Berulang kali Levana menenangkan dirinya berada di ruang kerja milik Francis Maverick saat ayah mertuanya itu belum juga datang. Dirinya benar-benar gugup untuk menghadiri rapat bersama untuk pertama kalinya.“Ah kau sudah datang rupanya,” ujar Francis yang baru saja datang ke kantor.Segera Levana bangkit berdiri dan basa-basi menyapa sang ayah mertua. “Selamat pagi, Tuan. Bagaimana hari Anda?”“Bersemangat tentunya,” sahut Francis sembari melirik ke arah Levana. “Aku menantikan kerja sama denganmu, Levana. Kau sudah mempelajari apa yang aku kirimkan tadi malam?”Kepala Levana mengangguk cepat merespon ucapan sang mertua. “Ya, Tuan, aku sudah mempelajarinya. Sepertinya aku belum terlalu dibutuhkan saat rapat nanti.”“Keberadaanmu di ruang rapat nanti sudah sangat dibutuhkan, Levana, tapi setidaknya aku lega kau sudah mempelajari proposalnya.” Francis pun bangkit berdiri setelah selesai menandatangani beberapa laporan yang ada di mejanya.“Oh ya, Levana. Kau tidak perlu sungkan jika a
Tangan Levana mengepal kuat saat mendengar Francis Maverick yang membahas kehamilannya di hadapan Kieran dan Peter Newall. Entah kenapa dirinya merasa tidak suka ketika keluarga Newall tahu tentang kehamilannya.Kenapa aku seolah ingin menyembunyikan kehamilanku dari mereka? Bukankah hubunganku dengan keluarga Newall terutama dengan Kieran sudah berakhir, lantas kenapa aku takut jika mereka tahu masalah ini, batin Levana.“Oh selamat, Levana. Maafkan karena aku tidak tahu kau tengah mengandung sekarang.” Terdengar suara Peter Newall yang mana membuat Levana melihat ke arah kakek tua yang berhadapan dengannya. Levana sendiri bisa melihat wajah Peter terlihat terkejut sekaligus tidak nyaman.“Tapi jika Levana hanya memantau nantinya aku tidak akan keberatan. Aku hanya tidak ingin dia terlibat dengan pekerjaan yang berat,” sahut Francis seolah memberi izin kepada Levana.“Aku dan Kieran pastinya akan sangat senang jika Levana bergabung dan turun langsung saat pameran nantinya. Dedikasi L
“Oh Levana, kau naik di mobil belakang bersama Kieran. Ada yang ingin aku bahas berdua saja dengan Peter,” ujar Francis tiba-tiba yang mana kini fokusnya beralih pada Kieran. “Tak masalah bukan jika kau berangkat bersama dengan Levana?”Pertanyaan Francis yang ditujukan pada Kieran barusan membuat pemuda itu mengangguk paham. “Tidak masalah, Tuan. Sampai bertemu di resto nanti,” respon Kieran yang kini berdiri memperhatikan Francis yang masuk ke dalam mobil yang tengah menunggunya.“Kita pergi sekarang?” tawar Levana saat mobil yang membawa Francis dan Peter pergi.Kieran terlihat menoleh ke arah di mana Rave dan Lilian berada. “Kau tidak ingin menyapa suamimu dulu?” tanya Kieran yang membuat Levana refleks melirik ke arah Rave dan Lilian.Bisa dilihat oleh Levana jika tatapan Rave begitu tajam saat melihat ke arahnya. Namun, Levana tidak peduli akan hal itu karena pada dasarnya Rave memang tidak ada urusan apa pun dengannya, terlebih ketika mengingat pembicaraan mereka tempo hari.“A
“Kita pulang ke rumah, Nyonya?” tanya Damian saat keduanya berada di dalam mobil.“Ya, langsung pulang saja, Damian,” sahut Levana yang mana didengarkan oleh Damian.Tubuh Levana rasanya remuk padahal dirinya hanya duduk dan berdiskusi membahas kegiatan amal. Dirinya sekarang merasa benar-benar kelelahan dan ingin segera beristirahat di rumah.Saat masuk ke dalam rumah Levana dikejutkan oleh sosok laki-laki yang sudah menunggu kedatangannya di ruang keluarga. Levana yang melihatnya hanya mengembuskan napasnya dan memilih pergi ke kamarnya sendiri.“Kau mengabaikanku?” tanyanya yang seolah tak percaya dan mengikutinya dari belakang.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Levana yang mana tidak memedulikan kehadiran pria itu.“Bagaimana kerja samanya?” Bukannya menjawab, pria itu justru mengajukan pertanyaan baru dan tangannya dengan cepat menahan pintu yang hendak ditutup.“Lepaskan jika kau tidak ingin tanganmu putus!” seru Levana yang hendak mendorong pintu agar tertutup, tetapi pintu
