Topik pembicaraan yang terjalin di antara ketiganya cukup beragam, tetapi tidak ada yang dibicarakan sampai tuntas dan utuh.Sergio menggelengkan kepalanya tanpa daya. Melihat Rafael terus menenggak minumannya, dia langsung merebut gelas di tangannya. "Jangan minum lagi. Mana puas minum sendirian.""Sergio, hatiku sakit!" Rafael bersandar di sofa, menunjukkan ekspresi sedih di wajahnya.Hati Sergio melunak dan dia bertanya lagi, "Apa yang terjadi sampai membuat seorang Rafael yang selalu optimis jadi seterpuruk ini?"Kepala Rafael perlahan terkulai ke bawah, jarang-jarang rambutnya tidak ditata rapi. Penampilannya yang seperti ini terlihat kalem, tetapi pada saat yang sama, entah kenapa malah membuatnya terlihat lebih menyedihkan.Vexal dan Sergio sama-sama menatapnya, menunggu jawabannya dengan sabar.Siapa pun yang mengenal Rafael dengan baik pasti tahu kalau dia adalah orang yang paling tidak bisa menyembunyikan apa pun.Jadi, jika mereka ingin mengetahui sesuatu, yang harus mereka
Sergio sedikit mengerutkan kening, lalu bertanya, "Wanita seperti apa? Apa kita berdua pernah bertemu dengannya? Kenapa aku nggak pernah dengar kamu bahas soal dia?"Mata Rafael berkilat. Dia tergagap, tidak berani menyebutkan nama wanita itu. "Kamu ... sepertinya nggak kenal sama dia. Intinya aku lagi patah hati dan hatiku sakit. Aku nggak akan pulang kalau belum mabuk."Sergio terdiam cukup lama, lalu bertanya, "Selama ini kamu terus gonta-ganti pasangan, tapi aku belum pernah lihat kamu kayak gini."Vexal mengangguk setuju, "Ya, aku juga belum pernah lihat kamu sampai begini."Setelah itu, Vexal mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, lalu mengarahkannya ke Rafael.Rafael menyadari niat Vexal, lalu mendongak sambil bertanya bingung, "Kamu mau apa?"Vexal menjawab, "Foto buat kenang-kenangan. Jarang-jarang kamu sampai begini, jadi harus diabadikan."Sahabat yang baik adalah sahabat yang menyimpan banyak hal buruk tentang sahabatnya, lalu menertawakannya sampai puas.Rafael, "..."Apa V
Benar-benar biadab!Tidak bisa! Dia tidak bisa membiarkan masalah ini berlalu tanpa membalaskan dendam!Sergio melirik Rafael dengan penuh pemikiran....Hazel dan Winda terjaga hampir sepanjang malam. Sudah lama sekali mereka tidak berbaring di ranjang yang sama. Mereka mengobrol sepanjang malam, mulai dari pekerjaan hingga drama terbaru yang mereka sukai, gosip hiburan, tas dan perhiasan baru ....Hingga subuh, keduanya akhirnya tidak bisa menahan kantuk dan beristirahat sejenak.Begitu alarm jam berbunyi, dia pun terbangun, tidak lupa membangunkan Winda yang masih tertidur. "Winda, bangun! Nanti kamu telat ke kantornya."Dia sendiri juga harus menghadiri rapat pagi!Winda mengiakan pelan dan tubuhnya sedikit bergerak, tetapi tertidur kembali.Hazel tertawa getir, lalu menariknya dengan paksa. "Jangan tidur lagi, kamu harus kerja! Jangan sampai gajimu dipotong karena terlambat!"Begitu mendengar kata gaji, Winda langsung membuka matanya dan pergi mandi. Dia membawa tasnya dan bergega
Sergio yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Hazel, lalu bertanya dengan alis terangkat, "Bicara apa?""Bicara soal pekerjaan. Kemampuannya memang di atas rata-rata, tapi akan sangat bahaya kalau tetap mempertahankannya."Hingga kini, Hazel tidak tahu apa yang diinginkan Yudhis sebenarnya.Kehadirannya adalah sebuah bom waktu.Bom waktu yang bisa meledak kapan saja.Daripada terus menerus berada dalam keadaan waspada setiap hari, lebih baik mengambil inisiatif dan memaksa Yudhis untuk mengungkapkan niat dan tujuannya yang sebenarnya.Sergio mengangguk mengizinkan, "Boleh saja. Kamu bisa putuskan apa pun yang kamu inginkan, tapi usahakan jangan cuma berdua saja. Orang ini punya kepribadian yang nggak bisa ditebak.""Ya, aku akan mengingatnya."Hazel mengangguk pelan.Ketika melewati toko yang menjual sarapan, Sergio menghentikan mobilnya dan keluar untuk membeli sarapan, menyerahkannya kepada Hazel untuk dimakan.Hazel yang diperlakukan seperti ini hatinya langsung menghangat, mer
