Ucapan Levana berhasil membuat mata Freya melotot dan tangannya refleks menutupi mulutnya sendiri. Freya benar-benar berhasil dibuat begitu terkejut dengan cerita Levana.“Kau bercanda!” cetus Freya yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Sungguh, Freya, aku tidak berbohong padamu. Lagi pula untuk apa aku berbohong jika itu semua tidak benar,” potong Levana cepat.Freya kembali terlihat menarik napas panjang seolah tengah menenangkan dirinya. “Sebentar!” Ekspresi Freya kembali terlihat begitu terkejut seolah baru menyadari satu hal. “Itu artinya mantan kekasihmu.. Newall?”Kepala Levana mengangguk cepat. “Ya, Kieran Newall,” ungkap Levana yang berhasil membuat Freya berdesis mendengarnya.Melihat respon Freya yang berdesis pun membuat mereka berdua menjadi sorotan pengunjung sekitar. Levana pun segera bangkit dan membungkukkan badannya seolah meminta maaf telah membuat keributan.“Kenapa kau begitu terkejut? Apa aku sangat tidak pantas untuk menjadi mantan kek
“Bisa kau berjanji padaku untuk tidak menceritakannya pada Rave?” pinta Levana pada Freya sebelum mereka berdua berpisah sore itu. “Kau tahu, Levana, walau aku tidak memberitahu Rave, sudah pasti dia akan tahu sendiri apa yang terjadi. Tidakkah kau pikir jika sopirmu itu akan diam saja?” ujar Freya sembari melirik ke arah Damian. “Aku akan mengurusnya nanti,” sahut Levana yang akhirnya memeluk erat tubuh Freya dan setelahnya pulang bersama Damian. Dalam perjalanan pulang ke rumah, Levana hanya diam memikirkan permintaan Ethan sebelumnya. Teman baiknya itu meminta Levana agar datang ke pesta pernikahannya. Hal yang wajar jika seorang teman dekat, terutama teman masa kecil diundang ke pesta pernikahan temannya. Dan bukankah hal itu juga wajib untuk didatangi oleh temannya sendiri. Namun, Levana merasa berat hati mengingat jika dirinya tidak mungkin mendapatkan izin untuk datang ke pesta pernikahan Ethan dan pacarnya. “Damian,” panggil Levana tiba-tiba saat mobil yang membawa mereka
Tatapan tajam Levana terlihat begitu jelas menatap ke arah sang suami. Dirinya yang berusaha menahan emosinya sejak tadi mendadak kesal dan marah mendengar ucapan dari suaminya itu.“Aku hanya ini.. aku hanya itu.. Ya, aku memang istri keduamu, tetapi aku memiliki hak atas hidupku sendiri!” bentak Levana yang sudah menahan diri cukup lama.Rave terlihat terkejut mendengar bentakan Levana barusan, tetapi bukannya memilih untuk meredakan emosi sang istri, Rave justru membuat suasana semakin panas dengan balas membentak Levana.“Faktanya memang begitu! Oh Levana, apa kau lupa jika hidupmu memang sudah bukan milikmu lagi? Selama tiga tahun menikah denganku, hidupmu hanya untuk diriku dan aku berhak melarang apa yang kau lakukan!” Rave balas membentak Levana yang kini membuat Levana melangkah dan semakin menatap tajam sang suami.“Kau tahu, selama ini aku terus mengikuti apa yang kau inginkan, tapi kali ini tidak, Rave. Aku tetap akan datang ke pernikahan Ethan!” tegas Levana yang refleks
Ekspresi terkejut Levana benar-benar tidak bisa dihilangkan dari wajahnya saat melihat siapa yang datang. Sang ibu pun segera membuka pintu lebih lebar dan membiarkan tamu tersebut masuk.Yang bisa dilakukan oleh Levana saat ini hanya pergi ke dapur untuk membuatkan minuman pada tamu yang datang berkunjung, menyajikannya dan memilih untuk duduk di samping sang ibu yang memintanya untuk segera duduk.“Kau baik-baik saja, Levana?” tanya sang tamu yang langsung disambar oleh ibunya.“Kau masih bertanya, Yara? Tentu saja dia tidak baik-baik saja. Perlakuan anakmu itu benar-benar begitu kasar. Tidak pernah terpikirkan olehku jika kata-kata Rave bisa begitu kejam pada Levana!” Sang ibu langsung mengambil alih pertanyaan yang diajukan untuk Levana.Yara, sang ibu mertua pun segera pindah dan duduk mendekat ke arah ibu Levana. Bisa dilihat oleh Levana jika ibu mertuanya itu tengah menggenggam erat telapak tangan ibunya.“Maafkan putraku, Theresa. Aku tidak tahu apa yang dilakukannya pada Leva
