Beranda / Romansa / Hati yang Terikat Takdir / Bab 9 - Kembalinya Rini

Share

Bab 9 - Kembalinya Rini

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-15 15:31:20

"Apa kabar, Rendra?"

Suara lembut dan familiar itu membuat Rendra menghentikan langkahnya di lorong kantor kecil tempat ia mulai bekerja. Rini Kartika Sari berdiri di depannya, sosok yang dulu pernah mengisi hari-harinya dan kini muncul kembali dengan senyum penuh arti.

Rendra tertegun sesaat, tak menyangka akan melihat Rini di tempat ini, pada saat yang begitu tak terduga.

“Rini…” bisik Rendra, masih tak percaya. “Sudah lama sekali.”

Rini tersenyum, senyum yang sama seperti dulu, ketika mereka masih bersama. “Memang sudah lama. Aku mendengar kau sudah keluar dari keluarga Santoso, dan aku hanya ingin tahu kabarmu.”

Rendra mengangguk pelan, mencoba memahami maksud di balik kedatangan Rini. “Aku baik-baik saja, meski hidup sekarang lebih sederhana. Aku merasa lebih damai seperti ini, Rini.”

Rini tersenyum tipis, menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak. “Aku mengerti. Namun aku berharap kesederhanaan itu membuatmu bahagia, Rendra. Karena, dari apa yang kudengar, kau melepaskan begi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 10 - Harapan di Tengah Ancaman

    "Kita akan baik-baik saja, kan, Rendra?"Arum memandang Rendra di seberang meja makan sederhana mereka, suaranya bergetar meski ia berusaha terdengar yakin. Malam itu terasa berat, ancaman dari keluarga Santoso masih menggantung di atas mereka, sebuah peringatan bahwa cinta mereka tak akan diterima dengan mudah.Namun, meski Arum merasa cemas, ada keteguhan yang terpancar dari tatapannya.Rendra mengulurkan tangan, menggenggam tangan Arum dengan lembut. “Kita pasti bisa melewati ini, Arum. Aku percaya pada cinta kita, dan aku percaya kita cukup kuat untuk melawan semua tantangan.”Arum tersenyum kecil, meski hatinya masih diliputi kekhawatiran. “Aku tahu, Rendra. Tapi… aku juga tak bisa menyangkal, keluargamu punya pengaruh besar. Mereka pasti punya cara-cara yang tak kita duga.”Rendra mengangguk pelan, menyadari kebenaran dalam kata-kata Arum. Ia tahu bahwa keluarga besar Santoso memiliki jaringan dan kekuasaan yang mampu menggerakkan banyak hal. Namun ia memilih untuk tetap teguh,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 11 - Hubungan yang Meregang

    "Kenapa kamu jadi sering diam, Rendra?"Arum mengaduk kopi yang sudah mulai dingin di cangkirnya, sesekali memandang pria di hadapannya yang lebih banyak termenung daripada berbicara. Udara di ruangan itu seolah kental dengan ketegangan, menggantung seperti beban yang tak kasatmata.Arum mengerutkan kening, tak mampu menyembunyikan kecemasan yang perlahan-lahan menggerogoti hatinya.Rendra, yang duduk bersandar di sofa dengan tangan terlipat di dada, mendongak perlahan. Matanya terlihat sayu, menunjukkan kelelahan yang ia coba sembunyikan sejak awal pertemuan mereka malam ini.“Aku sedang berpikir, Arum… soal kita.” Suaranya pelan, hampir tenggelam di tengah keheningan ruangan, namun terdengar cukup jelas bagi Arum untuk merasakan kegundahan di balik kata-kata itu.Arum menarik napas dalam, seolah mencoba menyerap ketenangan yang tersisa di dirinya. Kata-kata Rendra terasa menusuk, seperti jarum halus yang perlahan menembus hati. Ia meletakkan sendok di samping cangkirnya dengan gemeta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 12 - Pertemuan yang Tak Disangka