Belum sempat keluar dari mobil, pergelangan tangan Hazel dicengkeram oleh telapak tangan yang hangat, menariknya kembali.Sebelum Hazel sempat bereaksi, tubuhnya jatuh kembali ke kursi samping kemudi, menatap kosong ke arah Sergio.Sergio mengerucutkan bibirnya. Tatapannya yang dalam menatap Hazel tanpa berbicara.Dalam sekejap, Hazel langsung mengerti apa yang Sergio inginkan.Dia tersenyum tidak berdaya, lalu memiringkan kepalanya dan menjatuhkan ciuman lembut di bibir Sergio. Lalu, dia melambaikan tangannya sambil tersenyum tipis. "Sampai jumpa suamiku, aku akan merindukanmu!"Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban dari Sergio, dia langsung membuka pintu mobil dan melangkah keluar.Sergio menatap kepergian Hazel. Jari-jari rampingnya yang indah dengan lembut menyentuh bibir bawahnya, lalu tersenyum puas.Setelah sampai di kantor, Hazel memanggil Yudhis ke ruangannya.Yudhis terlihat tidak dalam keadaan yang baik. Wajahnya sedikit kuyu, bahkan dia terkesan sedikit acak-acakan
Hazel terdiam, seakan-akan ada sesuatu yang tiba-tiba meledak di benaknya."Apa katamu?"Bagaimana mungkin bayi di dalam perut Winda bukan akan Yudhis?Winda memang gadis yang cukup gila kalau sudah jatuh cinta, tetapi dia bukan gadis yang akan melakukannya dengan siapa saja.Ini tidak mungkin!Yudhis bisa melihat keterkejutan di bawah mata Hazel, lalu memutuskan untuk menjelaskan, "Yang bersama Winda malam itu bukan aku."Hazel masih belum pulih dari keterkejutannya. Dia sudah membuka mulutnya, tetapi tidak tahu harus berkata apa.Yudhis tampak puas dengan reaksinya dan mendekatinya lagi, sambil bergumam di telinganya."Semua kekhawatiranmu itu nggak berdasar. Selama kamu mau, aku bisa membawamu pergi sejauh yang kamu mau.""Gila!" Hazel menyela sambil mencibir, lalu mendorong Yudhis dengan paksa. "Aku nggak tertarik padamu. Selain itu, aku sudah menikah.Yudhis sama sekali tidak peduli. "Menikah atau nggak, aku bisa merebutmu dari Sergio kalau kamu mau."Hazel tampak seperti mendenga
Setelah kejadian ini, banyak orang berpikiran macam-macam.Tidak disangka Bu Hazel ternyata orang yang seperti itu.Sudah punya Sergio, tetapi masih belum merasa cukup, sampai melakukan hal seperti itu di ruangannya dengan pegawainya.Benar-benar tidak bisa dinalar.Hazel merasa ada yang mengganjal di hatinya begitu menyadari kalau mereka salah paham dengannya.Dia memelototi Yudhis dengan kesal, lalu berkata dengan suara dalam yang penuh peringatan, "Nggak usah berlebihan!""Mana mungkin. Aku harusnya malah lebih menyayangi Bu Hazel."Jawaban Yudhis terkesan ambigu, seakan dia memang memiliki hubungan seperti itu dengan Hazel.Nada bicaranya terkesan sombong dan tidak merahasiakan apa pun, benar-benar ingin orang lain salah paham dan berpikiran aneh-aneh.Setelah mengatakan itu dia masih sempat tersenyum tipis, lalu berjalan keluar tanpa menoleh ke belakang di bawah tatapan semua orang.Hazel menghela napas panjang. Dia ingin sekali menarik Yudhis kembali, lalu memintanya menjelaskan
Sore harinya, Intan datang ke ruangan Hazel dan mengatakan, "Bu Hazel, malam ini ada acara makan malam amal di Lumina Hotel. Penyelenggara mengundang Bu Hazel untuk datang. Gaun untuk pergi ke sana sudah disiapkan.""Ya."Hazel mengangguk, menandakan kalau dia mengerti.Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan menoleh untuk melihat Intan di belakangnya."Bu Intan, malam ini kamu nggak perlu ikut. Aku akan meminta Risma buat ikut denganku."Intan tertegun, sedikit kepanikan melintas di pelupuk matanya. Lalu, dia bertanya dengan penuh semangat, "Kenapa? Bu Hazel, apa ada yang kurang dengan kinerja saya?"Hazel tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Matanya tertuju pada perut Intan, lalu dia menjawab, "Kamu lagi hamil, jadi lebih baik jangan pakai sepatu setinggi itu. Ada banyak hal di perjamuan nanti, jangan sampai bayi dalam kandunganmu kenapa-kenapa."Hazel memang menyukai anak kecil.Meskipun masih belum punya pemikiran untuk memiliki anak, masalah ini selalu ada dala
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya