“Sementara belum ada sopir, Kak Kiara masih menjemput Gemma denganku. Apa tidak masalah?” Rowan menatap kakaknya. Menanyakan pendapat kakaknya. “Tentu saja tidak masalah.” Kiara mengangguk. “Jika sudah ada sopir. Bolehkah aku mengantarkan juga?” Kiara memang ingin menghabiskan waktu bersama Gemma jadi dia ingin mengambil alih tugas mengantar dan menjemput. Rowan cukup terkejut dengan permintaan Kiara. Menurutnya tidak efisien jika Kiara yang mengantarkan. Lagi pula dia juga mengantarkan Gemma sekalian berangkat kerja bersama sang istri. Ghea yang melihat perubahan wajah sang suami langsung memberikan kode. Meminta sang suami membiarkan saja Kiara mengantar dan menjemput Gemma. “Baiklah jika begitu.” Rowan akhirnya setuju untuk Kiara melakukan hal itu. Seusai sarapan, Rowan dan Ghea segera berangkat bekerja. Mereka berangkat sekaligus mengantarkan Gemma. Karena ada Gemma di dalam mobil, mereka tidak membahas apa yang dikatakan Kiara tadi. Ghea turun lebih dulu untuk mengantarkan
Kiara menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata Kafi yang memanggilnya. Sudah beberapa hari ini Kiara tidak bertemu Kafi. Terakhir kali adalah saat di mal. Itu pun Kiara tidak bicara apa pun pada Kafi. Kafi mengulas senyum ketika melihat Kiara. Dia benar-benar merasa begitu senang, akhirnya dia dapat melihat Kiara juga. Kafi segera menghampiri Kiara. Ingin menyapa Kiara lebih dekat. “Bu Kiara apa kabar?” tanyanya. “Baik, Pak Kafi.” Kiara menganggukkan kepalanya. “Bu Kiara sudah mulai jemput lagi?” tanya Kafi. “Iya, Pak. Kebetulan Rowan sudah pulang. Jadi saya bisa menjemput.” “Bu Kiara dengan Pak Rowan ke sini?” Kafi memastikan. Jangan sampai bicara dengan istri orang di depan suaminya. “Iya, Pak. Saya bersama Rowan.” “Pak Rowannya ke mana?” Kafi berbasa-basi sambil mengedarkan pandangan. Mencari keberadaan Rowan. “Sedang mengangkat telepon.” Tadi saat sampai, ada telepon masuk ke ponsel Rowan. Jadi dia meminta Kiara untuk ke kelas Gemma sendiri. “Kalau begitu
Mendengar permintaan Gemma itu, Kiara langsung bingung. Dia menatap Kafi yang sedang menyetir.“Apa kita bisa cari minum dulu, Pak?” tanya Kiara.“Tentu saja.” Kafi mengangguk pasti.“Tapi, Gemma juga lapar, Mom.” Gemma menatap sang mommy.“Gemma lapar?” Kiara semakin bingung. Jika minum saja, mungkin dia bisa membawa ke minimarket terdekat, tetapi jika sama makan, tentu saja dia tidak bisa.“Bagaimana jika ke restoran saja? Gemma bisa makan dan minum sekaligus.” Kafi memberikan ide.“Gemma mau.”Belum sempat Kiara menjawab, tiba-tiba Gemma sudah menjawab. Jika sudah begini, Kiara tidak punya pilihan lain bukan?“Apa Bu Kiara mengizinkan?” Kafi menatap Kiara dari kaca yang berada di atas dashboard mobil. Kiara tentu saja tidak tega ketika anaknya kelaparan. “Baiklah, Pak, tolong cari restoran terdekat saja.”Mendapati permintaan itu, Kafi segera mencari restoran terdekat. Tak berselang lama setelah mereka berniat ke restoran, mobil berbelok ke restoran. Mereka segera turun ketika sa