Keputusan Levana pergi ke pesta pernikahan Ethan Xander bersama sang ibu mertua pun pada akhirnya disetujuinya. Dirinya mengesampingkan bagaimana konflik antara dirinya dan Rave saat sang suami tahu ia pergi ke pesta tanpa izin darinya.Untuk sementara Levana tidak peduli akan hal itu karena yang diinginkannya hanya hadir di hari bahagia sang sahabat. Dirinya juga cukup beruntung karena sang ibu mertua mau menemaninya pergi ke sana.“Oh, Levana, kau tampak sangat cantik. Kecantikanmu benar-benar tidak pernah mengecewakanku,” puji sang ibu mertua ketika Levana selesai dirias.“Terima kasih, Nyonya, dan Anda tampak begitu elegan seperti biasa,” balas Levana balik memuji sang mertua.Tangan sang ibu mertua perlahan mengusap punggung Levana. “Sungguh, Levana, kau sangat cantik hari ini. Sepertinya kehamilanmu juga membawa aura yang begitu cerah.”Senyum tipis Levana terlihat di wajahnya saat mendengar pujian kedua dari sang ibu mertua. Ada rasa bahagia tersendiri bagi Levana, terlebih saa
“Kau baik-baik saja?”Tangan kekar yang memeluk erat pinggang Levana perlahan membantunya berdiri. Entah apa jadinya jika tangan tersebut tidak menangkap dan melindunginya.Dengan anggukan yang sangat pelan, Levana merespon pertanyaan pria tersebut. “Terima kasih sudah menolongku, Rave,” balasnya pada sang suami yang entah datang dari mana.Saat kaki Levana sudah kuat menapak, dirinya baru menyadari betapa ricuhnya aula pesta. Para awak media berusaha menerobos masuk ke dalam aula dengan niat meliput apa saja yang ada di pesta. Sayangnya, apa yang dilakukan oleh para wartawan dan awak media di sana justru membuat kekacauan di pesta pernikahan.“Ethan Xander, apakah Levana Maverick merupakan mantan kekasih yang Anda undang secara khusus?”Pertanyaan dari awak media tiba-tiba menyadarkan Levana jika kondisinya saat ini benar-benar tidak aman. Dirinya berdiri tepat di samping Rave, dan hanya beberapa langkah saja Ethan berdiri seorang diri menghadapi para wartawan.“Apa yang sebenarnya t
Menghadapi perasaan Rave yang tidak tegas membuat Levana sedikit kesulitan. Di suatu waktu, Rave akan sangat membenci dirinya dan seolah menyesal karena telah menerima perjodohan tersebut. Lalu di waktu yang lain, Rave akan sangat khawatir dengan keadaan Levana seolah menganggapnya merupakan orang yang paling ia sayangi di dunia ini. Sama seperti Rave, Levana sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Saat Rave membenci dan mengatakan kata-kata kasar, Levana sangat menyesal telah menerima perjodohan tersebut. Namun, ada di suatu waktu jika Levana merasa telah jatuh hati pada sang suami. “Jam berapa kau akan bertemu dengan Newall?” tanya Rave saat keduanya berada di ruang rapat di gedung Maverick Group. “Setelah ini aku akan langsung bertemu dengannya di resto,” sahut Levana yang mana matanyaasih fokus pada berkas yang ada di meja. “Di resto? Bukankah kau hendak kunjungan ke penangkarannya?” Rave terlihat bingung dan raut kesal terlihat di wajahnya. “Aku butuh makan
“Aku tidak bisa ke sana sekarang karena ada pekerjaan yang harus kukerjakan. Lagi pula aku sedang bersama dengan Levana sekarang.”Mendengar namanya disebut oleh sang suami membuat Levana refleks menoleh ke arahnya. Dirinya tidak tahu apa dan dengan siapa Rave menelepon, dan ia mencoba untuk mengabaikan sang suami yang kini melirik ke arahnya.Ia berusaha memperhatikan area sekitar saat Kieran kembali datang dan membawakannya laporan baru. Segera saja ia sibukkan dirinya dan menandatangani apa yang Kieran minta di dalam laporan tersebut.“Kalau begitu kami pulang dulu,” ujar Levana yang langsung membuka suara begitu urusan mereka sudah selesai. Dirinya juga sudah merasa sangat lelah sekarang.Saat keduanya tiba di dalam mobil, Levana langsung membuka suara. “Kau bisa menurunkanku di pinggir jalan nantinya, biar aku pulang naik taksi saja,” ujar Levana yang membuat Rave melirik bingung ke arahnya.“Kenapa?” tanya Rave singkat yang memang tidak paham maksud dan keinginan Levana.“Aku se