Kiara menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata Kafi yang memanggilnya. Sudah beberapa hari ini Kiara tidak bertemu Kafi. Terakhir kali adalah saat di mal. Itu pun Kiara tidak bicara apa pun pada Kafi. Kafi mengulas senyum ketika melihat Kiara. Dia benar-benar merasa begitu senang, akhirnya dia dapat melihat Kiara juga. Kafi segera menghampiri Kiara. Ingin menyapa Kiara lebih dekat. “Bu Kiara apa kabar?” tanyanya. “Baik, Pak Kafi.” Kiara menganggukkan kepalanya. “Bu Kiara sudah mulai jemput lagi?” tanya Kafi. “Iya, Pak. Kebetulan Rowan sudah pulang. Jadi saya bisa menjemput.” “Bu Kiara dengan Pak Rowan ke sini?” Kafi memastikan. Jangan sampai bicara dengan istri orang di depan suaminya. “Iya, Pak. Saya bersama Rowan.” “Pak Rowannya ke mana?” Kafi berbasa-basi sambil mengedarkan pandangan. Mencari keberadaan Rowan. “Sedang mengangkat telepon.” Tadi saat sampai, ada telepon masuk ke ponsel Rowan. Jadi dia meminta Kiara untuk ke kelas Gemma sendiri. “Kalau begitu
Mendengar permintaan Gemma itu, Kiara langsung bingung. Dia menatap Kafi yang sedang menyetir.“Apa kita bisa cari minum dulu, Pak?” tanya Kiara.“Tentu saja.” Kafi mengangguk pasti.“Tapi, Gemma juga lapar, Mom.” Gemma menatap sang mommy.“Gemma lapar?” Kiara semakin bingung. Jika minum saja, mungkin dia bisa membawa ke minimarket terdekat, tetapi jika sama makan, tentu saja dia tidak bisa.“Bagaimana jika ke restoran saja? Gemma bisa makan dan minum sekaligus.” Kafi memberikan ide.“Gemma mau.”Belum sempat Kiara menjawab, tiba-tiba Gemma sudah menjawab. Jika sudah begini, Kiara tidak punya pilihan lain bukan?“Apa Bu Kiara mengizinkan?” Kafi menatap Kiara dari kaca yang berada di atas dashboard mobil. Kiara tentu saja tidak tega ketika anaknya kelaparan. “Baiklah, Pak, tolong cari restoran terdekat saja.”Mendapati permintaan itu, Kafi segera mencari restoran terdekat. Tak berselang lama setelah mereka berniat ke restoran, mobil berbelok ke restoran. Mereka segera turun ketika sa
Rowan yang mendapatkan pertanyaan itu merasa heran. Kalimat yang dilontarkan Kafi seolah Kiara adalah istrinya. “Apa Pak Kafi mengira Kak Kiara istri saya?” Rowan memastikan lebih dulu. Kafi sedikit bingung ketika Rowan memanggil Kiara dengan embel-embel ‘kak’. Pikirannya melayang memikirkan apa sebenarnya hubungan Rowan dengan Kiara. Apakah selama ini dia salah mengira jika Rowan adalah suami Kiara. “Gemma adalah anak Bu Kiara ‘kan? Gemma juga anak Anda. Jadi bukankah artinya kalian adalah sepasang suami-istri.” Rowan seketika tertawa. Ternyata Kafi mengira jika Kiara adalah istrinya karena mengira Gemma adalah anaknya. Tepat saat Rowan tertawa, Ghea datang. Ghea yang baru masuk disambut dengan suara tawa Rowan. Hal itu tentu saja membuat Ghea bingung. Apa yang membuat suaminya sampai gembira sekali. “Sayang, kamu kenapa tertawa?” Ghea yang penasaran pun bertanya. Rowan mengalihkan pandangan ketika melihat sang istri pulang. “Sayang, kemarilah.” Dia memberikan isyarat tangan. M
Kafi begitu senang sekali ketika mendapati fakta jika Kiara adalah kakak Rowan. Dengan begitu dia bisa mendekati Kiara dengan leluasa. Apalagi tadi dia dengar jika suami Kiara sudah meninggal. “Bagaimana cara aku mendekatinya?” Kafi memikirkan bagaimana mendekati Kiara. Biasanya wanita mendekatinya. Jadi dia bingung ketika harus mendekati lebih dulu. Karena tidak tahu harus mulai dari mana. “Aku akan pikirkan saja nanti.” Mobil Kafi sampai di yayasan. Jadi dia harus segera turun untuk menemui sang papa. Kafi masuk ke kantor. Tepat saat masuk, dia berpapasan dengan sang mama. Tampak sang mama sedang mengobrol dengan karyawannya. “Kamu ke sini, Fi?” tanya Winda. “Iya, Papa meminta aku ke sini.” Kafi menautkan pipi pada sang mama. “Ada apa?” tanya Winda penasaran. “Entah.” Kafi menaikkan bahunya. “Sudah sana temui dulu.” Winda pun menepuk bahu sang anak. Kafi mengangguk. Kemudian berlalu ke ruangan sang papa. Sebelum masuk, dia mengetuk pintu lebih dulu. Saat ada suara dari dala
