Kafi sampai di mal. Dengan riang dia menggandeng Gemma. Tampak Gemma yang begitu senang sekali bisa jalan bersama Kafi.Kiara tampak semringah juga. Entah kenapa perasaannya begitu bahagia sekali. Perasaan ini membuatnya jauh lebih baik dari sebelumnya. “Masih jam setengah sebelas. Apa Gemma sudah lapar?” Kafi menatap Gemma.“Tidak. Gemma belum lapar.” Gemma dengan penuh semangat menjawab.“Kalau begitu bagaimana jika kita main dulu.” Kafi memberikan ide pada Gemma.“Mau-mau.” Gemma tentu saja senang ketika diajak untuk bermain lebih dulu.Kafi segera beralih pada Kiara. “Apa kamu tidak keberatan Gemma main dulu?” tanyanya.“Tidak.” Kiara menggeleng.Mendapati jawaban dari Kiara membuat Kafi merasa senang. Akhirnya dia memutuskan untuk segera mengajak Gemma ke taman bermain.Kafi dan Kiara ikut masuk ke dalam area permainan. Gemma langsung senang ketika melihat kolam bola. Dia segera main di kolam bola.Kiara dan Kafi mengekor di belakang Gemma.“Mommy, sini.” Gemma memanggil Kiara.
Saat Gemma mengatakan hal itu membuat Kiara dan Kafi saling pandang. Kiara merasa malu ketika anaknya menyamakan dengan Ghea dan Rowan. Ghea dan Rowan adalah pasangan suami dan istri, sedangkan Kiara dan Kafi bukan.Bagi Kafi, dia justru suka sekali ketika dibandingkan oleh Gemma. Artinya Gemma menyamakan dirinya dengan Rowan sang daddy.Akhirnya mereka sampai di restoran Korea. Mereka segera memesan makanan. Beberapa jenis sushi dan beberapa menu andalan di restoran.Setelah memesan makanan, Gemma mencuci tangan bersama Kiara. Kemudian bergantian Kafi mencuci tangan.“Gemma suka sekali dengan Pak Kafi.” Gemma begitu senang sekali bersama Kafi. Ternyata Kafi benar-benar sangat baik.“Wah ... Pak Kafi jadi senang mendengarnya.” Kafi langsung semringah. “Kalau kamu, apa kamu juga suka denganku?” Kafi dengan percaya dirinya menatap Kiara.Sontak pertanyaan itu membuat Kiara terkejut. Dia langsung membulatkan matanya.“Tidak perlu dijawab.” Kafi langsung menenangkan Kiara. Dia tahu jika K
“Daddy.” Gemma langsung berlari menghampiri Rowan.Rowan langsung memeluk sang anak dan menggendongnya. “Daddy, Pak Kafi belikan Gemma boneka.” Gemma memamerkan boneka yang diberikan oleh Kafi.“Sudah bilang terima kasih belum?” tanya Rowan.“Sudah.” Dengan percaya diri Gemma menjawab.“Anak pintar.” Ghea memuji sang anak yang pintar. Dia kemudian beralih pada Kafi. “Terima kasih, Pak Kafi. Jadi merepotkan.”“Tidak apa-apa. Saya justru senang.” Kafi mengulas senyum di wajahnya. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kafi langsung berpamitan. Dia tidak bisa berlama-lama, karena ada janji dengan sang mama.“Baiklah.” Ghea mengangguk.“Sekali lagi terima kasih, Pak Kafi.” Rowan mengulurkan tangannya.“Sama-sama, Pak.” Kafi menerima uluran tangan Gemma. “Da ... Gemma.” Dia melambaikan tangan pada Gemma.“Da ... Pak Kafi. Nanti kita pergi lagi kapan-kapan.” Gemma senang sekali bisa pergi dengan Kafi. Jadi dia mau mengulang lagi.“Boleh, asal daddy dan mommy memberikan izin.” Kafi mencubit pipi
Kiara sampai di sekolah. Saat turun dari mobil, dari kejauhan dia melihat Kafi. Pria itu berdiri di dekat kelas Gemma. Tentu saja itu membuat hati Kiara berdebar.“Ayo, Mommy.” Gemma menarik tangan Kiara. Mengajaknya untuk ke ruang kelasnya.Kiara mengangguk. Kemudian meraih tangan Gemma. Mengajaknya untuk pergi ke ruang kelas.Tepat saat mereka berjalan, ada Freya yang kebetulan mengantarkan Kean dan Lean.“Hai, Ki.” Freya menyapa Kiara.“Hai, Freya.” Kiara menyapa Freya.“Hai, Gemma.” Freya menyapa keponakannya itu.“Hai, Mommy. Hai, Kean. Hai, Lean.” Gemma menyapa semuanya.“Hai.” Kean dan Lean menjawab singkat.Mereka bersama-sama berjalan ke kelas. Tepat di depan kelas anak-anak, mereka bertemu dengan Kafi.“Selamat pagi, Pak Kafi.” Kean, Lean, dan Gemma menyapa secara bersamaan.“Selamat pagi anak-anak.” Kafi dengan wajah semringahnya menyapa. “Selamat lagi Bu Kiara.” Dia beralih menyapa Kiara.“Selamat pagi, Pak Kafi.” Kiara menyapa balik Kafi. Senyum tipis menghiasi wajahnya.
