Saat Gemma mengatakan hal itu membuat Kiara dan Kafi saling pandang. Kiara merasa malu ketika anaknya menyamakan dengan Ghea dan Rowan. Ghea dan Rowan adalah pasangan suami dan istri, sedangkan Kiara dan Kafi bukan.Bagi Kafi, dia justru suka sekali ketika dibandingkan oleh Gemma. Artinya Gemma menyamakan dirinya dengan Rowan sang daddy.Akhirnya mereka sampai di restoran Korea. Mereka segera memesan makanan. Beberapa jenis sushi dan beberapa menu andalan di restoran.Setelah memesan makanan, Gemma mencuci tangan bersama Kiara. Kemudian bergantian Kafi mencuci tangan.“Gemma suka sekali dengan Pak Kafi.” Gemma begitu senang sekali bersama Kafi. Ternyata Kafi benar-benar sangat baik.“Wah ... Pak Kafi jadi senang mendengarnya.” Kafi langsung semringah. “Kalau kamu, apa kamu juga suka denganku?” Kafi dengan percaya dirinya menatap Kiara.Sontak pertanyaan itu membuat Kiara terkejut. Dia langsung membulatkan matanya.“Tidak perlu dijawab.” Kafi langsung menenangkan Kiara. Dia tahu jika K
“Daddy.” Gemma langsung berlari menghampiri Rowan.Rowan langsung memeluk sang anak dan menggendongnya. “Daddy, Pak Kafi belikan Gemma boneka.” Gemma memamerkan boneka yang diberikan oleh Kafi.“Sudah bilang terima kasih belum?” tanya Rowan.“Sudah.” Dengan percaya diri Gemma menjawab.“Anak pintar.” Ghea memuji sang anak yang pintar. Dia kemudian beralih pada Kafi. “Terima kasih, Pak Kafi. Jadi merepotkan.”“Tidak apa-apa. Saya justru senang.” Kafi mengulas senyum di wajahnya. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kafi langsung berpamitan. Dia tidak bisa berlama-lama, karena ada janji dengan sang mama.“Baiklah.” Ghea mengangguk.“Sekali lagi terima kasih, Pak Kafi.” Rowan mengulurkan tangannya.“Sama-sama, Pak.” Kafi menerima uluran tangan Gemma. “Da ... Gemma.” Dia melambaikan tangan pada Gemma.“Da ... Pak Kafi. Nanti kita pergi lagi kapan-kapan.” Gemma senang sekali bisa pergi dengan Kafi. Jadi dia mau mengulang lagi.“Boleh, asal daddy dan mommy memberikan izin.” Kafi mencubit pipi
Kiara sampai di sekolah. Saat turun dari mobil, dari kejauhan dia melihat Kafi. Pria itu berdiri di dekat kelas Gemma. Tentu saja itu membuat hati Kiara berdebar.“Ayo, Mommy.” Gemma menarik tangan Kiara. Mengajaknya untuk ke ruang kelasnya.Kiara mengangguk. Kemudian meraih tangan Gemma. Mengajaknya untuk pergi ke ruang kelas.Tepat saat mereka berjalan, ada Freya yang kebetulan mengantarkan Kean dan Lean.“Hai, Ki.” Freya menyapa Kiara.“Hai, Freya.” Kiara menyapa Freya.“Hai, Gemma.” Freya menyapa keponakannya itu.“Hai, Mommy. Hai, Kean. Hai, Lean.” Gemma menyapa semuanya.“Hai.” Kean dan Lean menjawab singkat.Mereka bersama-sama berjalan ke kelas. Tepat di depan kelas anak-anak, mereka bertemu dengan Kafi.“Selamat pagi, Pak Kafi.” Kean, Lean, dan Gemma menyapa secara bersamaan.“Selamat pagi anak-anak.” Kafi dengan wajah semringahnya menyapa. “Selamat lagi Bu Kiara.” Dia beralih menyapa Kiara.“Selamat pagi, Pak Kafi.” Kiara menyapa balik Kafi. Senyum tipis menghiasi wajahnya.