Rowan yang mendapatkan pertanyaan itu merasa heran. Kalimat yang dilontarkan Kafi seolah Kiara adalah istrinya. “Apa Pak Kafi mengira Kak Kiara istri saya?” Rowan memastikan lebih dulu. Kafi sedikit bingung ketika Rowan memanggil Kiara dengan embel-embel ‘kak’. Pikirannya melayang memikirkan apa sebenarnya hubungan Rowan dengan Kiara. Apakah selama ini dia salah mengira jika Rowan adalah suami Kiara. “Gemma adalah anak Bu Kiara ‘kan? Gemma juga anak Anda. Jadi bukankah artinya kalian adalah sepasang suami-istri.” Rowan seketika tertawa. Ternyata Kafi mengira jika Kiara adalah istrinya karena mengira Gemma adalah anaknya. Tepat saat Rowan tertawa, Ghea datang. Ghea yang baru masuk disambut dengan suara tawa Rowan. Hal itu tentu saja membuat Ghea bingung. Apa yang membuat suaminya sampai gembira sekali. “Sayang, kamu kenapa tertawa?” Ghea yang penasaran pun bertanya. Rowan mengalihkan pandangan ketika melihat sang istri pulang. “Sayang, kemarilah.” Dia memberikan isyarat tangan. M
Kafi begitu senang sekali ketika mendapati fakta jika Kiara adalah kakak Rowan. Dengan begitu dia bisa mendekati Kiara dengan leluasa. Apalagi tadi dia dengar jika suami Kiara sudah meninggal. “Bagaimana cara aku mendekatinya?” Kafi memikirkan bagaimana mendekati Kiara. Biasanya wanita mendekatinya. Jadi dia bingung ketika harus mendekati lebih dulu. Karena tidak tahu harus mulai dari mana. “Aku akan pikirkan saja nanti.” Mobil Kafi sampai di yayasan. Jadi dia harus segera turun untuk menemui sang papa. Kafi masuk ke kantor. Tepat saat masuk, dia berpapasan dengan sang mama. Tampak sang mama sedang mengobrol dengan karyawannya. “Kamu ke sini, Fi?” tanya Winda. “Iya, Papa meminta aku ke sini.” Kafi menautkan pipi pada sang mama. “Ada apa?” tanya Winda penasaran. “Entah.” Kafi menaikkan bahunya. “Sudah sana temui dulu.” Winda pun menepuk bahu sang anak. Kafi mengangguk. Kemudian berlalu ke ruangan sang papa. Sebelum masuk, dia mengetuk pintu lebih dulu. Saat ada suara dari dala
“Kamu mau ke mana, Fi?” Winda melihat anaknya rapi sekali malam-malam. Tampak Kafi memakai kemeja soft denim dengan celana cream. Kafi memadukan kemeja dengan kaos putih. Memakai kemejanya sebagai kardigan saja. “Ada acara, Ma?” Kafi menjelaskan pada sang mama seraya merapikan kemejanya. “Kencan?” Winda menebak. “Tidak.” Kafi menggeleng. Dia memang tidak sedang pergi berkencan. Jadi mengatakan apa adanya. “Syukurlah. Mama pikir kencan.” Baru Winda mau menjodohkan Kafi dengan Rachel, tiba-tiba sekali anaknya pergi berkencan. Pasti ini akan menyulitkannya. Kafi merasa aneh dengan sang mama. Anaknya tidak pergi berkencan, tetapi tampak senang. “Lalu kamu mau bertemu siapa? Malam minggu Mama justru ditinggal sendiri.” Winda pasti akan merasa kesepian. Mengingat di rumah biasanya hanya berdua dengan Kafi. “Bertemu teman saja, Ma. Mama menonton film atau membaca buku saja.” Kafi memberikan ide pada sang mama. “Iya-iya.” Winda mengangguk saja. “Kamu jangan pulang malam-malam.” Dia me
“Kriteria?” Kafi merasa bingung ketika mendapati pertanyaan itu. “Saya tidak punya kriteria khusus. Yang terpenting saya mencintainya.” Tak banyak yang diinginkan Kafi. “Jika dia punya anak?” Ghea memancing Kafi. Dia ingin tahu reaksi Kafi. “Sayang, kenapa bertanya seperti itu?” Rowan langsung memperingatkan Ghea. “Sayang, aku hanya berpikir jika siapa tahu jika Pak Kafi akan bernasib sama denganku. Dulu aku juga dihadapkan denganmu yang memiliki Gemma. Jadi aku pikir tidak ada salahnya aku bertanya.” Ghea membela dirinya. Merasa jika yang ditanyakan bukan sesuatu yang salah. Rowan tahu maksud sang istri, tapi merasa jika harusnya itu tidak perlu ditanyakan. “Bagi saya tidak masalah. Jika saya menjadi orang kedua yang hadir, maka saya ingin jadi orang terakhir yang hadir di hidupnya.” Kafi sedikit melirik pada Kiara. Entah kenapa hati Kiara merasa begitu senang ketika mendengar jawaban Kafi. Ghea memerhatikan kakak iparnya. Dia merasa jika jawaban Kafi pastinya membuat Kiara se
