dan mommy memberikan izin.” Kafi mencubit pipi
Kiara sampai di sekolah. Saat turun dari mobil, dari kejauhan dia melihat Kafi. Pria itu berdiri di dekat kelas Gemma. Tentu saja itu membuat hati Kiara berdebar.“Ayo, Mommy.” Gemma menarik tangan Kiara. Mengajaknya untuk ke ruang kelasnya.Kiara mengangguk. Kemudian meraih tangan Gemma. Mengajaknya untuk pergi ke ruang kelas.Tepat saat mereka berjalan, ada Freya yang kebetulan mengantarkan Kean dan Lean.“Hai, Ki.” Freya menyapa Kiara.“Hai, Freya.” Kiara menyapa Freya.“Hai, Gemma.” Freya menyapa keponakannya itu.“Hai, Mommy. Hai, Kean. Hai, Lean.” Gemma menyapa semuanya.“Hai.” Kean dan Lean menjawab singkat.Mereka bersama-sama berjalan ke kelas. Tepat di depan kelas anak-anak, mereka bertemu dengan Kafi.“Selamat pagi, Pak Kafi.” Kean, Lean, dan Gemma menyapa secara bersamaan.“Selamat pagi anak-anak.” Kafi dengan wajah semringahnya menyapa. “Selamat lagi Bu Kiara.” Dia beralih menyapa Kiara.“Selamat pagi, Pak Kafi.” Kiara menyapa balik Kafi. Senyum tipis menghiasi wajahnya.
Siang ini Kiara menjemput Gemma seperti biasa. Selain ingin menjemput Gemma, Kiara juga ingin bertemu Kafi. Entah dorongan apa yang membuat Kiara ingin selalu melihat Kafi. Kiara hanya mengikuti apa yang dirasakannya saja.Saat sampai, sekolah tampak masih sepi. Kiara datang lebih awal. Jadi ibu-ibu yang lain belum ada yang datang. Kiara memilih menunggu di ruang tunggu di dekat kelas Gemma. Sayangnya, dia tidak melihat Kafi di mana pun. Ada rasa kecewa ketika tidak mendapati Kafi di sekolahan. Entah ke mana perginya Kafi. Biasanya pria itu selalu ada di jam seperti ini.“Kiara.”Seseorang yang memanggilnya membuat Kiara mengalihkan pandangan. Tampak Freya di sana. Sedang berjalan ke arahnya. Padahal Kiara sedang menunggu Kafi, tetapi yang muncul justru Freya.“Kamu sudah datang saja, Ki.” Freya melihat Kiara sudah lebih dulu datang dibanding dirinya.“Tadi Rivans tidur. Jadi aku pikir segera berangkat saja.” Kiara menjelaskan.Freya tersenyum. Sebenarnya dia kurang percaya. Lebih per
Kiara melihat nomor saja yang tertera di layar ponselnya. Dia yakin jika itu adalah nomor Kafi. Karena selama ini memang tidak ada yang pernah menghubunginya selain Rowan dan Ghea. Namun, Kiara tidak berani untuk mengatakan pada Rowan siapa yang menghubunginya.“Nomor saja. Mungkin hanya orang iseng.” Kiara menunjukkan ponsel pada Rowan.Rowan melihat jelas hanya nomor saja yang tertera di layar ponsel kakaknya. Dia merasa bisa jadi memang hanya nomor iseng saja. Apalagi belakangan ini marak penipuan terjadi.“Jangan diangkat jika tidak kenal.” Rowan memberikan peringatan pada kakaknya.“Iya.” Kiara mengangguk.Kiara benar-benar bingung sekali ketika tidak dapat mengangkat sambungan telepon dari Kafi. Namun, mau bagaimana lag, dia tidak berani menerima sambungan telepon itu di samping Rowan.“Woah ....” Kiara menutupi mulutnya ketika menguap.“Kak Kiara sudah mengantuk?” Rowan melihat kakaknya yang sedang menguap.“Iya, tapi Gemma masih di kamar kalian.” Kiara tidak bisa tidur lebih d