/ Romansa / Hati yang Terikat Takdir / Bab 6 - Hati yang Bersikeras

공유

Bab 6 - Hati yang Bersikeras

작가: Rizki Adinda
last update 최신 업데이트: 2024-10-15 15:24:59

"Aku sudah di sini, Arum."

Arum membuka pintu dan melihat Rendra berdiri di sana, wajahnya serius namun ada kelembutan yang jarang ia perlihatkan. Di belakangnya, malam terasa sunyi, dan cahaya bulan menerangi wajah Rendra, membuat Arum terdiam sejenak.

“Masuklah,” kata Arum dengan suara pelan, mencoba menyembunyikan kegugupan yang terasa hingga ke ujung jarinya.

Rendra melangkah masuk, dan mereka duduk di ruang tamu kecil Arum yang sederhana namun nyaman. Arum bisa melihat sorot mata Rendra yang seolah menyimpan kegundahan, namun ada tekad kuat di sana.

"Arum," Rendra mulai, suara berat namun tenang, “Aku baru saja bicara dengan ayahku.”

Arum menahan napas, menunggu dengan cemas. Ia tahu betapa sulitnya pembicaraan itu bagi Rendra, dan ia takut mendengar bahwa akhirnya Rendra harus menyerah pada tekanan keluarga.

“Ayahku… dia memberiku pilihan. Pilihan yang berarti aku harus melepaskan segala yang selama ini keluargaku persiapkan untukku,” lanjut Rendra, menatap Arum dalam-dalam.

“Aku akan kehilangan semua fasilitas dan hak waris yang sudah disiapkan. Tapi…” ia terdiam sejenak, seolah berusaha menenangkan dirinya, “aku siap melepaskan itu semua, kalau itu artinya aku bisa menjalani hidup yang kuinginkan—bersama kamu.”

Arum tertegun, matanya tak mampu lepas dari tatapan Rendra. Kata-kata Rendra terasa begitu berat, namun di balik ketegasannya, Arum bisa merasakan ketulusan yang menggetarkan hati.

Ia tahu, keputusan ini bukanlah keputusan yang mudah, dan jika Rendra benar-benar melepaskan keluarganya, konsekuensinya akan sangat besar.

"Rendra… kamu yakin dengan keputusan ini?" Arum berbisik, suaranya hampir tak terdengar. Hatinya bimbang, di antara kebahagiaan dan ketakutan.

Ia tahu bahwa cinta mereka harus diperjuangkan, namun ia juga sadar betapa sulitnya hidup tanpa dukungan keluarga, terutama bagi seseorang seperti Rendra yang selama ini hidup dalam lingkungan yang penuh kemewahan.

Rendra mengangguk pelan, tanpa ragu. “Aku yakin, Arum. Mungkin ini akan jadi jalan yang sulit, tapi aku tak bisa terus hidup dalam kebohongan. Aku tak bisa berpura-pura mencintai seseorang lain ketika hatiku hanya untukmu.”

Arum merasakan matanya mulai memanas. Ia begitu tersentuh oleh keteguhan hati Rendra, namun di saat yang sama, ia merasa takut akan kenyataan yang harus mereka hadapi. “Tapi, Rendra… bagaimana dengan keluargamu? Bagaimana kalau mereka benar-benar memutuskan hubungan denganmu?”

Rendra tersenyum kecil, meskipun ada kesedihan yang jelas di wajahnya. “Kalau itu yang mereka inginkan, aku akan menerimanya. Aku tak bisa hidup tanpa dirimu, Arum. Dan aku tak ingin menghabiskan hidupku untuk sesuatu yang tak pernah kuinginkan.”

Di saat itu, Arum menyadari bahwa cinta yang ia miliki untuk Rendra bukanlah cinta yang bisa ia abaikan. Meski hatinya diliputi keraguan, ia tahu bahwa Rendra adalah bagian dari hidupnya yang tak pernah bisa tergantikan.

