Winda tiba-tiba mengangkat matanya dan bertanya sambil mengernyitkan dahi, "Apa kamu mengenal pacarku?"Rafael menyangkal tanpa pikir panjang, "Mana mungkin! Aku ini orang yang menjunjung tinggi keadilan, jadi nggak suka melihat orang yang suka bersikap sok baik sepertinya."Ekspresi Winda terlihat canggung, tidak tahu harus menjawab apa.Hazel terbatuk pelan, lalu mengingatkan, "Rafael, bicara yang sopan. Bagaimanapun juga dia pacar Winda.""Hazel, kamu memarahiku?" Rafael langsung terlihat sedih."Sudahlah. Demi Hazel, aku akan membiarkannya untuk saat ini!"Dia sangat murah hati, jadi tidak akan memperpanjang masalah dengan orang seperti Yudhis.Toilet.Sergio sedang berdiri di depan wastafel untuk mencuci tangan ketika Yudhis tiba-tiba masuk dan perlahan-lahan berhenti di belakangnya.Sergio yang mendengar suara langkah kaki perlahan-lahan mendongak ke atas.Melalui cermin di depannya, dia melihat siapa orang yang datang itu."Ada urusan?"Mendengar nada suaranya yang dingin, sudut
Melihat mereka mengobrol dengan begitu antusias, Sergio tidak senang dan melingkarkan lengannya di pundak Hazel, menariknya ke dalam pelukannya."Kalau istriku punya masalah, dia cukup meminta bantuan padaku. Kalian nggak dibutuhkan."Rafael yang dipapah oleh Vexal pun menggodanya, "Wah, protektif sekali sama istri. Sergio, sifat posesifmu kuat sekali. Cuma Hazel yang tahan sama kamu."Digoda di depan banyak orang, Hazel merasa agak malu dan pipinya memerah.Namun, Sergio menanggapinya dengan tenang. Dia menundukkan kepalanya untuk memberikan ciuman kepada Hazel, lalu mengatakan, "Tentu saja. Kita memang sudah ditakdirkan untuk bersama, jadi kita serasi dalam hal apa pun."Melihat Sergio berbicara tentang cinta seolah-olah tidak ada orang lain di sana, semua orang menunjukkan raut masam.Rafael menutupi dadanya dan membuat ekspresi sakit hati. "Aduh, kasihan sekali jomblo sepertiku ini. Nemenin kalian makan saja masih disuguhi kemesraan kalian! Benar-benar menyebalkan!"Mata Vexal berk
"Nyonya Hazel, kenapa kamu menggemaskan sekali?"Begitu menggemaskan hingga membuat Sergio ingin menggigitnya.Hazel mengerjap bingung, tidak mengerti kenapa Sergio tiba-tiba menciumnya lagi.Melihat tatapan bingung Hazel, senyum di sudut bibir Sergio terkembang makin dalam. Dia mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Hazel, lalu menarik tangannya untuk masuk ke mobil. "Ayo, pulang."Setengah jam kemudian, mobil tiba di Grand Permata.Adam langsung keluar untuk menyambut mereka dengan wajah tertekuk. "Tuan, Nyonya, Tuan Justin datang bersama Nona Darra. Katanya mereka ingin meminta tolong.""Mereka benar-benar masih berani datang ke mari," cibir Sergio.Adam menghela napas dan berkata, "Saya sudah bilang kepada mereka kalau Tuan dan Nyonya nggak di rumah, meminta mereka pergi tulu. Tapi entah apa pun yang saya katakan, mereka tetap nggak mau pergi dan bersikeras menunggu kalian kembali."Selama bertahun-tahun menjadi kepala pelayan, Adam belum pernah bertemu dengan orang-ora
Hazel juga menatap Justin, hanya saja sorot matanya begitu dingin, seperti tengah menatap orang asing.Justin merasa tidak nyaman mendapatkan tatapan seperti ini dari Hazel. Harusnya tidak seperti ini.Dulu, Hazel selalu mengikutinya ke mana-mana. Semua orang mengatakan kalau Hazel sangat mencintainya, bahkan dia rela menjadi ban serep.Namun, entah sejak kapan semuanya mulai berubah.Melihat Justin menatapnya dengan sorot sedih dan penuh penyesalan, Hazel mengerutkan kening, merasa sedikit jijik."Justin, kalau ada yang ingin kamu katakan, lebih baik cepat katakan. Aku dan suamiku sangat lelah setelah menjalani hari yang panjang. Kami harus istirahat."Katanya sambil berinisiatif menggandeng lengan Sergio.Sergio awalnya merasa tidak senang karena tatapan mata Justin. Namun, ketika dia melihat Hazel berinisiatif untuk menggandeng lengannya, kesuraman di hatinya langsung menghilang.Dia mengulurkan tangan, menarik Hazel ke dalam pelukannya dan menatap Justin dengan tatapan sedingin es.