    “Arum? Kamu di sini juga?”Arum menoleh, terkejut mendengar suara yang familier. Ia baru saja memasuki aula besar hotel mewah tempat acara amal itu diadakan, merasa canggung di antara tamu-tamu berpakaian glamor dan elegan.Senyum kecil muncul di wajahnya saat ia melihat Arga berdiri di sana, tampak berwibawa dengan jas hitam yang pas di tubuhnya, rambutnya disisir rapi, dan tatapannya hangat seperti biasa."Arga," sapa Arum sambil tersenyum lelah. "Iya, aku diundang salah satu rekan kerjaku. Awalnya sempat ragu datang."Arga tertawa pelan, suaranya rendah dan penuh kehangatan. “Kamu memang bukan tipe yang suka acara formal begini, ya?” godanya sambil menatap Arum yang mengenakan gaun sederhana berwarna biru tua, yang meskipun sederhana tetap menonjolkan pesonanya yang anggun dan alami.“Aku merasa seperti ikan kecil yang tersesat di laut luas,” ujar Arum sambil terkekeh, mencoba mencairkan suasana. Namun, di balik senyumnya, ada bayangan lelah dan kesedihan yang tak mampu ia sembunyik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 13 - Persaingan dalam Diam

    “Ratna Ayu Sari, kita perlu bicara.”Suara itu terdengar tegas, namun tetap berbalut kelembutan yang tak membuat siapa pun mengira ada api di baliknya. Ratna, yang sedang sibuk menata lukisannya di galeri, menoleh, mendapati Rini berdiri dengan anggun di belakangnya.Tatapan mata Rini begitu tajam dan penuh makna, membuat Ratna sedikit merasa waspada.“Rini?” tanya Ratna dengan senyum tipis, mencoba bersikap biasa. “Ada yang bisa kubantu?”Rini hanya mengangguk samar, bibirnya membentuk senyum yang sulit diartikan. “Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan. Semoga kau tak keberatan meluangkan waktumu.”Menyadari bahwa ini bukan obrolan biasa, Ratna mengangguk perlahan dan meletakkan kuasnya. Ia menyeka tangannya dengan kain, mencoba mengendalikan perasaannya yang mendadak tak nyaman.“Silakan,” sahutnya, menatap Rini dengan tenang meskipun hatinya diliputi ketegangan.Rini mela

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 14 - Jaring Kebohongan

    Fajar berdiri di ruang kerjanya yang luas dengan tatapan tajam. Dokumen-dokumen berisi laporan dan berkas-berkas dari keluarga besar Santoso berserakan di atas meja kayu mahalnya.Di sudut ruangan, sebuah lampu kecil memancarkan cahaya hangat, namun tidak cukup untuk melunakkan ekspresi tegas di wajahnya.Ia telah menyelidiki setiap aspek dari kehidupan Rendra dan orang-orang di sekelilingnya, dan kini ia yakin telah menemukan senjata yang cukup kuat untuk membuat sepupunya patuh.Beberapa hari yang lalu, melalui jaringan informan keluarga, Fajar mengetahui bahwa Rendra masih keras kepala menolak rencana pernikahannya dengan Intan. Meski Rendra terus bersikeras menolak, Fajar menyadari bahwa alasan di balik penolakannya lebih dari sekadar keinginan untuk mandiri.Alasan itu adalah Arum—wanita yang sudah menjadi bayang-bayang kehidupan Rendra sejak kecil, dan yang kini semakin menyulitkan posisi keluarganya.Fajar mengambil napas panjang, mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 15 - Beban Keluarga

    Arum memandangi secarik kertas berwarna putih kusam yang tergeletak di meja ruang tamu. Huruf-huruf tegas dan resmi yang tertera di surat itu membuat dadanya terasa berat, seolah ada batu yang mengganjal di tenggorokannya.Surat itu berasal dari firma hukum yang tak pernah ia dengar namanya sebelumnya, namun isinya jelas—sebuah tagihan lama yang harus dilunasi, yang konon ditandatangani oleh almarhum ayahnya bertahun-tahun lalu.Tangannya sedikit bergetar saat ia membaca kembali angka-angka itu, memastikan dirinya tidak salah lihat. Jumlahnya besar, jauh melebihi apa yang bisa ia kumpulkan dalam waktu dekat.Utang ini adalah sesuatu yang ia sama sekali tak pernah ketahui, sebuah masalah yang tersimpan rapi di masa lalu, namun kini muncul di permukaan, siap menenggelamkan keluarganya dalam aib dan kesulitan.Pikirannya langsung tertuju pada almarhum ayahnya, seorang pria sederhana yang selalu menekankan pentingnya kehormatan keluarga.Ayahnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 16 - Hasrat yang Terlarang