Siang ini Kiara menjemput Gemma seperti biasa. Selain ingin menjemput Gemma, Kiara juga ingin bertemu Kafi. Entah dorongan apa yang membuat Kiara ingin selalu melihat Kafi. Kiara hanya mengikuti apa yang dirasakannya saja.Saat sampai, sekolah tampak masih sepi. Kiara datang lebih awal. Jadi ibu-ibu yang lain belum ada yang datang. Kiara memilih menunggu di ruang tunggu di dekat kelas Gemma. Sayangnya, dia tidak melihat Kafi di mana pun. Ada rasa kecewa ketika tidak mendapati Kafi di sekolahan. Entah ke mana perginya Kafi. Biasanya pria itu selalu ada di jam seperti ini.“Kiara.”Seseorang yang memanggilnya membuat Kiara mengalihkan pandangan. Tampak Freya di sana. Sedang berjalan ke arahnya. Padahal Kiara sedang menunggu Kafi, tetapi yang muncul justru Freya.“Kamu sudah datang saja, Ki.” Freya melihat Kiara sudah lebih dulu datang dibanding dirinya.“Tadi Rivans tidur. Jadi aku pikir segera berangkat saja.” Kiara menjelaskan.Freya tersenyum. Sebenarnya dia kurang percaya. Lebih per
Kiara melihat nomor saja yang tertera di layar ponselnya. Dia yakin jika itu adalah nomor Kafi. Karena selama ini memang tidak ada yang pernah menghubunginya selain Rowan dan Ghea. Namun, Kiara tidak berani untuk mengatakan pada Rowan siapa yang menghubunginya.“Nomor saja. Mungkin hanya orang iseng.” Kiara menunjukkan ponsel pada Rowan.Rowan melihat jelas hanya nomor saja yang tertera di layar ponsel kakaknya. Dia merasa bisa jadi memang hanya nomor iseng saja. Apalagi belakangan ini marak penipuan terjadi.“Jangan diangkat jika tidak kenal.” Rowan memberikan peringatan pada kakaknya.“Iya.” Kiara mengangguk.Kiara benar-benar bingung sekali ketika tidak dapat mengangkat sambungan telepon dari Kafi. Namun, mau bagaimana lag, dia tidak berani menerima sambungan telepon itu di samping Rowan.“Woah ....” Kiara menutupi mulutnya ketika menguap.“Kak Kiara sudah mengantuk?” Rowan melihat kakaknya yang sedang menguap.“Iya, tapi Gemma masih di kamar kalian.” Kiara tidak bisa tidur lebih d
Kiara begitu semringah sekali. Dia senang ketika akan berangkat ke sekolah. Namun, di balik senyuman yang menghiasi wajahnya, ada kebimbangan yang sedang dirasakan. “Mommy, mau diikat dua saja. Kanan dan kiri.” Gemma menunjukkan ke sisi kanan dan kiri rambutnya. Suara Gemma menyadarkan Kiara dari pikirannya itu. “Baiklah.” Kiara mengangguk. Kemudian mengambil ikat rambut untuk Gemma. Tak butuh waktu lama, dia mengikat rambut anaknya. Karena kanan dan kiri. Jadi dia memastikan jika tingginya sama. “Nanti makan ikan. Nanti makan ikan. Nanti makan ikan.” Gemma bersorak senang ketika membayangkan akan makan ikan kesukaannya di sekolah. Kiara yang melihat anaknya bersorak senang, menjadi ikut senang. Ternyata sesenang itu anak-anak. Pantas anak-anak yang lain minta juga. “Ada yang bisa dibantu?” Ghea masuk ke kamar Gemma. “Sudah selesai. Tidak ada.” Kiara menggeleng. “Ye ....” Saat sudah selesai, Gemma bersorak. Kemudian menghampiri Ghea. “Adik Rivans dengan siapa, Mommy?” tanya Gemm
“Sayang, kemarin Gemma mengatakan pada teman-temannya jika makan ikan dengan Pak Kafi, hingga membuat Pak Kafi membeli ikan untuk anak-anak di sekolah. Bagaimana jika kita undang lagi ke restoran kita untuk makan siang sebagai permintaan maaf.” Dalam perjalanan ke rumah sakit, Ghea melancarkan aksinya. Ini semua demi Kiara. Hal itu agar Kiara bisa makan bersama Kafi.“Sayang, kamu tahu bukan jika aku sibuk. Mana bisa aku makan siang bersama. Mau makan siang bersamamu saja aku susah.” Rowan yang menyetir, menoleh sejenak pada sang istri. Menolak ide sang istri.“Iya juga.” Ghea mengangguk-anggukkan kepalanya. “Bagaimana jika Kak Kiara dengan Gemma saja yang menemani? Aku rasa mereka berdua saja sudah cukup.” Ghea memberikan ide. Dia berharap sang suami dapat menerima idenya itu.Rowan menimbang ide yang diberikan oleh sang istri. Gemma sudah membuat Kafi keluar banyak uang. Jadi tentu saja dia harus menggantinya. Menawari makan di restorannya tentu adalah pilihan tepat.“Baiklah, mint