Dengan air mata yang menggantung di pelupuk mata, Arum meraih tangan Rendra, menggenggamnya erat.

“Aku… aku akan bersamamu, Rendra. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada di sampingmu,” kata Arum dengan suara bergetar.

Ia tahu ini mungkin adalah keputusan yang paling berani dan berisiko dalam hidupnya, namun hatinya telah memutuskan untuk memperjuangkan cinta yang mereka miliki, meski itu berarti harus menghadapi dunia bersama-sama.

**

Namun, malam itu belum berakhir. Di tempat lain, keluarga Santoso tengah dilanda keresahan yang tak tertahankan. Argono dan Fajar duduk bersama di ruang tamu rumah besar mereka, wajah mereka tegang dan penuh kemarahan.

“Anak itu benar-benar tidak tahu diuntung,” gumam Argono dengan suara berat, menatap Fajar dengan kekecewaan yang mendalam. “Setelah semua yang telah kita lakukan untuknya, dia memilih meninggalkan keluarganya demi seorang gadis.”

Fajar mengangguk, wajahnya menunjukkan keseriusan. “Paman, mungkin kita perlu mengambil tindakan lebih tegas. Kita tak bisa membiarkan Rendra berpikir bahwa ia bisa memilih jalan hidupnya sesuka hati.”

Argono mengangguk, sorot matanya menunjukkan ketegasan.

“Aku tak akan membiarkan kehormatan keluarga ini ternoda oleh keputusan ceroboh Rendra. Aku akan menghubungi orang tua Intan dan menjelaskan situasinya. Dan jika perlu… kita akan membuat Rendra mengerti apa arti sebenarnya dari tanggung jawab.”

Di dalam hatinya, Argono merasa marah sekaligus terluka. Bagi Argono, keluarga adalah segalanya, dan Rendra adalah pewaris yang ia banggakan. Namun, melihat anaknya memilih jalan yang ia anggap tak masuk akal demi cinta, adalah penghinaan yang tak bisa ia terima.

**

Keesokan harinya, Arum dan Rendra bertemu lagi di taman kota tempat mereka sering bermain semasa kecil. Mereka duduk di bangku yang sama, berdekatan, membiarkan keheningan mengalir di antara mereka, menikmati momen tenang sebelum badai yang mungkin datang.

"Apakah kamu benar-benar siap untuk ini?" tanya Arum, menatap Rendra dengan kekhawatiran yang masih tersisa.

Rendra tersenyum dan mengangguk. “Aku tahu jalan ini akan sulit, tapi aku tahu aku tak akan pernah menyesal. Aku lebih baik hidup sederhana denganmu daripada hidup dalam kemewahan tanpa cinta.”

Arum tersenyum kecil, merasa hatinya penuh dengan cinta dan kepercayaan pada Rendra. Meski keraguan masih ada, ia memilih untuk percaya pada cinta mereka, dan pada keberanian yang kini ada dalam diri mereka.

Namun, ketika mereka tengah menikmati momen itu, sebuah suara terdengar dari belakang mereka.

“Rendra.”

Keduanya menoleh dan mendapati Fajar berdiri di sana, wajahnya tegang dan penuh amarah. Ia mendekat dengan langkah cepat, menatap Rendra dengan tatapan yang sulit dijelaskan, penuh kecewa dan marah.

“Kamu benar-benar memilih ini, Rendra?” tanya Fajar, suaranya hampir berbisik namun terdengar jelas di telinga mereka. “Memilih meninggalkan keluargamu demi sesuatu yang tak masuk akal ini?”

Rendra mengangkat wajahnya, menatap sepupunya tanpa gentar. “Fajar, aku tahu ini sulit dipahami, tapi aku tak bisa melanjutkan hidup tanpa mengikut hati nuraniku.”

Fajar mendengus, menatap Arum sekilas dengan pandangan penuh rasa sinis. “Dan kamu, Arum. Apa kamu benar-benar berpikir bahwa kamu bisa menjadi bagian dari hidupnya? Apa kamu tak sadar, keputusan ini akan menghancurkan semuanya?”