    "Rendra... apakah semua ini layak untuk diperjuangkan?"Suara Arum terdengar serak, bergema di tengah keheningan taman kecil yang mereka pilih sebagai tempat pelarian sementara. Malam itu, mereka berada di pinggir kota, duduk di bawah naungan pepohonan rimbun yang hampir menutup seluruh langit.Lampu-lampu jalan bersinar temaram, memperkuat suasana hening dan pribadi antara mereka.Rendra menatapnya lama, merasakan sakit yang tak terucapkan di balik pertanyaan sederhana itu. Ia tahu bahwa Arum bukan seseorang yang mudah menyerah, dan jika sampai terucap keraguan dari bibirnya, itu berarti ia telah menanggung beban yang luar biasa.Rendra mengulurkan tangan, menyentuh jemari Arum yang terasa dingin."Arum... aku selalu percaya bahwa cinta kita layak diperjuangkan," jawab Rendra dengan nada rendah namun penuh ketulusan. "Tapi aku tahu betapa sulitnya ini untukmu. Maaf jika aku telah membuatmu merasakan beban ini sendirian."Arum menunduk, mema

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 17 - Lamaran yang Ditolak

    "Pak, aku tak bisa melanjutkan perjodohan ini," suara Rendra terdengar tenang namun tegas saat ia menatap ayahnya, Argono, yang duduk di kursi besar di ruang kerjanya. Mata Argono menatap Rendra tajam, seolah hendak mencari celah dari ketetapan hati putranya.Rendra telah menimbang segala risiko, segala konsekuensi yang mungkin akan ia tanggung, namun hatinya sudah mantap. Ia ingin mengakhiri perjodohan dengan Intan, meski sadar bahwa langkah ini akan memicu kemarahan besar dalam keluarga mereka.Argono, ayahnya yang tak kenal kompromi dalam urusan keluarga, mungkin tidak akan menerima keputusan ini dengan mudah, tapi Rendra tahu ia harus jujur pada dirinya sendiri."Apa yang kau katakan, Rendra?" Argono bersandar, tangannya menyilang di depan dada. Ekspresinya yang penuh wibawa tak menunjukkan tanda-tanda memahami alasan putranya.Rendra menghela napas, memilih kata-kata dengan hati-hati. “Pak, aku sangat menghormati keputusan keluarga. Tapi&hellip

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31

Bab terbaru

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 100 - Cinta yang Terlahir Kembali

    “Arum, apakah kamu yakin sudah siap?” suara lembut Rendra terdengar, suaranya mengandung keraguan sekaligus harapan. Mereka berdiri di sebuah taman kecil yang dikelilingi pohon-pohon berbunga, diapit oleh senja yang memancarkan cahaya keemasan.Arum mengangguk pelan, memandang Rendra dengan tatapan yang tenang namun sarat makna. “Aku siap, Rendra,” jawabnya dengan suara mantap. “Untuk segala hal yang telah kita lalui, dan apa pun yang akan datang.”Senja di taman itu menjadi saksi kehangatan dan kedamaian yang akhirnya bisa mereka raih. Hanya dihadiri keluarga terdekat dan sahabat-sahabat terbaik, mereka memutuskan untuk memperbarui janji pernikahan mereka dalam keheningan, jauh dari keramaian dan drama yang dulu pernah membayangi hubungan mereka.Di sudut taman, Ratna, yang hadir bersama Aldi, menatap Arum dengan senyum bangga di wajahnya. Aldi, yang berdiri di sebelahnya, menganggukkan kepala seolah ikut merasakan kebahagiaa

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 99 - Kesuksesan Ratna

    "Arum, kamu datang juga akhirnya!" Suara Ratna terdengar penuh semangat saat melihat sahabatnya melangkah masuk ke galeri tempat pameran terbarunya. Ratna segera menghampiri Arum, memeluknya dengan erat."Aku kan sudah janji, Na. Aku ingin lihat langsung semua karya hebatmu ini," jawab Arum sambil tersenyum hangat, matanya penuh kekaguman melihat ruangan galeri yang dipenuhi karya-karya Ratna.Dinding-dinding galeri dihiasi dengan lukisan-lukisan batik kontemporer yang unik, setiap goresannya memancarkan ekspresi hati dan jiwa Ratna.Ratna tertawa kecil sambil memandangi Arum. “Akhirnya, aku bisa berdiri di sini, Arum. Setelah semua yang terjadi…,” suara Ratna melirih, mengingat perjalanan panjang dan penuh rintangan yang telah ia lalui.Arum menepuk lengan Ratna pelan, seolah ingin menguatkannya. “Kamu pantas mendapatkan ini semua, Na. Setiap kerja keras, setiap air mata. Aku bangga padamu,” kata Arum dengan tatapan yang tu