Darra membeku di tempat, menatap tangannya yang tergantung di udara dengan tidak percaya.Sejak kapan Hazel menjadi begitu pandai berpura-pura?Tangannya saja masih belum menyentuhnya.Ini fitnah, 'kan? Dia benar-benar menjebaknya!Wajah Darra berubah sedih dan matanya memerah. Dia menatap Justin untuk meminta bantuan. "Justin, barusan kamu juga lihat sendiri. Aku nggak menyentuhnya, dia sengaja menjebakku."Justin menatap Hazel yang berada dalam pelukan Sergio dan tidak mengatakan apa-apa,Hazel perlahan mengangkat wajahnya dari pelukan Sergio dan tidak terlihat kesedihan sedikit pun di matanya."Darra, gimana rasanya dituduh hal yang nggak benar? Kamu harus tahu kalau dikeluarkan dari kampus sudah merupakan hukuman yang paling ringan untukmu."Wajah Darra membeku dan Justin terdiam.Sergio melirik ke arah jam dan menyadari kalau sekarang sudah hampir pukul sebelas malam. Lalu, dia mengatakan, "Sudah malam, kalian bisa pergi sekarang."Darra dan Justin saling berpandangan dan tetap be
Darra tercengang mendengar pertanyaan Hazel dan tidak tahu harus menjawab apa.Sebenarnya jauh di lubuk hatinya, dia tahu kalau dia tidak boleh membenci Hazel. Namun, dia tidak bisa melakukan itu.Karena jika bukan karena Hazel, dia tidak akan menjadi anak haram.Mungkin identitas mereka telah menakdirkan mereka untuk berada di sisi yang berlawanan selama sisa hidup mereka."Hazel, jangan mengalihkan pembicaraan. Bukan ini yang harus kita perdebatkan. Aku sudah minta maaf, kenapa kamu masih nggak mau melepaskanku?"Hazel tiba-tiba tertawa keras. "Kenapa aku harus melepaskanmu?"Darra mengepalkan tangannya perlahan dan tidak bisa menahan amarah di dalam hatinya. "Hazel, jangan bilang kamu masih cinta sama Kak Justin, jadi sengaja memperlakukanku seperti ini? Benar juga, apalagi kamu sudah mencintai Kak Justin selama bertahun-tahun."Saat mengatakan hal ini, dia sengaja mengeraskan suaranya agar Sergio bisa mendengarnya.Seperti yang sudah diduga. Begitu mendengar perkataannya, wajah Ser
Hazel awalnya tidak ingin mengatakan semua ini. Namun, Darra terus saja memojokkannya dan tidak melepaskannya.Selain itu, dia tidak ingin Sergio salah paham.Ketika kata-kata itu keluar, baik Justin maupun Darra terkejut dan langsung terdiam.Sebelumnya, Justin sering secara sengaja atau tidak sengaja menyombongkan diri di depan para tuan muda kaya yang lain, mengatakan kalau dia bukan hanya menemukan cinta sejatinya, tetapi juga menemukan tunangan yang mencintainya mati-matian.Darra juga bangga karena telah merebut tunangan Hazel.Namun pada saat ini, Hazel mengatakan kepada mereka kalau dia tidak pernah benar-benar mencintai Justin.Jika seperti ini, semua hal yang dulu mereka banggakan berubah menjadi lelucon.Justin langsung linglung dan terus menggelengkan kepalanya sambil bergumam, "Nggak, aku nggak percaya. Nggak mungkin seperti itu. Hazel, kamu mencintaiku. Kamu bilang begini pasti karena lagi marah saja, 'kan?"Hazel mengaitkan bibirnya dan mengejek, "Bukannya dulu kamu sang
Hazel tidak menyangka Sergio akan begitu sulit dihadapi hari ini, bersikeras untuk mendapatkan jawabannya.Dia tidak bisa menahan rasa malu di hatinya, jantungnya bahkan berdebar kencang dan tidak terkendali.Hazel memalingkan wajahnya, menekan lonjakan dalam hatinya dan berbicara dengan suara pelan, "Kamu."Jelas hanya sebuah kalimat sederhana, tetapi membutuhkan seluruh keberanian untuk diucapkan. Setelah mengatakan itu, dia bahkan tidak berani menatap mata Sergio lagi.Meskipun tidak melihat wajah Sergio, Hazel masih bisa merasakan betapa panas dan bergulirnya tatapan Sergio saat dia mengucapkan kata itu.Mendapat jawaban yang ingin didengarnya, hati Sergio terasa seperti dipenuhi sesuatu.Dia memeluk Hazel dengan erat, jari-jari rampingnya mengangkat dagu Hazel, lalu mencium bibirnya.Pada saat itu, tidak peduli berapa banyak kata yang diucapkan, semua itu tidak cukup untuk mengungkapkan kegembiraan di dalam hatinya.Hazel mungkin tidak tahu sudah berapa tahun dia menunggu kata-kat
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya