Kiara melihat nomor saja yang tertera di layar ponselnya. Dia yakin jika itu adalah nomor Kafi. Karena selama ini memang tidak ada yang pernah menghubunginya selain Rowan dan Ghea. Namun, Kiara tidak berani untuk mengatakan pada Rowan siapa yang menghubunginya.“Nomor saja. Mungkin hanya orang iseng.” Kiara menunjukkan ponsel pada Rowan.Rowan melihat jelas hanya nomor saja yang tertera di layar ponsel kakaknya. Dia merasa bisa jadi memang hanya nomor iseng saja. Apalagi belakangan ini marak penipuan terjadi.“Jangan diangkat jika tidak kenal.” Rowan memberikan peringatan pada kakaknya.“Iya.” Kiara mengangguk.Kiara benar-benar bingung sekali ketika tidak dapat mengangkat sambungan telepon dari Kafi. Namun, mau bagaimana lag, dia tidak berani menerima sambungan telepon itu di samping Rowan.“Woah ....” Kiara menutupi mulutnya ketika menguap.“Kak Kiara sudah mengantuk?” Rowan melihat kakaknya yang sedang menguap.“Iya, tapi Gemma masih di kamar kalian.” Kiara tidak bisa tidur lebih d
Kiara begitu semringah sekali. Dia senang ketika akan berangkat ke sekolah. Namun, di balik senyuman yang menghiasi wajahnya, ada kebimbangan yang sedang dirasakan. “Mommy, mau diikat dua saja. Kanan dan kiri.” Gemma menunjukkan ke sisi kanan dan kiri rambutnya. Suara Gemma menyadarkan Kiara dari pikirannya itu. “Baiklah.” Kiara mengangguk. Kemudian mengambil ikat rambut untuk Gemma. Tak butuh waktu lama, dia mengikat rambut anaknya. Karena kanan dan kiri. Jadi dia memastikan jika tingginya sama. “Nanti makan ikan. Nanti makan ikan. Nanti makan ikan.” Gemma bersorak senang ketika membayangkan akan makan ikan kesukaannya di sekolah. Kiara yang melihat anaknya bersorak senang, menjadi ikut senang. Ternyata sesenang itu anak-anak. Pantas anak-anak yang lain minta juga. “Ada yang bisa dibantu?” Ghea masuk ke kamar Gemma. “Sudah selesai. Tidak ada.” Kiara menggeleng. “Ye ....” Saat sudah selesai, Gemma bersorak. Kemudian menghampiri Ghea. “Adik Rivans dengan siapa, Mommy?” tanya Gemm
“Sayang, kemarin Gemma mengatakan pada teman-temannya jika makan ikan dengan Pak Kafi, hingga membuat Pak Kafi membeli ikan untuk anak-anak di sekolah. Bagaimana jika kita undang lagi ke restoran kita untuk makan siang sebagai permintaan maaf.” Dalam perjalanan ke rumah sakit, Ghea melancarkan aksinya. Ini semua demi Kiara. Hal itu agar Kiara bisa makan bersama Kafi.“Sayang, kamu tahu bukan jika aku sibuk. Mana bisa aku makan siang bersama. Mau makan siang bersamamu saja aku susah.” Rowan yang menyetir, menoleh sejenak pada sang istri. Menolak ide sang istri.“Iya juga.” Ghea mengangguk-anggukkan kepalanya. “Bagaimana jika Kak Kiara dengan Gemma saja yang menemani? Aku rasa mereka berdua saja sudah cukup.” Ghea memberikan ide. Dia berharap sang suami dapat menerima idenya itu.Rowan menimbang ide yang diberikan oleh sang istri. Gemma sudah membuat Kafi keluar banyak uang. Jadi tentu saja dia harus menggantinya. Menawari makan di restorannya tentu adalah pilihan tepat.“Baiklah, mint
Kiara melihat tangan Kafi yang memegangi tangannya. Perasaannya begitu berdebar ketika mendapati perlakuan Kafi itu. Kiara hanya dapat terpaku pada tangan Kafi.Kafi yang menyadari itu pun langsung menyingkirkan tangannya. “Maaf.” Dia merasa tidak enak sama sekali dengan yang baru saja dilakukannya.“Tidak apa-apa.” Kiara mengangguk. Dia memegangi tangannya sedikit canggung.“Terima kasih sudah membantu.” Kafi menyampaikan permintaan terima kasihnya. Kiara adalah orang pertama yang membantunya.“Sama-sama.” Kiara menyelipkan sedikit senyuman di wajahnya.Kafi jadi salah tingkah ketika melihat wajah Kiara. Hal itu membuatnya lupa ingin mengatakan apa.“Masalah makan siang, bisakah kamu makan siang di restoran K-Vin. Kali ini aku yang mengundangmu.” Kiara berusaha menyampaikan apa yang ingin dikatakannya sejak tadi.Kafi baru ingat jika dia mengundang Kafi untuk makan bersama. Namun, ternyata Kiaralah yang justru mengajaknya.“Maukah kamu makan bersamaku?” tanya Kiara memastikan.“Tentu