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 98 - Awal yang Baru

    "Apakah kita benar-benar siap untuk ini, Ren?" Arum bertanya sambil menatap mata Rendra yang penuh keyakinan.Rendra menggenggam tangan Arum erat. “Kalau kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu, kan?”Mereka berdiri di depan rumah kecil yang baru saja mereka sewa. Rumah itu sederhana, jauh dari kemewahan yang pernah mereka bayangkan, tetapi terasa hangat.Hawa sore yang sejuk menyusup di antara dedaunan pohon mangga di halaman, membawa aroma tanah yang khas dan memberi suasana damai.Arum memandang rumah itu dengan senyum tipis. “Aku suka rumah ini, Ren. Sederhana, tapi terasa seperti rumah sungguhan.”Rendra tersenyum, menyadari bahwa itulah yang ia inginkan selama ini. Rumah kecil dengan Arum, bukan istana megah yang dipenuhi intrik dan beban masa lalu.“Kamu tahu, Arum, ini mungkin pertama kalinya dalam hidupku aku merasa benar-benar tenang. Tidak ada tekanan dari keluarga, tidak ada skandal, hanya...

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 97 - Rekonsiliasi

    “Apakah kamu sungguh yakin, Arum?” Rendra menatap dalam mata Arum, seolah berusaha menemukan keyakinan di sana.Arum tersenyum lembut, menggenggam tangan Rendra. “Aku yakin, Rendra. Aku juga sudah lelah berlarut-larut dalam keraguan. Mungkin kita memang harus melalui semua ini untuk benar-benar mengerti apa artinya kebersamaan.”Rendra mengangguk pelan, mata cokelatnya berkedip-kedip menahan emosi. Mereka duduk berhadapan di taman kecil yang penuh kenangan, di mana mereka berkali-kali bertemu dan berkali-kali pula bertengkar.Namun, sore ini terasa berbeda. Udara sore terasa hangat, dan aroma bunga melati yang lembut memenuhi suasana.“Aku ingin kita mulai dari awal,” ucap Rendra dengan nada mantap. “Tanpa janji-janji besar. Cukup kita saling percaya dan berjalan bersama.”Arum merasakan haru mengalir di hatinya. Semua luka yang pernah ada, semua pertengkaran dan air mata, perlahan-lahan terasa memuda

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 96 - Keputusan Arum

    “Kamu yakin, Arum?” Suara Dimas terdengar lembut, penuh perhatian. Mereka duduk di beranda rumah keluarga Arum, ditemani angin malam yang sejuk dan secangkir teh hangat di tangan masing-masing.Arum menatap secangkir teh di pangkuannya, jari-jarinya membelai pinggiran cangkir dengan gerakan pelan. “Aku... mungkin ini aneh, Om, tapi aku tetap merasa ada sesuatu di antara aku dan Rendra yang sulit aku lepaskan. Meskipun... semua hal yang terjadi membuatku bertanya-tanya.”Dimas mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kadang cinta memang tidak mudah, Arum. Hubungan yang paling berarti sering kali yang paling sulit dipertahankan. Tapi, yang penting, kamu tahu kenapa kamu memilih untuk bertahan.”Arum menatap jauh ke depan, pandangannya melewati taman kecil di halaman rumah yang dipenuhi bunga-bunga warna-warni. Keindahan itu, sekilas, mengingatkan dirinya pada momen-momen indah yang pernah ia alami bersama Rendra.