Arum merasa terpojok, namun ia menguatkan dirinya. “Aku tahu, Fajar. Tapi aku mencintainya, dan aku yakin bahwa cinta kami layak diperjuangkan.”

Fajar hanya menggelengkan kepala, seolah tak percaya pada apa yang ia dengar. Ia menatap Rendra sekali lagi, sorot matanya menunjukkan rasa sakit yang tak bisa ia sembunyikan.

“Kau benar-benar mengkhianati keluarga ini, Rendra. Apa yang kau lakukan ini adalah penghinaan bagi semua yang selama ini kita perjuangkan,” kata Fajar, suaranya mulai bergetar oleh emosi. “Aku berharap kau sadar, tapi kalau kau tetap ingin menjalani jalan ini, jangan harap kau bisa kembali.”

Rendra hanya diam, namun tatapannya tak berubah. Ia tahu bahwa keputusan ini mungkin akan mengubah hidupnya selamanya, tapi ia juga tahu bahwa ini adalah satu-satunya jalan untuk meraih kebahagiaan yang sejati.

Ketika Fajar berbalik dan meninggalkan mereka, Arum meraih tangan Rendra dengan lembut, menggenggamnya erat. “Aku akan ada di sini, Rendra. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu bersamamu.”

Rendra tersenyum, merasa bahwa cinta mereka adalah satu-satunya hal yang pasti di tengah ketidakpastian yang mereka hadapi. Dengan hati yang teguh, mereka tahu bahwa jalan yang akan mereka tempuh tidak akan mudah.

Namun, dengan cinta dan keberanian, mereka siap melawan segalanya—bersama-sama.

**

Malam itu, di tengah ketenangan yang penuh dengan ketegangan, Arum dan Rendra duduk berdua, memandang bintang-bintang yang bertaburan di langit. Mereka berbicara tentang masa depan, tentang harapan, dan tentang keberanian untuk terus maju meski takdir terasa begitu berat.

Di dalam hati mereka, ada keyakinan bahwa cinta mereka akan cukup kuat untuk menghadapi apa pun. Meski keluarga, tradisi, dan dunia di sekitar mereka tampak menentang, mereka memilih untuk percaya bahwa cinta sejati akan menemukan jalannya.

Dan malam itu, di bawah sinar bintang yang berkilauan, mereka membuat janji baru. Janji bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan tetap bertahan, saling mendukung, dan tak pernah menyerah pada cinta yang telah mengikat hati mereka.

관련 챕터

  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 7 - Pengaruh Fajar

    "Kau tahu, keputusan ini akan membawa banyak konsekuensi."Fajar menatap Rendra tajam di ruang tamu rumah besar keluarga Santoso, wajahnya keras tanpa menyembunyikan kemarahan yang telah ia tahan selama beberapa waktu.Rendra duduk berhadapan dengannya, matanya tajam namun tenang, seolah siap menerima apa pun yang akan disampaikan oleh sepupunya."Aku paham, Fajar," jawab Rendra pelan namun tegas. "Aku sudah memilih jalan ini, dan aku siap menanggung semua risikonya."Fajar menghela napas, menatap Rendra dengan tatapan yang sulit ditebak. "Rendra, ini bukan hanya soal dirimu. Ini soal keluarga, soal harga diri kita. Kau tahu, bukan hanya Paman yang akan merasa kecewa. Seluruh keluarga besar akan merasa dikhianati oleh keputusanmu.”Rendra hanya menatapnya, mencoba menahan rasa sakit yang terasa menghimpit di dadanya. Meski ia berusaha kuat, kata-kata Fajar tetap terasa menyayat, seperti pisau tajam yang menusuk harga dirinya.Ia tahu bahwa keputusannya untuk memperjuangkan cinta denga

    최신 업데이트 : 2024-10-15
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 8 - Cinta yang Tak Terungkap