Kiara berjalan ke tempat parkir bersama dengan Freya dan anak-anak. Mereka segera masuk ke mobil masing-masing untuk pulang.Kiara yang masuk ke mobil segera menghubungi Kafi. Beruntung sambungan telepon langsung diterima.“Maaf Pak Kafi. Saya langsung pergi tadi. Karena tidak enak dilihat ibu-ibu yang lain.” Kiara menjelaskan apa yang membuatnya main pergi saja tadi. Akhirnya Kafi di seberang sana tahu alasan Kiara pergi begitu saja.“Jadi bagaimana ini? Apa kamu jadi mengajak aku untuk makan siang bersama?” Kafi masih berharap Kiara tidak membatalkan.“Tentu saja tidak. Saya tidak akan membatalkannya. Tapi, mungkin saya tidak bisa berangkat ke restoran bersama Pak Kafi. Jadi bagaimana jika kita bertemu saja di sana.” Kiara tidak mau nanti orang-orang berpikir yang tidak-tidak padanya dan Kafi. Apalagi Kafi adalah tenaga pendidik di sekolahan.“Baiklah, saya akan langsung ke restoran.” Kafi cukup senang ketika mengetahui jika Kiara tidak membatalkan makan siangnya.“Baiklah, kita be
“Pak Kafi punya dua ibu?” tanya Kiara penasaran.“Iya, tapi tidak sedekat Gemma dengan Bu Ghea.” Kafi menjelaskan sedikit kisahnya.“Kenapa Pak Kafi tidak dekat seperti Gemma dekat dengan Mommy Ghea?” Gemma yang mendengar obrolan itu juga penasaran.“Mungkin karena Pak Kafi tidak tinggal satu rumah. Jadi tidak dekat.” Kafi menjelaskan dengan sederhana pada Gemma.“Gemma tinggal sama Mom Ki dan Mommy Ghea. Jadi Gemma sayang keduanya.” Dengan bangga Gemma bercerita.Kiara yang mendengar cerita anaknya itu hanya bisa tersenyum saja. Anaknya memang bisa membagi kasih sayang dengan benar. Jadi Kiara tidak merasa tersaingi dengan adanya Ghea.“Anak pintar.” Kafi mencubit pipi Gemma lembut. Dia cukup kagum dengan Gemma yang menyayangi dua mommy-nya. Mungkin karena situasi berbeda saja dengannya.Mereka bertiga menikmati makan bersama. Tampak hangat, apalagi ketika Kafi mengobrol dengan Gemma.Akhirnya makan siang itu selesai juga. Sayangnya, Kafi belum ingin pulang. Masih ingin bersama Kiara
Mendapati pertanyaan itu membuat Kiara terdiam sejenak. Hingga akhirnya dia mau membuka mulut. “Aku jarang berinteraksi dengan orang lain. Karena itu aku lebih diam. Aku merasa tidak nyaman ketika berada di luar. Jadi aku lebih memilih menghindar.” Kiara menjelaskan.“Berarti jika kamu sekarang mau berinteraksi dengan aku, artinya kamu nyaman denganku?” Kafi tersenyum. Menggoda Kiara. Pipi Kiara langsung merona ketika mendapati pertanyaan itu. Rona merah di pipinya itu kontras dengan wajahnya yang putih.“Iya.” Malu-malu Kiara menjawab. Jawaban Kiara itu membuat Kafi senang sekali. Dia merasa jika ini adalah tanda awal Kiara mau membuka hatinya. Tinggal melanjutkan langkah-langkah selanjutnya.“Selamat siang.” Suara Ghea terdengar. Dia segera masuk. “Siang, Bu Ghea.” Kafi segera mengalihkan pandangan pada Ghea. “Pak Kafi masih di sini ternyata.” Ghea tampak semringah sekali melihat Kafi. “Iya, Bu. Ini sudah mau pulang.” Kafi segera berdiri. Dia merasa tidak enak lama-la
Setelah mengantarkan Gemma ke sekolah, Kiara berbelanja. Beberapa bahan dibeli oleh Kiara. Dia begitu bersemangat sekali untuk memilih bahan masakan. Kiara tidak hanya membeli bahan masakan untuknya saja, tetapi untuk Ghea juga. Tadi Ghea mengirimkan catatan padanya.“Kiara.”Saat sedang asyik memilih sayuran, seseorang memanggil Kiara. Kiara yang mendengar ada yang memanggil langsung menoleh.“Mommy Shea.” Kiara begitu terkejut, ternyata orang yang memanggilnya adalah orang tua dari Ghea.Mommy Shea segera menghampiri Kiara. “Kamu dengan siapa?” tanyanya.“Sendiri.” Kiara mengulas senyum tipis.“Sendiri?” Mommy Shea cukup terkejut ketika melihat Kiara sendiri.“Iya.” Kiara mengangguk.Mommy Shea cukup senang melihat Kiara yang mulai ke mana-mana sendiri. Artinya memang Kiara sudah mulai normal.“Kamu tadi baru saja antar Gemma sekolah?” Mommy Shea pun ikut bergabung dengan Kiara berbelanja.“Iya, tadi saya antar Gemma ke sekolah. Karena bahan masakan di rumah habis, saya beli sekalia