Siang ini Kiara menjemput Gemma seperti biasa. Selain ingin menjemput Gemma, Kiara juga ingin bertemu Kafi. Entah dorongan apa yang membuat Kiara ingin selalu melihat Kafi. Kiara hanya mengikuti apa yang dirasakannya saja.Saat sampai, sekolah tampak masih sepi. Kiara datang lebih awal. Jadi ibu-ibu yang lain belum ada yang datang. Kiara memilih menunggu di ruang tunggu di dekat kelas Gemma. Sayangnya, dia tidak melihat Kafi di mana pun. Ada rasa kecewa ketika tidak mendapati Kafi di sekolahan. Entah ke mana perginya Kafi. Biasanya pria itu selalu ada di jam seperti ini.“Kiara.”Seseorang yang memanggilnya membuat Kiara mengalihkan pandangan. Tampak Freya di sana. Sedang berjalan ke arahnya. Padahal Kiara sedang menunggu Kafi, tetapi yang muncul justru Freya.“Kamu sudah datang saja, Ki.” Freya melihat Kiara sudah lebih dulu datang dibanding dirinya.“Tadi Rivans tidur. Jadi aku pikir segera berangkat saja.” Kiara menjelaskan.Freya tersenyum. Sebenarnya dia kurang percaya. Lebih per
Kiara melihat nomor saja yang tertera di layar ponselnya. Dia yakin jika itu adalah nomor Kafi. Karena selama ini memang tidak ada yang pernah menghubunginya selain Rowan dan Ghea. Namun, Kiara tidak berani untuk mengatakan pada Rowan siapa yang menghubunginya.“Nomor saja. Mungkin hanya orang iseng.” Kiara menunjukkan ponsel pada Rowan.Rowan melihat jelas hanya nomor saja yang tertera di layar ponsel kakaknya. Dia merasa bisa jadi memang hanya nomor iseng saja. Apalagi belakangan ini marak penipuan terjadi.“Jangan diangkat jika tidak kenal.” Rowan memberikan peringatan pada kakaknya.“Iya.” Kiara mengangguk.Kiara benar-benar bingung sekali ketika tidak dapat mengangkat sambungan telepon dari Kafi. Namun, mau bagaimana lag, dia tidak berani menerima sambungan telepon itu di samping Rowan.“Woah ....” Kiara menutupi mulutnya ketika menguap.“Kak Kiara sudah mengantuk?” Rowan melihat kakaknya yang sedang menguap.“Iya, tapi Gemma masih di kamar kalian.” Kiara tidak bisa tidur lebih d
Kiara begitu semringah sekali. Dia senang ketika akan berangkat ke sekolah. Namun, di balik senyuman yang menghiasi wajahnya, ada kebimbangan yang sedang dirasakan. “Mommy, mau diikat dua saja. Kanan dan kiri.” Gemma menunjukkan ke sisi kanan dan kiri rambutnya. Suara Gemma menyadarkan Kiara dari pikirannya itu. “Baiklah.” Kiara mengangguk. Kemudian mengambil ikat rambut untuk Gemma. Tak butuh waktu lama, dia mengikat rambut anaknya. Karena kanan dan kiri. Jadi dia memastikan jika tingginya sama. “Nanti makan ikan. Nanti makan ikan. Nanti makan ikan.” Gemma bersorak senang ketika membayangkan akan makan ikan kesukaannya di sekolah. Kiara yang melihat anaknya bersorak senang, menjadi ikut senang. Ternyata sesenang itu anak-anak. Pantas anak-anak yang lain minta juga. “Ada yang bisa dibantu?” Ghea masuk ke kamar Gemma. “Sudah selesai. Tidak ada.” Kiara menggeleng. “Ye ....” Saat sudah selesai, Gemma bersorak. Kemudian menghampiri Ghea. “Adik Rivans dengan siapa, Mommy?” tanya Gemm
“Sayang, kemarin Gemma mengatakan pada teman-temannya jika makan ikan dengan Pak Kafi, hingga membuat Pak Kafi membeli ikan untuk anak-anak di sekolah. Bagaimana jika kita undang lagi ke restoran kita untuk makan siang sebagai permintaan maaf.” Dalam perjalanan ke rumah sakit, Ghea melancarkan aksinya. Ini semua demi Kiara. Hal itu agar Kiara bisa makan bersama Kafi.“Sayang, kamu tahu bukan jika aku sibuk. Mana bisa aku makan siang bersama. Mau makan siang bersamamu saja aku susah.” Rowan yang menyetir, menoleh sejenak pada sang istri. Menolak ide sang istri.“Iya juga.” Ghea mengangguk-anggukkan kepalanya. “Bagaimana jika Kak Kiara dengan Gemma saja yang menemani? Aku rasa mereka berdua saja sudah cukup.” Ghea memberikan ide. Dia berharap sang suami dapat menerima idenya itu.Rowan menimbang ide yang diberikan oleh sang istri. Gemma sudah membuat Kafi keluar banyak uang. Jadi tentu saja dia harus menggantinya. Menawari makan di restorannya tentu adalah pilihan tepat.“Baiklah, mint
