“Kita pulang ke rumah, Nyonya?” tanya Damian saat keduanya berada di dalam mobil.“Ya, langsung pulang saja, Damian,” sahut Levana yang mana didengarkan oleh Damian.Tubuh Levana rasanya remuk padahal dirinya hanya duduk dan berdiskusi membahas kegiatan amal. Dirinya sekarang merasa benar-benar kelelahan dan ingin segera beristirahat di rumah.Saat masuk ke dalam rumah Levana dikejutkan oleh sosok laki-laki yang sudah menunggu kedatangannya di ruang keluarga. Levana yang melihatnya hanya mengembuskan napasnya dan memilih pergi ke kamarnya sendiri.“Kau mengabaikanku?” tanyanya yang seolah tak percaya dan mengikutinya dari belakang.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Levana yang mana tidak memedulikan kehadiran pria itu.“Bagaimana kerja samanya?” Bukannya menjawab, pria itu justru mengajukan pertanyaan baru dan tangannya dengan cepat menahan pintu yang hendak ditutup.“Lepaskan jika kau tidak ingin tanganmu putus!” seru Levana yang hendak mendorong pintu agar tertutup, tetapi pintu
Embusan napas yang begitu berat terdengar keluar dari mulut Levana. Tatapannya saat ini juga menatap tajam ke arah sang suami yang mana duduk di ranjang yang sama tepat di hadapannya.“Ya, karena perasaan seseorang tidak bisa berubah secepat itu!” tegas Levana yang mana setelahnya dikejutkan dengan amukan dari sang suami.Kursi yang biasa digunakan oleh Levana saat dirinya tengah memakai riasan pun dibanting oleh Rave. Tak hanya itu, beragam alat make up, serta segala produk perawatan kulit milik Levana dihancurkan oleh sang suami.“Rave!” teriak Levana yang kini bangkit dan berdiri tak jauh dari sang suami.Tatapan tajam Rave terlihat jelas, begitu juga kulit wajahnya yang putih kini terlihat merah karena menahan amarah. Keduanya tidak ada yang berbicara dan hanya fokus menatap wajah masing-masing, hingga bunyi dering ponsel Levana terdengar.Dengan sigap Levana melangkah mendekat ke arah meja kerjanya untuk mengambil ponsel yang diletakkannya di sana. Wajahnya mendadak pucat saat me
“Maaf jika tiba-tiba mengganti lokasi pertemuan, Kieran,” ujar Levana yang kini menyambut kedatangan Kieran di salah satu resto.“Tidak perlu meminta maaf, Levana. Lagi pula aku sedang berada di dekat sini,” balas Kieran yang kini fokus menatap pria yang tengah duduk di samping Levana. “Aku tidak tahu jika kau juga datang, Maverick.”“Walaupun aku cukup sibuk dengan pekerjaanku, tapi aku tidak mungkin membiarkan istriku diskusi dengan pria lain di luar,” ujar Rave yang kini fokus pada tablet miliknya. “Fokus saja pada diskusi kalian dan abaikan saja aku.”Yang bisa Levana lakukan hanya tersenyum tipis dan ikut mengeluarkan tablet miliknya, sedangkan Kieran segera duduk dan memberikan proposal yang telah dibuatnya kepada Levana.“Jadi, kau menyetujuinya?” tanya Levana saat melihat isi proposal yang terlihat lebih detail.“Ya, setelah aku berdiskusi dengan kakek lebih lanjut, kami pikir ide darimu sangat bagus, mengingat usaha Maverick Group cukup besar tidak mungkin pasokan bahan makan
“Terjadi sesuatu?” tanya seorang wanita yang baru datang dan segera duduk di hadapannya.Senyum Levana terlihat begitu jelas saat wanita di hadapannya tiba. Dirinya segera menyimpan tablet miliknya ke dalam tas yang ia bawa.“Apa terlihat begitu jelas?” Levana berbalik tanya sembari menyentuh wajahnya sendiri.“Ya, kau terlihat khawatir dan sedikit mengejutkan kau memintaku untuk datang bertemu,” sahut wanita di hadapannya itu yang mana terlihat memanggil pelayan resto. Levana memberi waktu untuk wanita tersebut memesan makanan yang hendak dipesannya.“Maaf karena aku tiba-tiba menghubungi dan memintamu untuk datang. Kau tahu, aku tidak punya banyak teman dan karena kau menganggap aku adalah temanmu, jadi aku tentu saja sangat senang akan hal itu,” ujar Levana yang mana meminta maaf pada wanita di hadapannya.“Oh, Levana, aku memang temanmu dan kuharap kau tidak meragukan ajakan pertemananku. Sungguh aku sangat senang kau menghubungiku. Aku hanya sedikit terkejut,” jelasnya yang dibal