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 95 - Kemandirian Ratna

    “Aldi,” suara Ratna terdengar lembut, tapi tegas. Mereka duduk berhadapan di sebuah kafe kecil yang tenang, dikelilingi oleh keramaian orang-orang yang tenggelam dalam percakapan mereka masing-masing. Namun, di antara mereka berdua, suasana terasa begitu hening, hampir seolah waktu berhenti.Aldi menatap Ratna dengan cermat, wajahnya sedikit bingung. "Ada apa, Ratna? Kamu kelihatan... serius hari ini."Ratna tersenyum kecil, namun ada sedikit kesedihan dalam tatapannya. “Aku rasa kita perlu bicara. Tentang kita.”Mata Aldi memancarkan keterkejutan. "Maksudmu... hubungan kita?"Ratna mengangguk pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Selama ini, kamu selalu ada untukku, bahkan di saat aku merasa paling jatuh. Kamu memberi dukungan yang luar biasa, dan aku sangat menghargainya. Tapi...”Aldi meraih tangan Ratna, menggenggamnya dengan lembut. “Tapi apa, Ratna? Apa yang kamu rasakan?”Ratna menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberania

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 94 - Perpisahan Arga

    "Jadi... ini keputusanmu?" Suara Arga terdengar pelan namun penuh kepastian. Mereka berdua duduk di sebuah bangku di taman kota yang sepi, tempat di mana mereka sering berbincang saat masih remaja, ketika dunia terasa lebih sederhana.Arum menundukkan wajahnya, merasa berat hati untuk mengucapkan kata-kata itu, namun ia tahu bahwa ia harus jujur. "Iya, Ga. Aku... aku nggak bisa berpura-pura lagi. Aku sangat menghargai kamu, semua yang sudah kamu lakukan buat aku, tapi..."Arga tersenyum kecil, meski sorot matanya menyimpan luka yang dalam. "Tapi hatimu tetap untuk Rendra," potongnya, menyelesaikan kalimat yang mungkin sulit bagi Arum untuk diucapkan.Arum mengangguk perlahan. "Maaf... aku merasa begitu bersalah sama kamu. Kamu selalu ada, selalu mendukungku saat aku terpuruk, saat aku sendiri.""Arum," Arga memotong, suaranya terdengar lembut, namun tegas. "Kamu nggak perlu minta maaf. Aku tahu bagaimana perasaanmu dari awal, tapi aku selalu berharap bahw

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 93 - Lamaran yang Baru

    "Arum..." Rendra menghela napas dalam, suara lembutnya nyaris tenggelam dalam keheningan sore yang menenangkan di taman kota. Ia menatap Arum dengan penuh harap, sementara gadis itu duduk di sebelahnya, tangan tertaut di pangkuannya, jelas menunjukkan kegugupan yang berusaha ia sembunyikan.Arum menunduk, melihat rerumputan yang bergoyang ditiup angin, mencoba menghindari tatapan Rendra. Ia tahu apa yang mungkin akan dikatakan Rendra. Di satu sisi, ada bagian dari hatinya yang ingin mendengarnya. Namun di sisi lain, ketakutan akan sakit yang sama terulang lagi membuatnya waspada."Aku tahu ini sulit bagimu," Rendra memulai lagi, nada suaranya penuh dengan kerendahan hati dan rasa bersalah yang selama ini tertahan. "Setiap kali melihatmu, aku sadar bahwa luka yang kuberikan masih membekas. Dan aku tahu, mungkin aku tak layak mendapatkan kesempatan kedua."Arum mengangkat wajahnya perlahan, menatap mata Rendra yang kini menunjukkan ketulusan yang dalam, jauh lebih

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 92 - Penebusan Diri Rendra

    Arum duduk di teras rumahnya, memandangi langit sore yang mulai meredup. Di tangannya, secangkir teh hangat menemani keheningan pikirannya yang bimbang. Pesan dari Rendra semalam masih terngiang di kepalanya.Ia merasa bahwa setiap kata dalam pesan itu memancarkan ketulusan dan penyesalan yang dalam.Di sisi lain kota, Rendra memandang pantulan dirinya di cermin. Matanya menunjukkan kelelahan yang telah bersembunyi di balik ketenangannya selama ini. Kini, ia sadar bahwa tidak ada yang lebih penting daripada memulihkan kepercayaan Arum dan memperbaiki dirinya sendiri.Dengan tekad yang baru, Rendra turun ke ruang kerja kecilnya. Di sana, di tengah dokumen-dokumen dan berkas yang telah ia susun, ia memulai langkah pertama dalam menebus semua yang pernah ia rusakkan.Ia memutuskan untuk menyusun laporan penuh tentang setiap proyek keluarganya yang mencurigakan dan menyerahkannya ke pihak berwenang. Rendra sadar bahwa inilah satu-satunya cara untuk membuktika

DMCA.com Protection Status