Kiara melihat tangan Kafi yang memegangi tangannya. Perasaannya begitu berdebar ketika mendapati perlakuan Kafi itu. Kiara hanya dapat terpaku pada tangan Kafi.Kafi yang menyadari itu pun langsung menyingkirkan tangannya. “Maaf.” Dia merasa tidak enak sama sekali dengan yang baru saja dilakukannya.“Tidak apa-apa.” Kiara mengangguk. Dia memegangi tangannya sedikit canggung.“Terima kasih sudah membantu.” Kafi menyampaikan permintaan terima kasihnya. Kiara adalah orang pertama yang membantunya.“Sama-sama.” Kiara menyelipkan sedikit senyuman di wajahnya.Kafi jadi salah tingkah ketika melihat wajah Kiara. Hal itu membuatnya lupa ingin mengatakan apa.“Masalah makan siang, bisakah kamu makan siang di restoran K-Vin. Kali ini aku yang mengundangmu.” Kiara berusaha menyampaikan apa yang ingin dikatakannya sejak tadi.Kafi baru ingat jika dia mengundang Kafi untuk makan bersama. Namun, ternyata Kiaralah yang justru mengajaknya.“Maukah kamu makan bersamaku?” tanya Kiara memastikan.“Tentu
Kiara dan Kafi sampai di hotel. Hotel bertema Santorini tampak begitu indah sekali. Dominasi warna putih dan biru tampak cantik.“Cantik sekali.” Kiara yang melihat kamar yang dapat melihat laut, begitu terpesona. Apalagi suasananya benar-benar serasa di luar negeri.Dia segera membuka pintu balkon. Kolam renang yang berada di depan kamar menghadap ke laut. Warna air yang biru seperti laut membuat hati menjadi begitu tenang sekali. Suasana ini benar-benar memberikan kenyamanan luar biasa.“Kamu suka?” Kafi memeluk Kiara dari belakang. Mendaratkan kecupan di pipi Kiara.Pipi Kiara menghangat. Dia merasa malu dengan apa yang baru saja dilakukan Kafi.“Suka.” Kiara menjawab lirih.“Kita akan menikmati waktu di sini dan menikmati keindahan di sini.” Kafi akan menghabiskan waktu dengan sang istri nanti.Kiara tidak sabar untuk melihat keindahan tempat ini. Apalagi semua orang tahu laut di sini menyajikan keindahan yang luar biasa.Kafi memutar tubuh Kiara. Membuat sang istri berhadapan den
Gemma akhirnya ikut ke kamar hotel. Dia tampak begitu senang sekali. Apalagi dia akan tidur dengan daddy barunya. Kiara dan Kafi pun tidak keberatan sama sekali. Mereka jadi bersemangat ketika melihat Gemma.Saat masuk ke kamar, Kafi segera menyalakan lampu. Gemma yang bersemangat, langsung masuk lebih dulu. Membuat Kiara dan Kafi hanya bisa tersenyum. “Ada bunga.” Gemma yang melihat bunga di atas tempat tidur begitu senang. “Bunganya bentuk love.” Gemma merasa bentuknya begitu bagus sekali.Kiara dan Kafi yang masuk, melihat kamar yang didekor untuk malam pertama. Ada bunga yang ditata di atas tempat tidur. Mereka berdua merasa jika sepertinya memang salah mengajak Gemma ke kamar pengantin. Namun, mau bagaimana lagi, anaknya begitu ingin sekali tidur bersama.“Mommy boleh naik ke tempat tidur?” tanya Gemma.“Gemma bersihkan diri dulu. Ganti baju dulu, baru nanti naik.” Kiara menasihati sang anak.“Baiklah.”Akhirnya Gemma, Kiara, Kafi memilih segera membersihkan diri dulu sebelum ti