“Kamu mau ke mana, Fi?” Winda melihat anaknya rapi sekali malam-malam. Tampak Kafi memakai kemeja soft denim dengan celana cream. Kafi memadukan kemeja dengan kaos putih. Memakai kemejanya sebagai kardigan saja. “Ada acara, Ma?” Kafi menjelaskan pada sang mama seraya merapikan kemejanya. “Kencan?” Winda menebak. “Tidak.” Kafi menggeleng. Dia memang tidak sedang pergi berkencan. Jadi mengatakan apa adanya. “Syukurlah. Mama pikir kencan.” Baru Winda mau menjodohkan Kafi dengan Rachel, tiba-tiba sekali anaknya pergi berkencan. Pasti ini akan menyulitkannya. Kafi merasa aneh dengan sang mama. Anaknya tidak pergi berkencan, tetapi tampak senang. “Lalu kamu mau bertemu siapa? Malam minggu Mama justru ditinggal sendiri.” Winda pasti akan merasa kesepian. Mengingat di rumah biasanya hanya berdua dengan Kafi. “Bertemu teman saja, Ma. Mama menonton film atau membaca buku saja.” Kafi memberikan ide pada sang mama. “Iya-iya.” Winda mengangguk saja. “Kamu jangan pulang malam-malam.” Dia me
“Kriteria?” Kafi merasa bingung ketika mendapati pertanyaan itu. “Saya tidak punya kriteria khusus. Yang terpenting saya mencintainya.” Tak banyak yang diinginkan Kafi. “Jika dia punya anak?” Ghea memancing Kafi. Dia ingin tahu reaksi Kafi. “Sayang, kenapa bertanya seperti itu?” Rowan langsung memperingatkan Ghea. “Sayang, aku hanya berpikir jika siapa tahu jika Pak Kafi akan bernasib sama denganku. Dulu aku juga dihadapkan denganmu yang memiliki Gemma. Jadi aku pikir tidak ada salahnya aku bertanya.” Ghea membela dirinya. Merasa jika yang ditanyakan bukan sesuatu yang salah. Rowan tahu maksud sang istri, tapi merasa jika harusnya itu tidak perlu ditanyakan. “Bagi saya tidak masalah. Jika saya menjadi orang kedua yang hadir, maka saya ingin jadi orang terakhir yang hadir di hidupnya.” Kafi sedikit melirik pada Kiara. Entah kenapa hati Kiara merasa begitu senang ketika mendengar jawaban Kafi. Ghea memerhatikan kakak iparnya. Dia merasa jika jawaban Kafi pastinya membuat Kiara se
“Selamat pagi.” Kafi menyapa ketika melihat Mommy Shea yang berada di teras. Wanita paruh baya itu tampak sedang bermain dengan Rivans di sana. “Selamat pagi.” Mommy Shea menyapa Kafi yang baru datang. “Ghe ....” Mommy Shea yang melihat Kafi langsung memanggil putrinya. “Duduk dulu, Pak Kafi.” Dia mempersilakan Kafi untuk duduk. Kafi mengangguk. Kemudian segera duduk di kursi teras. Bersebelahan di samping Mommy Shea. Ghea yang mendengar sang mommy memanggil langsung keluar. “Iya, Mom.” Niat hati menghampiri sang mommy, Ghea justru dikejutkan dengan kehadiran Kafi. “Pak Kafi sudah datang.” “Iya, Bu. Baru saja.” Kafi mengulas senyumnya. “Sebentar, saya panggil Gemma dan Kak Kiara dulu.” Ghea kembali masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Kafi dengan sang mommy. Mommy Shea sedikit heran. Dia pikir Kafi datang untuk bertemu Ghea atau Rowan. Namun, ternyata justru ingin mengajak Gemma dan Kiara. Mengajak ke mana, dia penasaran sekali. “Pak Kafi mau pergi dengan Kiara dan Gemma?” Mommy S
Kafi sampai di mal. Dengan riang dia menggandeng Gemma. Tampak Gemma yang begitu senang sekali bisa jalan bersama Kafi.Kiara tampak semringah juga. Entah kenapa perasaannya begitu bahagia sekali. Perasaan ini membuatnya jauh lebih baik dari sebelumnya. “Masih jam setengah sebelas. Apa Gemma sudah lapar?” Kafi menatap Gemma.“Tidak. Gemma belum lapar.” Gemma dengan penuh semangat menjawab.“Kalau begitu bagaimana jika kita main dulu.” Kafi memberikan ide pada Gemma.“Mau-mau.” Gemma tentu saja senang ketika diajak untuk bermain lebih dulu.Kafi segera beralih pada Kiara. “Apa kamu tidak keberatan Gemma main dulu?” tanyanya.“Tidak.” Kiara menggeleng.Mendapati jawaban dari Kiara membuat Kafi merasa senang. Akhirnya dia memutuskan untuk segera mengajak Gemma ke taman bermain.Kafi dan Kiara ikut masuk ke dalam area permainan. Gemma langsung senang ketika melihat kolam bola. Dia segera main di kolam bola.Kiara dan Kafi mengekor di belakang Gemma.“Mommy, sini.” Gemma memanggil Kiara.