    “Mas, sebenarnya apa yang membuatmu begitu yakin?” Ratna memandangi Rendra dengan tatapan yang sarat emosi. Malam itu, Ratna bertemu Rendra di sebuah galeri kecil tempatnya sering menghabiskan waktu untuk melukis.Ia merasa perlu berbicara, untuk menuntaskan perasaan yang selama ini hanya ia simpan sendiri.Rendra menatap Ratna, mencoba membaca ekspresi yang tersembunyi di balik wajah lembut sahabatnya. Ia selalu menghargai kehadiran Ratna dalam hidupnya—teman yang setia dan sosok yang selalu ia anggap sebagai adik.Namun ia menyadari, sejak ia memilih Arum dan memutuskan hubungan dengan keluarganya, ada jarak yang mulai terlihat di antara mereka."Ratna," ujar Rendra pelan, berusaha memilih kata dengan hati-hati, "aku tahu ini tak mudah bagi siapa pun. Tapi aku merasa inilah yang benar untukku. Hati ini tak bisa dipaksa, dan aku tak bisa hidup dalam kebohongan."Ratna tersenyum, meski senyumnya mengandung kesedihan yang hanya ia sendiri yang tahu. Ia merasa sakit, tetapi ia tak bisa

    최신 업데이트 : 2024-10-15
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 9 - Kembalinya Rini

    "Apa kabar, Rendra?"Suara lembut dan familiar itu membuat Rendra menghentikan langkahnya di lorong kantor kecil tempat ia mulai bekerja. Rini Kartika Sari berdiri di depannya, sosok yang dulu pernah mengisi hari-harinya dan kini muncul kembali dengan senyum penuh arti.Rendra tertegun sesaat, tak menyangka akan melihat Rini di tempat ini, pada saat yang begitu tak terduga.“Rini…” bisik Rendra, masih tak percaya. “Sudah lama sekali.”Rini tersenyum, senyum yang sama seperti dulu, ketika mereka masih bersama. “Memang sudah lama. Aku mendengar kau sudah keluar dari keluarga Santoso, dan aku hanya ingin tahu kabarmu.”Rendra mengangguk pelan, mencoba memahami maksud di balik kedatangan Rini. “Aku baik-baik saja, meski hidup sekarang lebih sederhana. Aku merasa lebih damai seperti ini, Rini.”Rini tersenyum tipis, menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak. “Aku mengerti. Namun aku berharap kesederhanaan itu membuatmu bahagia, Rendra. Karena, dari apa yang kudengar, kau melepaskan begi

    최신 업데이트 : 2024-10-15
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 10 - Harapan di Tengah Ancaman

    "Kita akan baik-baik saja, kan, Rendra?"Arum memandang Rendra di seberang meja makan sederhana mereka, suaranya bergetar meski ia berusaha terdengar yakin. Malam itu terasa berat, ancaman dari keluarga Santoso masih menggantung di atas mereka, sebuah peringatan bahwa cinta mereka tak akan diterima dengan mudah.Namun, meski Arum merasa cemas, ada keteguhan yang terpancar dari tatapannya.Rendra mengulurkan tangan, menggenggam tangan Arum dengan lembut. “Kita pasti bisa melewati ini, Arum. Aku percaya pada cinta kita, dan aku percaya kita cukup kuat untuk melawan semua tantangan.”Arum tersenyum kecil, meski hatinya masih diliputi kekhawatiran. “Aku tahu, Rendra. Tapi… aku juga tak bisa menyangkal, keluargamu punya pengaruh besar. Mereka pasti punya cara-cara yang tak kita duga.”Rendra mengangguk pelan, menyadari kebenaran dalam kata-kata Arum. Ia tahu bahwa keluarga besar Santoso memiliki jaringan dan kekuasaan yang mampu menggerakkan banyak hal. Namun ia memilih untuk tetap teguh,