“Selamat pagi.” Kafi menyapa ketika melihat Mommy Shea yang berada di teras. Wanita paruh baya itu tampak sedang bermain dengan Rivans di sana. “Selamat pagi.” Mommy Shea menyapa Kafi yang baru datang. “Ghe ....” Mommy Shea yang melihat Kafi langsung memanggil putrinya. “Duduk dulu, Pak Kafi.” Dia mempersilakan Kafi untuk duduk. Kafi mengangguk. Kemudian segera duduk di kursi teras. Bersebelahan di samping Mommy Shea. Ghea yang mendengar sang mommy memanggil langsung keluar. “Iya, Mom.” Niat hati menghampiri sang mommy, Ghea justru dikejutkan dengan kehadiran Kafi. “Pak Kafi sudah datang.” “Iya, Bu. Baru saja.” Kafi mengulas senyumnya. “Sebentar, saya panggil Gemma dan Kak Kiara dulu.” Ghea kembali masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Kafi dengan sang mommy. Mommy Shea sedikit heran. Dia pikir Kafi datang untuk bertemu Ghea atau Rowan. Namun, ternyata justru ingin mengajak Gemma dan Kiara. Mengajak ke mana, dia penasaran sekali. “Pak Kafi mau pergi dengan Kiara dan Gemma?” Mommy S
Kiara dan Kafi sampai di hotel. Hotel bertema Santorini tampak begitu indah sekali. Dominasi warna putih dan biru tampak cantik.“Cantik sekali.” Kiara yang melihat kamar yang dapat melihat laut, begitu terpesona. Apalagi suasananya benar-benar serasa di luar negeri.Dia segera membuka pintu balkon. Kolam renang yang berada di depan kamar menghadap ke laut. Warna air yang biru seperti laut membuat hati menjadi begitu tenang sekali. Suasana ini benar-benar memberikan kenyamanan luar biasa.“Kamu suka?” Kafi memeluk Kiara dari belakang. Mendaratkan kecupan di pipi Kiara.Pipi Kiara menghangat. Dia merasa malu dengan apa yang baru saja dilakukan Kafi.“Suka.” Kiara menjawab lirih.“Kita akan menikmati waktu di sini dan menikmati keindahan di sini.” Kafi akan menghabiskan waktu dengan sang istri nanti.Kiara tidak sabar untuk melihat keindahan tempat ini. Apalagi semua orang tahu laut di sini menyajikan keindahan yang luar biasa.Kafi memutar tubuh Kiara. Membuat sang istri berhadapan den
Gemma akhirnya ikut ke kamar hotel. Dia tampak begitu senang sekali. Apalagi dia akan tidur dengan daddy barunya. Kiara dan Kafi pun tidak keberatan sama sekali. Mereka jadi bersemangat ketika melihat Gemma.Saat masuk ke kamar, Kafi segera menyalakan lampu. Gemma yang bersemangat, langsung masuk lebih dulu. Membuat Kiara dan Kafi hanya bisa tersenyum. “Ada bunga.” Gemma yang melihat bunga di atas tempat tidur begitu senang. “Bunganya bentuk love.” Gemma merasa bentuknya begitu bagus sekali.Kiara dan Kafi yang masuk, melihat kamar yang didekor untuk malam pertama. Ada bunga yang ditata di atas tempat tidur. Mereka berdua merasa jika sepertinya memang salah mengajak Gemma ke kamar pengantin. Namun, mau bagaimana lagi, anaknya begitu ingin sekali tidur bersama.“Mommy boleh naik ke tempat tidur?” tanya Gemma.“Gemma bersihkan diri dulu. Ganti baju dulu, baru nanti naik.” Kiara menasihati sang anak.“Baiklah.”Akhirnya Gemma, Kiara, Kafi memilih segera membersihkan diri dulu sebelum ti