Embusan napas yang begitu berat terdengar keluar dari mulut Levana. Tatapannya saat ini juga menatap tajam ke arah sang suami yang mana duduk di ranjang yang sama tepat di hadapannya.“Ya, karena perasaan seseorang tidak bisa berubah secepat itu!” tegas Levana yang mana setelahnya dikejutkan dengan amukan dari sang suami.Kursi yang biasa digunakan oleh Levana saat dirinya tengah memakai riasan pun dibanting oleh Rave. Tak hanya itu, beragam alat make up, serta segala produk perawatan kulit milik Levana dihancurkan oleh sang suami.“Rave!” teriak Levana yang kini bangkit dan berdiri tak jauh dari sang suami.Tatapan tajam Rave terlihat jelas, begitu juga kulit wajahnya yang putih kini terlihat merah karena menahan amarah. Keduanya tidak ada yang berbicara dan hanya fokus menatap wajah masing-masing, hingga bunyi dering ponsel Levana terdengar.Dengan sigap Levana melangkah mendekat ke arah meja kerjanya untuk mengambil ponsel yang diletakkannya di sana. Wajahnya mendadak pucat saat me
“Maaf jika tiba-tiba mengganti lokasi pertemuan, Kieran,” ujar Levana yang kini menyambut kedatangan Kieran di salah satu resto.“Tidak perlu meminta maaf, Levana. Lagi pula aku sedang berada di dekat sini,” balas Kieran yang kini fokus menatap pria yang tengah duduk di samping Levana. “Aku tidak tahu jika kau juga datang, Maverick.”“Walaupun aku cukup sibuk dengan pekerjaanku, tapi aku tidak mungkin membiarkan istriku diskusi dengan pria lain di luar,” ujar Rave yang kini fokus pada tablet miliknya. “Fokus saja pada diskusi kalian dan abaikan saja aku.”Yang bisa Levana lakukan hanya tersenyum tipis dan ikut mengeluarkan tablet miliknya, sedangkan Kieran segera duduk dan memberikan proposal yang telah dibuatnya kepada Levana.“Jadi, kau menyetujuinya?” tanya Levana saat melihat isi proposal yang terlihat lebih detail.“Ya, setelah aku berdiskusi dengan kakek lebih lanjut, kami pikir ide darimu sangat bagus, mengingat usaha Maverick Group cukup besar tidak mungkin pasokan bahan makan
“Terjadi sesuatu?” tanya seorang wanita yang baru datang dan segera duduk di hadapannya.Senyum Levana terlihat begitu jelas saat wanita di hadapannya tiba. Dirinya segera menyimpan tablet miliknya ke dalam tas yang ia bawa.“Apa terlihat begitu jelas?” Levana berbalik tanya sembari menyentuh wajahnya sendiri.“Ya, kau terlihat khawatir dan sedikit mengejutkan kau memintaku untuk datang bertemu,” sahut wanita di hadapannya itu yang mana terlihat memanggil pelayan resto. Levana memberi waktu untuk wanita tersebut memesan makanan yang hendak dipesannya.“Maaf karena aku tiba-tiba menghubungi dan memintamu untuk datang. Kau tahu, aku tidak punya banyak teman dan karena kau menganggap aku adalah temanmu, jadi aku tentu saja sangat senang akan hal itu,” ujar Levana yang mana meminta maaf pada wanita di hadapannya.“Oh, Levana, aku memang temanmu dan kuharap kau tidak meragukan ajakan pertemananku. Sungguh aku sangat senang kau menghubungiku. Aku hanya sedikit terkejut,” jelasnya yang dibal
Ucapan Levana berhasil membuat mata Freya melotot dan tangannya refleks menutupi mulutnya sendiri. Freya benar-benar berhasil dibuat begitu terkejut dengan cerita Levana.“Kau bercanda!” cetus Freya yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Sungguh, Freya, aku tidak berbohong padamu. Lagi pula untuk apa aku berbohong jika itu semua tidak benar,” potong Levana cepat.Freya kembali terlihat menarik napas panjang seolah tengah menenangkan dirinya. “Sebentar!” Ekspresi Freya kembali terlihat begitu terkejut seolah baru menyadari satu hal. “Itu artinya mantan kekasihmu.. Newall?”Kepala Levana mengangguk cepat. “Ya, Kieran Newall,” ungkap Levana yang berhasil membuat Freya berdesis mendengarnya.Melihat respon Freya yang berdesis pun membuat mereka berdua menjadi sorotan pengunjung sekitar. Levana pun segera bangkit dan membungkukkan badannya seolah meminta maaf telah membuat keributan.“Kenapa kau begitu terkejut? Apa aku sangat tidak pantas untuk menjadi mantan kek