    최신 업데이트 : 2024-10-15
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 11 - Hubungan yang Meregang

    "Kenapa kamu jadi sering diam, Rendra?"Arum mengaduk kopi yang sudah mulai dingin di cangkirnya, sesekali memandang pria di hadapannya yang lebih banyak termenung daripada berbicara. Udara di ruangan itu seolah kental dengan ketegangan, menggantung seperti beban yang tak kasatmata.Arum mengerutkan kening, tak mampu menyembunyikan kecemasan yang perlahan-lahan menggerogoti hatinya.Rendra, yang duduk bersandar di sofa dengan tangan terlipat di dada, mendongak perlahan. Matanya terlihat sayu, menunjukkan kelelahan yang ia coba sembunyikan sejak awal pertemuan mereka malam ini.“Aku sedang berpikir, Arum… soal kita.” Suaranya pelan, hampir tenggelam di tengah keheningan ruangan, namun terdengar cukup jelas bagi Arum untuk merasakan kegundahan di balik kata-kata itu.Arum menarik napas dalam, seolah mencoba menyerap ketenangan yang tersisa di dirinya. Kata-kata Rendra terasa menusuk, seperti jarum halus yang perlahan menembus hati. Ia meletakkan sendok di samping cangkirnya dengan gemeta

    최신 업데이트 : 2024-10-29
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 12 - Pertemuan yang Tak Disangka

    “Arum? Kamu di sini juga?”Arum menoleh, terkejut mendengar suara yang familier. Ia baru saja memasuki aula besar hotel mewah tempat acara amal itu diadakan, merasa canggung di antara tamu-tamu berpakaian glamor dan elegan.Senyum kecil muncul di wajahnya saat ia melihat Arga berdiri di sana, tampak berwibawa dengan jas hitam yang pas di tubuhnya, rambutnya disisir rapi, dan tatapannya hangat seperti biasa."Arga," sapa Arum sambil tersenyum lelah. "Iya, aku diundang salah satu rekan kerjaku. Awalnya sempat ragu datang."Arga tertawa pelan, suaranya rendah dan penuh kehangatan. “Kamu memang bukan tipe yang suka acara formal begini, ya?” godanya sambil menatap Arum yang mengenakan gaun sederhana berwarna biru tua, yang meskipun sederhana tetap menonjolkan pesonanya yang anggun dan alami.“Aku merasa seperti ikan kecil yang tersesat di laut luas,” ujar Arum sambil terkekeh, mencoba mencairkan suasana. Namun, di balik senyumnya, ada bayangan lelah dan kesedihan yang tak mampu ia sembunyik

    최신 업데이트 : 2024-10-29
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 13 - Persaingan dalam Diam

    “Ratna Ayu Sari, kita perlu bicara.”Suara itu terdengar tegas, namun tetap berbalut kelembutan yang tak membuat siapa pun mengira ada api di baliknya. Ratna, yang sedang sibuk menata lukisannya di galeri, menoleh, mendapati Rini berdiri dengan anggun di belakangnya.Tatapan mata Rini begitu tajam dan penuh makna, membuat Ratna sedikit merasa waspada.“Rini?” tanya Ratna dengan senyum tipis, mencoba bersikap biasa. “Ada yang bisa kubantu?”Rini hanya mengangguk samar, bibirnya membentuk senyum yang sulit diartikan. “Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan. Semoga kau tak keberatan meluangkan waktumu.”Menyadari bahwa ini bukan obrolan biasa, Ratna mengangguk perlahan dan meletakkan kuasnya. Ia menyeka tangannya dengan kain, mencoba mengendalikan perasaannya yang mendadak tak nyaman.“Silakan,” sahutnya, menatap Rini dengan tenang meskipun hatinya diliputi ketegangan.Rini mela

    최신 업데이트 : 2024-10-30
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 14 - Jaring Kebohongan

