Share

Part 03; Pesta Pernikahan

Tidak pernah terpikirkan oleh Levana sebelumnya jika pernikahannya akan diadakan dengan begitu mewah. Ia pikir pernikahannya akan diadakan secara tertutup, mengingat dirinya menikah dengan pria yang sudah beristri. Namun, pikirannya itu salah karena pesta tersebut bahkan mengundang media besar dan meliput pesta pernikahannya.

“Sampai kapan aku harus menemui mereka semua, aku bahkan tidak mengenal satu orang pun di pesta ini,” bisik Levana saat Rave kembali menghampirinya.

“Tentu saja sampai orang yang menjanjikan akan melunasi utang perusahaanmu puas,” balas Rave yang mana arah pandangnya ke arah ayah mertua Levana.

“Tidak bisakah kau mencari alasan agar kita bisa pergi dari sini?” tanya Levana yang mana justru membuat sudut bibir Rave terangkat.

“Aku punya banyak alasan untuk kabur dari pesta ini, Levana, tapi tidak dengan dirimu. Nikmati saja pesta malam ini dan biar kuberi kau satu tips,” bisik Rave yang kini lebih mendekat ke Levana. “Manfaatkan untuk mencari kenalan yang bisa menguntungkanmu nantinya Levana.”

Baru saja Rave hendak melangkah pergi meninggalkan Levana, tangan gadis itu segera menahan lengan pria yang kini statusnya sudah berubah menjadi suaminya. “Ke mana kau akan pergi?”

“Ke mana lagi? Tentu saja mencari Lilian, kembali ke istri yang memang aku nikahi karena cinta.”

“Tak bisakah aku ikut denganmu? Setidaknya sampai aku keluar dari ruangan ini,” pinta Levana yang sudah pasti ditolak oleh Rave.

Tangan Levana yang semula menahan lengan Rave pun dilepas begitu saja. “Ingat janjimu padaku, Levana. Kau tidak akan mengganggu hidupku dan Lilian. Aku menikahimu karena pernikahanku dengan Lilian juga terancam. Jadi, lebih baik kau urus dirimu sendiri dan jangan terus mengaduh layaknya anak kecil,” cibir Rave yang mana langsung pergi meninggalkan Levana seorang diri di dalam aula besar pesta pernikahannya.

Melihat kepergian Rave membuat Levana mendadak memperhatikan sekitarnya. Semua orang sibuk dengan urusannya sendiri dan dirinya yakin tidak akan ada yang menyadari jika ia pergi meninggalkan pesta. Sayangnya, dirinya tidak tahu ke mana ia harus pergi. Masalah tempat tinggal tidak tertulis di dalam kontrak.

“Levana, selamat atas pernikahanmu,” ucap seorang wanita dengan gaun hitam yang senada dengan rambutnya. Di leher wanita tersebut melingkar kalung permata zamrud hijau yang sangat mewah, menjadikannya terlihat elegan.

“Terima kasih.” Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Levana karena dirinya tidak mengenal wanita di hadapannya. Sebenarnya ia tahu wanita itu merupakan teman dekat Rave, hanya saja ia pura-pura tidak mengenalnya karena itu pilihan terbaik untuk saat ini.

“Ke mana Rave? Aku ingin menghampirinya tadi, tetapi belum sempat bertemu ia sudah menghilang begitu saja,” tanya wanita itu yang membuat Levana mendadak bingung haruskah dirinya berbohong atau tidak.

“Sepertinya dia sedang ke toilet, perlu aku panggilkan?” tawar Levana karena ia merasa ini bisa saja menjadi kesempatannya untuk kabur dari pesta itu.

“Oh tidak perlu, sampaikan saja padanya nanti kalau aku datang. Sekali lagi selamat atas pernikahanmu, Levana.” Baru beberapa langkah wanita itu menjauhi Levana, kini ia terlihat berbalik dan kembali menghampirinya. “Aku pernah di posisimu, Levana. Bingung di pesta pernikahanku sendiri. Kalau aku boleh memberimu saran, sebaiknya kau pulang karena tidak ada yang peduli pada kehadiran si pengantin. Para tamu hanya datang memenuhi undangan para orang tua saja,” bisiknya sembari menepuk pundak Levana dan berlalu begitu saja.

Kesepian mulai mendatanginya lagi saat wanita yang baru saja mengajaknya bicara memutuskan untuk pergi. Keberadaan wanita tadi sebenarnya membuat Levana cukup terlindungi karena tidak ada yang memandang rendah ke arahnya. Berbeda dengan sekarang, tatapan sinis kini kembali ia terima dan membuatnya kembali tidak nyaman.