Kiara berjalan ke ballroom hotel diantar oleh Rowan. Rowan mengantarkan Kiara pada pria yang akan menjaga Kiara seumur hidupnya. Kiara berjalan dengan perlahan sambil melingkarkan tangannya di lengan Rowan. Kiara tampak gugup sekali hingga Rowan berusaha untuk menenangkan Kiara. Menggenggam tangan Kiara untuk menenangkannya. Saat Rowan memegangi tangannya Kiara jauh lebih tenang.Dari kejauhan tampak Kafi menunggu Kiara di sana. Kafi begitu tampan dengan setelan jas dengan hiasan dasi. Pin bunga yang tersemat di dada sebelah kirinya tampak pas dengan jas yang dipakai. Saat melihat Kiara, Kafi begitu terpesona. Kiara tampak cantik dengan gaun yang dipakainya. Gaun itu membentuk tubuh Kiara. Wajah Kiara yang dirias pun membuat wajahnya semakin cantik. Jelas Kafi dibuat terpesona dengan kecantikan Kiara.Tidak melihat Kiara selama tiga hari karena sang mama melarangnya, membuat Kafi begitu senang ketika melihat Kiara untuk pertama kali. Rasa rindunya sedikit terobati.Kiara melihat Kafi
Kiara yang datang langsung menyalami orang tua Kafi. Ini kali pertama mereka bertemu dan langsung lamaran. Tentu saja perkenalan yang cukup mendadak.Orang tua Kafi melihat Kiara yang begitu cantik, terpeona. Pantas saja anak mereka sampai tergila-gila dengan Kiara. Karena ternyata memang secantik itu Kiara.Setelah berkenalan, Kiara langsung duduk di sofa. Duduk di antara Ghea dan juga Rowan. Tentu saja berhadapan dengan keluarga Kafi.“Kak, keluarga Kafi datang ke sini untuk melamar Kak Kiara. Apakah Kak Kiara mau?” Rowan langsung menatap Kiara.Kiara menatap Kafi sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan adiknya. “Aku mau.” Kiara mengangguk.“Syukurlah. Akhirnya lamaran kita diterima.” Winda merasa senang sekali.Kafi yang mendengar jawaban dari Kiara pun tak kalah senang. Akhirnya satu tahapan dapat dilalui juga.Rowan bernapas lega. Akhirnya Kiara dapat memulai hidup baru. Ini adalah gerbang pembuka untuk Kiara menuju ke masa depan.“Kapan kira-kira pernikahan diadakan? Apa ak
Kafi mengajak Kiara ke restoran hotel Maxton. Kafi memesan satu tempat di sana untuk menikmati makan malam romantis dengan Kiara.Restoran berada di rooftop hotel. Saat sampai sampai mereka langsung disuguhi pemandangan dari atas. Tampak gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi. Lampu-lampu yang menyala tampak indah saat dilihat dari ketinggian. Langit malam pun tampak indah dengan bintang-bintang yang bersinar.“Kenapa sepi?” Kiara tidak mendapatkan satu orang pun di restoran.“Aku memesan semuanya.” Kafi ini makan malam romantis. Karena itu dia memesan satu tempat untuk beberapa jam.Kiara benar-benar tidak menyangka Kafi akan melakukan hal semacam itu. Itu membuat bahagia sekali, karena dengan begitu dia bisa menikmati makan malam romantis dengan Kafi.Kafi menarik mengajak Kiara ke tempat yang sudah dipesan. Alangkankah terkejutnya ketika melihat meja makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil. Tampak begitu cantik sekali.“Kamu mempersiapkan ini?” tanya Kiara.“Iya.” Kafi menarik t
“Kenapa Kak Kiara meminta aku pulang? Apa Kak Kiara baik-baik saja?” tanya Rowan yang panik. Dia takut kakaknya kenapa-kenapa.“Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang aku mau bicarakan denganmu.” Kiara pun menyampaikan apa yang membuatnya menghubungi Rowan.“Ada apa?” tanya Rowan.“Kafi menyatakan cinta padaku. Apa kamu mengizinkan jika aku menerimanya?” Kiara menatap lekat wajah adiknya.Rowan benar-benar tidak menyangka jika Kiara akan menanyakan hal itu. Dia pikir kakaknya sudah menjawab pertanyaan Kafi itu. Namun, ternyata sang kakak menanyakan padanya lebih dulu.“Terima kasih sudah mau bertanya padaku, Kak. Kak Kiara harusnya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Kak Kiara. Sekarang Kak Kiara sudah pulih. Jadi tidak apa-apa jika Kak Kiara menentukan pilihan sendiri.” Rowan menarik tangan Kiara.“Kamu bukan sekadar adikku saja. Kamu adalah waliku. Jadi memang sewajarnya aku meminta izin padamu.” Kiara tidak bisa mengingkari fakta jika Rowan yang bertanggung jawab dengan dir