Ucapan Levana berhasil membuat mata Freya melotot dan tangannya refleks menutupi mulutnya sendiri. Freya benar-benar berhasil dibuat begitu terkejut dengan cerita Levana.“Kau bercanda!” cetus Freya yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Sungguh, Freya, aku tidak berbohong padamu. Lagi pula untuk apa aku berbohong jika itu semua tidak benar,” potong Levana cepat.Freya kembali terlihat menarik napas panjang seolah tengah menenangkan dirinya. “Sebentar!” Ekspresi Freya kembali terlihat begitu terkejut seolah baru menyadari satu hal. “Itu artinya mantan kekasihmu.. Newall?”Kepala Levana mengangguk cepat. “Ya, Kieran Newall,” ungkap Levana yang berhasil membuat Freya berdesis mendengarnya.Melihat respon Freya yang berdesis pun membuat mereka berdua menjadi sorotan pengunjung sekitar. Levana pun segera bangkit dan membungkukkan badannya seolah meminta maaf telah membuat keributan.“Kenapa kau begitu terkejut? Apa aku sangat tidak pantas untuk menjadi mantan kek
“Bisa kau berjanji padaku untuk tidak menceritakannya pada Rave?” pinta Levana pada Freya sebelum mereka berdua berpisah sore itu. “Kau tahu, Levana, walau aku tidak memberitahu Rave, sudah pasti dia akan tahu sendiri apa yang terjadi. Tidakkah kau pikir jika sopirmu itu akan diam saja?” ujar Freya sembari melirik ke arah Damian. “Aku akan mengurusnya nanti,” sahut Levana yang akhirnya memeluk erat tubuh Freya dan setelahnya pulang bersama Damian. Dalam perjalanan pulang ke rumah, Levana hanya diam memikirkan permintaan Ethan sebelumnya. Teman baiknya itu meminta Levana agar datang ke pesta pernikahannya. Hal yang wajar jika seorang teman dekat, terutama teman masa kecil diundang ke pesta pernikahan temannya. Dan bukankah hal itu juga wajib untuk didatangi oleh temannya sendiri. Namun, Levana merasa berat hati mengingat jika dirinya tidak mungkin mendapatkan izin untuk datang ke pesta pernikahan Ethan dan pacarnya. “Damian,” panggil Levana tiba-tiba saat mobil yang membawa mereka
Tatapan tajam Levana terlihat begitu jelas menatap ke arah sang suami. Dirinya yang berusaha menahan emosinya sejak tadi mendadak kesal dan marah mendengar ucapan dari suaminya itu.“Aku hanya ini.. aku hanya itu.. Ya, aku memang istri keduamu, tetapi aku memiliki hak atas hidupku sendiri!” bentak Levana yang sudah menahan diri cukup lama.Rave terlihat terkejut mendengar bentakan Levana barusan, tetapi bukannya memilih untuk meredakan emosi sang istri, Rave justru membuat suasana semakin panas dengan balas membentak Levana.“Faktanya memang begitu! Oh Levana, apa kau lupa jika hidupmu memang sudah bukan milikmu lagi? Selama tiga tahun menikah denganku, hidupmu hanya untuk diriku dan aku berhak melarang apa yang kau lakukan!” Rave balas membentak Levana yang kini membuat Levana melangkah dan semakin menatap tajam sang suami.“Kau tahu, selama ini aku terus mengikuti apa yang kau inginkan, tapi kali ini tidak, Rave. Aku tetap akan datang ke pernikahan Ethan!” tegas Levana yang refleks
Ekspresi terkejut Levana benar-benar tidak bisa dihilangkan dari wajahnya saat melihat siapa yang datang. Sang ibu pun segera membuka pintu lebih lebar dan membiarkan tamu tersebut masuk.Yang bisa dilakukan oleh Levana saat ini hanya pergi ke dapur untuk membuatkan minuman pada tamu yang datang berkunjung, menyajikannya dan memilih untuk duduk di samping sang ibu yang memintanya untuk segera duduk.“Kau baik-baik saja, Levana?” tanya sang tamu yang langsung disambar oleh ibunya.“Kau masih bertanya, Yara? Tentu saja dia tidak baik-baik saja. Perlakuan anakmu itu benar-benar begitu kasar. Tidak pernah terpikirkan olehku jika kata-kata Rave bisa begitu kejam pada Levana!” Sang ibu langsung mengambil alih pertanyaan yang diajukan untuk Levana.Yara, sang ibu mertua pun segera pindah dan duduk mendekat ke arah ibu Levana. Bisa dilihat oleh Levana jika ibu mertuanya itu tengah menggenggam erat telapak tangan ibunya.“Maafkan putraku, Theresa. Aku tidak tahu apa yang dilakukannya pada Leva