Kiara berjalan ke ballroom hotel diantar oleh Rowan. Rowan mengantarkan Kiara pada pria yang akan menjaga Kiara seumur hidupnya. Kiara berjalan dengan perlahan sambil melingkarkan tangannya di lengan Rowan. Kiara tampak gugup sekali hingga Rowan berusaha untuk menenangkan Kiara. Menggenggam tangan Kiara untuk menenangkannya. Saat Rowan memegangi tangannya Kiara jauh lebih tenang.Dari kejauhan tampak Kafi menunggu Kiara di sana. Kafi begitu tampan dengan setelan jas dengan hiasan dasi. Pin bunga yang tersemat di dada sebelah kirinya tampak pas dengan jas yang dipakai. Saat melihat Kiara, Kafi begitu terpesona. Kiara tampak cantik dengan gaun yang dipakainya. Gaun itu membentuk tubuh Kiara. Wajah Kiara yang dirias pun membuat wajahnya semakin cantik. Jelas Kafi dibuat terpesona dengan kecantikan Kiara.Tidak melihat Kiara selama tiga hari karena sang mama melarangnya, membuat Kafi begitu senang ketika melihat Kiara untuk pertama kali. Rasa rindunya sedikit terobati.Kiara melihat Kafi
Kiara yang datang langsung menyalami orang tua Kafi. Ini kali pertama mereka bertemu dan langsung lamaran. Tentu saja perkenalan yang cukup mendadak.Orang tua Kafi melihat Kiara yang begitu cantik, terpeona. Pantas saja anak mereka sampai tergila-gila dengan Kiara. Karena ternyata memang secantik itu Kiara.Setelah berkenalan, Kiara langsung duduk di sofa. Duduk di antara Ghea dan juga Rowan. Tentu saja berhadapan dengan keluarga Kafi.“Kak, keluarga Kafi datang ke sini untuk melamar Kak Kiara. Apakah Kak Kiara mau?” Rowan langsung menatap Kiara.Kiara menatap Kafi sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan adiknya. “Aku mau.” Kiara mengangguk.“Syukurlah. Akhirnya lamaran kita diterima.” Winda merasa senang sekali.Kafi yang mendengar jawaban dari Kiara pun tak kalah senang. Akhirnya satu tahapan dapat dilalui juga.Rowan bernapas lega. Akhirnya Kiara dapat memulai hidup baru. Ini adalah gerbang pembuka untuk Kiara menuju ke masa depan.“Kapan kira-kira pernikahan diadakan? Apa ak
Kafi mengajak Kiara ke restoran hotel Maxton. Kafi memesan satu tempat di sana untuk menikmati makan malam romantis dengan Kiara.Restoran berada di rooftop hotel. Saat sampai sampai mereka langsung disuguhi pemandangan dari atas. Tampak gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi. Lampu-lampu yang menyala tampak indah saat dilihat dari ketinggian. Langit malam pun tampak indah dengan bintang-bintang yang bersinar.“Kenapa sepi?” Kiara tidak mendapatkan satu orang pun di restoran.“Aku memesan semuanya.” Kafi ini makan malam romantis. Karena itu dia memesan satu tempat untuk beberapa jam.Kiara benar-benar tidak menyangka Kafi akan melakukan hal semacam itu. Itu membuat bahagia sekali, karena dengan begitu dia bisa menikmati makan malam romantis dengan Kafi.Kafi menarik mengajak Kiara ke tempat yang sudah dipesan. Alangkankah terkejutnya ketika melihat meja makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil. Tampak begitu cantik sekali.“Kamu mempersiapkan ini?” tanya Kiara.“Iya.” Kafi menarik t
“Kenapa Kak Kiara meminta aku pulang? Apa Kak Kiara baik-baik saja?” tanya Rowan yang panik. Dia takut kakaknya kenapa-kenapa.“Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang aku mau bicarakan denganmu.” Kiara pun menyampaikan apa yang membuatnya menghubungi Rowan.“Ada apa?” tanya Rowan.“Kafi menyatakan cinta padaku. Apa kamu mengizinkan jika aku menerimanya?” Kiara menatap lekat wajah adiknya.Rowan benar-benar tidak menyangka jika Kiara akan menanyakan hal itu. Dia pikir kakaknya sudah menjawab pertanyaan Kafi itu. Namun, ternyata sang kakak menanyakan padanya lebih dulu.“Terima kasih sudah mau bertanya padaku, Kak. Kak Kiara harusnya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Kak Kiara. Sekarang Kak Kiara sudah pulih. Jadi tidak apa-apa jika Kak Kiara menentukan pilihan sendiri.” Rowan menarik tangan Kiara.“Kamu bukan sekadar adikku saja. Kamu adalah waliku. Jadi memang sewajarnya aku meminta izin padamu.” Kiara tidak bisa mengingkari fakta jika Rowan yang bertanggung jawab dengan dir