Rowan sudah menebak jika Kiara akan bertanya hal itu. Senyum manis pun menghiasi wajah Rowan.Bertepatan dengan Kiara yang bertanya, mobil Kafi berhenti tepat di depan rumah.“Kak Kiara tanya sendiri saja pada Pak Kafi.” Rowan langsung melemparkan pada Kafi. Meminta sang kakak mendapat jawab dari Kafi sendiri. Itu akan jauh lebih baik dibanding dirinya yang memberikan jawaban.Kiara langsung mengalihkan pandangan pada mobil Kafi yang berhenti di depan rumah. Tampak Kafi turun dari mobil dan berjalan, menghampiri Kiara dan Rowan.“Apa kamu punya waktu? Aku ingin bicara denganmu.” Kafi menatap Kiara. Ada banyak hal yang harus dibicarakan. Jadi dia ingin mengajak Kiara pergi sebentar.Kiara langsung menatap Rowan. Seolah meminta izin pada adiknya itu. Walaupun Rowan adalah adiknya, tetapi Kiara lebih menganggapnya seorang kakak yang melindungi.“Pergilah, Kak.” Rowan yang mengerti tatapan Kiara itu langsung memberikan izin.Mendapatkan izin dari adiknya, Kiara langsung mengangguk. “Aku a
“Fi, siapa wanita tadi?” Baru juga Kafa sampai rumah, sudah disambut dengan pertanyaan itu.“Aku baru pulang, Ma. Sabar.” Kafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa sang mama langsung melemparkan pertanyaan seperti itu.“Kamu ini, Mama sudah penasaran sejak tadi.” Winda memang sudah ingin tahu sejak tadi. Jadi dia merasa harus segera tahu.“Kafi jelaskan sambil duduk saja.” Kafi pun segera mengajak sang mama untuk di ruang tamu.Winda yang begitu penasaran dan ingin tahu segera ikut sang anak. Dia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.“Wanita tadi namanya Kiara.” Kafi mencoba menjelaskan.“Mama sudah berkenalan tadi. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.” Winda merasa anaknya benar-benar berbasa-basi sekali.Kafi tersenyum. Dia lupa jika sang mama sudah berkenalan. “Kiara adalah ibu dari salah satu anak murid di sekolahan kita. Anak tadi itu adalah anaknya.” Kafi mencoba menceritakan pada sang mama.Winda terdiam sejenak ketika mendengar jika Gemma adalah anak Kiara. T
Kiara langsung memegangi pipinya. Pipinya memang menghangat. Jadi wajar jika pipinya memerah.“Ini bukan karena matahari.” Kiara langsung mengelak.“Lalu karena apa?” tanya Kafi.“Ini karena aku malu.”Kafi langsung tersenyum. Senang sekali ketika melihat rona merah di pipi Kiara. Ternyata Kiara malu karena dirinya.Gemma yang menarik Kafi membuat Kafi akhirnya harus ikut Gemma. Tangan Kafi yang menggenggam Kiara pun membuat Kiara ikut juga. Mereka bertiga bersama-sama menuju ke permainan lain.Gemma meminta untuk berada di bawah tong air. Mereka menunggu air di bawah tong air. Saat air tumpah, Gemma, Kiara, dan Kafi langsung berteriak. Keseruan begitu terasa sekali.Dari sana mereka bermain di kolam busa. Semburan busa tampak begitu seru sekali. Gemma begitu menikmati. Biasanya hanya bermain di bathtub saja kini dia bisa main di kolam besar. Tentu saja itu begitu mengasyikkan sekali.“Ho ... ho ....” Kafi meletakkan busa si bawah dagunya. Tawa Kiara dan Gemma langsung terdengar. Kafi