    Fajar berdiri di ruang kerjanya yang luas dengan tatapan tajam. Dokumen-dokumen berisi laporan dan berkas-berkas dari keluarga besar Santoso berserakan di atas meja kayu mahalnya.Di sudut ruangan, sebuah lampu kecil memancarkan cahaya hangat, namun tidak cukup untuk melunakkan ekspresi tegas di wajahnya.Ia telah menyelidiki setiap aspek dari kehidupan Rendra dan orang-orang di sekelilingnya, dan kini ia yakin telah menemukan senjata yang cukup kuat untuk membuat sepupunya patuh.Beberapa hari yang lalu, melalui jaringan informan keluarga, Fajar mengetahui bahwa Rendra masih keras kepala menolak rencana pernikahannya dengan Intan. Meski Rendra terus bersikeras menolak, Fajar menyadari bahwa alasan di balik penolakannya lebih dari sekadar keinginan untuk mandiri.Alasan itu adalah Arum—wanita yang sudah menjadi bayang-bayang kehidupan Rendra sejak kecil, dan yang kini semakin menyulitkan posisi keluarganya.Fajar mengambil napas panjang, mata

    최신 업데이트 : 2024-10-30

최신 챕터

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 100 - Cinta yang Terlahir Kembali

    “Arum, apakah kamu yakin sudah siap?” suara lembut Rendra terdengar, suaranya mengandung keraguan sekaligus harapan. Mereka berdiri di sebuah taman kecil yang dikelilingi pohon-pohon berbunga, diapit oleh senja yang memancarkan cahaya keemasan.Arum mengangguk pelan, memandang Rendra dengan tatapan yang tenang namun sarat makna. “Aku siap, Rendra,” jawabnya dengan suara mantap. “Untuk segala hal yang telah kita lalui, dan apa pun yang akan datang.”Senja di taman itu menjadi saksi kehangatan dan kedamaian yang akhirnya bisa mereka raih. Hanya dihadiri keluarga terdekat dan sahabat-sahabat terbaik, mereka memutuskan untuk memperbarui janji pernikahan mereka dalam keheningan, jauh dari keramaian dan drama yang dulu pernah membayangi hubungan mereka.Di sudut taman, Ratna, yang hadir bersama Aldi, menatap Arum dengan senyum bangga di wajahnya. Aldi, yang berdiri di sebelahnya, menganggukkan kepala seolah ikut merasakan kebahagiaa

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 99 - Kesuksesan Ratna

    "Arum, kamu datang juga akhirnya!" Suara Ratna terdengar penuh semangat saat melihat sahabatnya melangkah masuk ke galeri tempat pameran terbarunya. Ratna segera menghampiri Arum, memeluknya dengan erat."Aku kan sudah janji, Na. Aku ingin lihat langsung semua karya hebatmu ini," jawab Arum sambil tersenyum hangat, matanya penuh kekaguman melihat ruangan galeri yang dipenuhi karya-karya Ratna.Dinding-dinding galeri dihiasi dengan lukisan-lukisan batik kontemporer yang unik, setiap goresannya memancarkan ekspresi hati dan jiwa Ratna.Ratna tertawa kecil sambil memandangi Arum. “Akhirnya, aku bisa berdiri di sini, Arum. Setelah semua yang terjadi…,” suara Ratna melirih, mengingat perjalanan panjang dan penuh rintangan yang telah ia lalui.Arum menepuk lengan Ratna pelan, seolah ingin menguatkannya. “Kamu pantas mendapatkan ini semua, Na. Setiap kerja keras, setiap air mata. Aku bangga padamu,” kata Arum dengan tatapan yang tu