Rowan sudah menebak jika Kiara akan bertanya hal itu. Senyum manis pun menghiasi wajah Rowan.Bertepatan dengan Kiara yang bertanya, mobil Kafi berhenti tepat di depan rumah.“Kak Kiara tanya sendiri saja pada Pak Kafi.” Rowan langsung melemparkan pada Kafi. Meminta sang kakak mendapat jawab dari Kafi sendiri. Itu akan jauh lebih baik dibanding dirinya yang memberikan jawaban.Kiara langsung mengalihkan pandangan pada mobil Kafi yang berhenti di depan rumah. Tampak Kafi turun dari mobil dan berjalan, menghampiri Kiara dan Rowan.“Apa kamu punya waktu? Aku ingin bicara denganmu.” Kafi menatap Kiara. Ada banyak hal yang harus dibicarakan. Jadi dia ingin mengajak Kiara pergi sebentar.Kiara langsung menatap Rowan. Seolah meminta izin pada adiknya itu. Walaupun Rowan adalah adiknya, tetapi Kiara lebih menganggapnya seorang kakak yang melindungi.“Pergilah, Kak.” Rowan yang mengerti tatapan Kiara itu langsung memberikan izin.Mendapatkan izin dari adiknya, Kiara langsung mengangguk. “Aku a
“Fi, siapa wanita tadi?” Baru juga Kafa sampai rumah, sudah disambut dengan pertanyaan itu.“Aku baru pulang, Ma. Sabar.” Kafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa sang mama langsung melemparkan pertanyaan seperti itu.“Kamu ini, Mama sudah penasaran sejak tadi.” Winda memang sudah ingin tahu sejak tadi. Jadi dia merasa harus segera tahu.“Kafi jelaskan sambil duduk saja.” Kafi pun segera mengajak sang mama untuk di ruang tamu.Winda yang begitu penasaran dan ingin tahu segera ikut sang anak. Dia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.“Wanita tadi namanya Kiara.” Kafi mencoba menjelaskan.“Mama sudah berkenalan tadi. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.” Winda merasa anaknya benar-benar berbasa-basi sekali.Kafi tersenyum. Dia lupa jika sang mama sudah berkenalan. “Kiara adalah ibu dari salah satu anak murid di sekolahan kita. Anak tadi itu adalah anaknya.” Kafi mencoba menceritakan pada sang mama.Winda terdiam sejenak ketika mendengar jika Gemma adalah anak Kiara. T
Kiara langsung memegangi pipinya. Pipinya memang menghangat. Jadi wajar jika pipinya memerah.“Ini bukan karena matahari.” Kiara langsung mengelak.“Lalu karena apa?” tanya Kafi.“Ini karena aku malu.”Kafi langsung tersenyum. Senang sekali ketika melihat rona merah di pipi Kiara. Ternyata Kiara malu karena dirinya.Gemma yang menarik Kafi membuat Kafi akhirnya harus ikut Gemma. Tangan Kafi yang menggenggam Kiara pun membuat Kiara ikut juga. Mereka bertiga bersama-sama menuju ke permainan lain.Gemma meminta untuk berada di bawah tong air. Mereka menunggu air di bawah tong air. Saat air tumpah, Gemma, Kiara, dan Kafi langsung berteriak. Keseruan begitu terasa sekali.Dari sana mereka bermain di kolam busa. Semburan busa tampak begitu seru sekali. Gemma begitu menikmati. Biasanya hanya bermain di bathtub saja kini dia bisa main di kolam besar. Tentu saja itu begitu mengasyikkan sekali.“Ho ... ho ....” Kafi meletakkan busa si bawah dagunya. Tawa Kiara dan Gemma langsung terdengar. Kafi