Apa yang dikatakan wanita yang datang memberinya selamat memang benar, tidak akan ada yang peduli jika dirinya kabur dari pesta. Daripada malamnya berakhir dengan tatapan sinis dan menyedihkan dari orang-orang, lebih baik ia pergi dari sana.

Terbiasa tidak terlihat oleh orang lain, Levana berhasil keluar dari aula pesta pernikahannya. Yang ada di pikirannya sekarang adalah ke mana ia harus pergi. Haruskah ia pergi ke kediaman keluarga Maverick, atau ke rumah Rave dan Lilian, atau sebaiknya ia pulang ke rumah orang tuanya. Tentu saja dirinya tidak bisa pergi ke salah satu rumah tersebut, sehingga ia memutuskan untuk mendatangi klinik tempat dirinya bekerja.

“Levana!”

Sebuah teriakan dan ketukan keras berhasil membangunkan Levana dari tidurnya. Ia bergegas membuka klinik dan betapa terkejut dirinya ketika mendapati sang suami terlihat begitu marah kepadanya.

“Apa yang terjadi? Kenapa kau datang ke sini?” tanya Levana sembari membukakan pintu yang mana langsung diterobos begitu saja oleh Rave.

“Kenapa aku ke sini? Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau ada di sini! Tidakkah kau tahu jika tindakanmu itu membuat kekacauan besar?” teriak Rave dan melemparkan ponselnya di atas meja.

Tahu jika itu kode untuknya, dengan cepat ia mengambil ponsel tersebut dan membaca berita yang muncul di layar. “Istri baru Rave Maverick pergi meninggalkan pesta dan bersembunyi di klinik hewan miliknya.”

Ponsel yang ada di tangan Levana jatuh begitu saja ketika dirinya menutup mulut karena terlalu terkejut dengan apa yang baru saja dibacanya. Perlahan ia melihat ke arah sang suami yang sudah mengambil kembali ponselnya dan menatap tajam dirinya.

“Kau tahu, Levana. Pernikahan kita baru berlalu beberapa jam dan kau sudah membuat masalah baru. Kenapa kau pergi ke sini, Levana. Kenapa?” Teriakan Rave seolah menuntut Levana untuk menjawabnya secepat mungkin.

“Maafkan aku, tapi sungguh, aku tidak tahu harus pergi ke mana tadi malam,” aku Levana yang menyesali tindakannya. Ia pun perlahan melirik ke luar klinik, masih terlalu pagi sehingga jalanan terlihat sepi.

Rave terlihat sangat frustasi menghadapi Levana saat ini. “Kau bisa pergi ke hotel, Levana. Tidak ada yang akan mencurigaimu jika kau memilih untuk beristirahat di hotel. Kenapa harus klinik!”

Tidak tahu harus menjawab apa, Levana hanya diam dan menundukkan kepalanya. Ia pasrahkan semuanya pada Rave, entah apa yang akan dikatakan pria itu dirinya akan terima.

“Ikut aku,” ajak Rave tiba-tiba yang mana membuat Levana tiba-tiba kebingungan.

“Ke mana?”

“Mau ke mana lagi, tentu saja pulang ke rumah!” bentak Rave yang masih terbawa emosi dengan tindakan Levana.

“Ke rumahmu dan Lilian?” tanya Levana yang tidak langsung dijawab oleh suaminya itu. “Maafkan aku jika terlalu banyak menyusahkanmu, tapi Rave, aku tidak bisa pulang ke rumahmu dengan Lilian. Itu hanya akan menambah rasa sakit untuk Lilian.”

Cukup lama Rave diam seolah tengah memikirkan tindakan yang tepat untuk dilakukan. “Kau punya rumah sebelumnya?” tanya Rave yang berhasil membuat Levana kembali terkejut sekaligus kebingungan.

“Tidak, tapi aku bisa tinggal di klinik untuk sementara waktu. Aku akan mengurus cicilan rumah nantinya,” jelas Levana cepat berusaha meyakinkan Rave jika semuanya akan baik-baik saja.

Akan tetapi, Rave sibuk dengan ponselnya sendiri dan tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Levana. Setelah selesai dengan ponselnya, ia kembali menatap Levana dan terlihat menarik napas panjang sebelum akhirnya mengajaknya pergi.

“Aku sudah membeli rumah untuk kau tinggali, terserah mau kau apakan nantinya rumah itu, tapi selama pernikahan kita berlangsung, aku ingin kau tetap tinggal di sana,” ajak Rave yang mana mau tidak mau diikuti oleh Levana.

Belum sempat Levana pergi mengikuti Rave, sebuah pesan tiba-tiba masuk ke dalam ponselnya. “Jangan pikir hidupmu akan aman setelah menikahi Rave, Levana. Aku akan membuatmu menyesali semua keputusan yang sudah kau ambil.”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status