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 98 - Awal yang Baru

    "Apakah kita benar-benar siap untuk ini, Ren?" Arum bertanya sambil menatap mata Rendra yang penuh keyakinan.Rendra menggenggam tangan Arum erat. “Kalau kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu, kan?”Mereka berdiri di depan rumah kecil yang baru saja mereka sewa. Rumah itu sederhana, jauh dari kemewahan yang pernah mereka bayangkan, tetapi terasa hangat.Hawa sore yang sejuk menyusup di antara dedaunan pohon mangga di halaman, membawa aroma tanah yang khas dan memberi suasana damai.Arum memandang rumah itu dengan senyum tipis. “Aku suka rumah ini, Ren. Sederhana, tapi terasa seperti rumah sungguhan.”Rendra tersenyum, menyadari bahwa itulah yang ia inginkan selama ini. Rumah kecil dengan Arum, bukan istana megah yang dipenuhi intrik dan beban masa lalu.“Kamu tahu, Arum, ini mungkin pertama kalinya dalam hidupku aku merasa benar-benar tenang. Tidak ada tekanan dari keluarga, tidak ada skandal, hanya...

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 97 - Rekonsiliasi

    “Apakah kamu sungguh yakin, Arum?” Rendra menatap dalam mata Arum, seolah berusaha menemukan keyakinan di sana.Arum tersenyum lembut, menggenggam tangan Rendra. “Aku yakin, Rendra. Aku juga sudah lelah berlarut-larut dalam keraguan. Mungkin kita memang harus melalui semua ini untuk benar-benar mengerti apa artinya kebersamaan.”Rendra mengangguk pelan, mata cokelatnya berkedip-kedip menahan emosi. Mereka duduk berhadapan di taman kecil yang penuh kenangan, di mana mereka berkali-kali bertemu dan berkali-kali pula bertengkar.Namun, sore ini terasa berbeda. Udara sore terasa hangat, dan aroma bunga melati yang lembut memenuhi suasana.“Aku ingin kita mulai dari awal,” ucap Rendra dengan nada mantap. “Tanpa janji-janji besar. Cukup kita saling percaya dan berjalan bersama.”Arum merasakan haru mengalir di hatinya. Semua luka yang pernah ada, semua pertengkaran dan air mata, perlahan-lahan terasa memuda

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 96 - Keputusan Arum

    “Kamu yakin, Arum?” Suara Dimas terdengar lembut, penuh perhatian. Mereka duduk di beranda rumah keluarga Arum, ditemani angin malam yang sejuk dan secangkir teh hangat di tangan masing-masing.Arum menatap secangkir teh di pangkuannya, jari-jarinya membelai pinggiran cangkir dengan gerakan pelan. “Aku... mungkin ini aneh, Om, tapi aku tetap merasa ada sesuatu di antara aku dan Rendra yang sulit aku lepaskan. Meskipun... semua hal yang terjadi membuatku bertanya-tanya.”Dimas mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kadang cinta memang tidak mudah, Arum. Hubungan yang paling berarti sering kali yang paling sulit dipertahankan. Tapi, yang penting, kamu tahu kenapa kamu memilih untuk bertahan.”Arum menatap jauh ke depan, pandangannya melewati taman kecil di halaman rumah yang dipenuhi bunga-bunga warna-warni. Keindahan itu, sekilas, mengingatkan dirinya pada momen-momen indah yang pernah ia alami bersama Rendra.

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 95 - Kemandirian Ratna

    “Aldi,” suara Ratna terdengar lembut, tapi tegas. Mereka duduk berhadapan di sebuah kafe kecil yang tenang, dikelilingi oleh keramaian orang-orang yang tenggelam dalam percakapan mereka masing-masing. Namun, di antara mereka berdua, suasana terasa begitu hening, hampir seolah waktu berhenti.Aldi menatap Ratna dengan cermat, wajahnya sedikit bingung. "Ada apa, Ratna? Kamu kelihatan... serius hari ini."Ratna tersenyum kecil, namun ada sedikit kesedihan dalam tatapannya. “Aku rasa kita perlu bicara. Tentang kita.”Mata Aldi memancarkan keterkejutan. "Maksudmu... hubungan kita?"Ratna mengangguk pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Selama ini, kamu selalu ada untukku, bahkan di saat aku merasa paling jatuh. Kamu memberi dukungan yang luar biasa, dan aku sangat menghargainya. Tapi...”Aldi meraih tangan Ratna, menggenggamnya dengan lembut. “Tapi apa, Ratna? Apa yang kamu rasakan?”Ratna menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberania

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 94 - Perpisahan Arga

    "Jadi... ini keputusanmu?" Suara Arga terdengar pelan namun penuh kepastian. Mereka berdua duduk di sebuah bangku di taman kota yang sepi, tempat di mana mereka sering berbincang saat masih remaja, ketika dunia terasa lebih sederhana.Arum menundukkan wajahnya, merasa berat hati untuk mengucapkan kata-kata itu, namun ia tahu bahwa ia harus jujur. "Iya, Ga. Aku... aku nggak bisa berpura-pura lagi. Aku sangat menghargai kamu, semua yang sudah kamu lakukan buat aku, tapi..."Arga tersenyum kecil, meski sorot matanya menyimpan luka yang dalam. "Tapi hatimu tetap untuk Rendra," potongnya, menyelesaikan kalimat yang mungkin sulit bagi Arum untuk diucapkan.Arum mengangguk perlahan. "Maaf... aku merasa begitu bersalah sama kamu. Kamu selalu ada, selalu mendukungku saat aku terpuruk, saat aku sendiri.""Arum," Arga memotong, suaranya terdengar lembut, namun tegas. "Kamu nggak perlu minta maaf. Aku tahu bagaimana perasaanmu dari awal, tapi aku selalu berharap bahw

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 93 - Lamaran yang Baru

    "Arum..." Rendra menghela napas dalam, suara lembutnya nyaris tenggelam dalam keheningan sore yang menenangkan di taman kota. Ia menatap Arum dengan penuh harap, sementara gadis itu duduk di sebelahnya, tangan tertaut di pangkuannya, jelas menunjukkan kegugupan yang berusaha ia sembunyikan.Arum menunduk, melihat rerumputan yang bergoyang ditiup angin, mencoba menghindari tatapan Rendra. Ia tahu apa yang mungkin akan dikatakan Rendra. Di satu sisi, ada bagian dari hatinya yang ingin mendengarnya. Namun di sisi lain, ketakutan akan sakit yang sama terulang lagi membuatnya waspada."Aku tahu ini sulit bagimu," Rendra memulai lagi, nada suaranya penuh dengan kerendahan hati dan rasa bersalah yang selama ini tertahan. "Setiap kali melihatmu, aku sadar bahwa luka yang kuberikan masih membekas. Dan aku tahu, mungkin aku tak layak mendapatkan kesempatan kedua."Arum mengangkat wajahnya perlahan, menatap mata Rendra yang kini menunjukkan ketulusan yang dalam, jauh lebih

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 92 - Penebusan Diri Rendra

    Arum duduk di teras rumahnya, memandangi langit sore yang mulai meredup. Di tangannya, secangkir teh hangat menemani keheningan pikirannya yang bimbang. Pesan dari Rendra semalam masih terngiang di kepalanya.Ia merasa bahwa setiap kata dalam pesan itu memancarkan ketulusan dan penyesalan yang dalam.Di sisi lain kota, Rendra memandang pantulan dirinya di cermin. Matanya menunjukkan kelelahan yang telah bersembunyi di balik ketenangannya selama ini. Kini, ia sadar bahwa tidak ada yang lebih penting daripada memulihkan kepercayaan Arum dan memperbaiki dirinya sendiri.Dengan tekad yang baru, Rendra turun ke ruang kerja kecilnya. Di sana, di tengah dokumen-dokumen dan berkas yang telah ia susun, ia memulai langkah pertama dalam menebus semua yang pernah ia rusakkan.Ia memutuskan untuk menyusun laporan penuh tentang setiap proyek keluarganya yang mencurigakan dan menyerahkannya ke pihak berwenang. Rendra sadar bahwa inilah satu-satunya cara untuk membuktika

DMCA.com Protection Status