Share

Part 02; Fakta Menyakitkan

“Lilian, apa yang kau lakukan!” Rave refleks berseru saat melihat Lilian menampar wajah Levana. Diraihnya tangan Lilian, tetapi pandangannya fokus ke arah Levana yang tertunduk, terluka baik secara fisik maupun emosional. “Bukan begini caranya! Kita bisa membicarakan ini dengan tenang tanpa kekerasan.”

“Tenang? Kau pergi menemui wanita lain di belakangku, dan kau ingin aku bersikap tenang?” teriak Lilian dengan amarah yang memuncak. Tangannya pun langsung ditarik begitu saja hingga pegangan Rave terlepas.

Levana yang semula terdiam pun kini mengusap pipinya pelan karena tamparan yang diberikan Lilian barusan. Dengan suara tegas, tetapi tetap terdengar lembut, Levana berkata, “Lilian, aku mengerti perasaanmu. Aku mohon jangan salah paham. Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu.”

“Apa yang ingin kau jelaskan pada istriku, Levana! Ayo kita pergi dari sini,” ajak Rave pada Lilian yang mana istrinya itu tidak bergerak sama sekali dari tempatnya berdiri. 

“Tapi, Rave. Lilian juga berhak tahu alasan sebenarnya,” pinta Levana pada satu-satunya pria di sana.

“Kenapa kau sangat keras kepala, Levana. Sebaiknya kau pergi dari sini!” usir Rave karena ia tahu jika Lilian tidak ingin pergi.

Tatapan Levana kembali fokus ke arah Lilian. “Beri aku izin untuk bicara denganmu, Lilian. Aku mohon.”

“Pulanglah, Levana. Aku tidak mau mendengar penjelasan dari seorang gadis yang hendak merebut suamiku,” ucap Lilian yang beralih dan hendak meninggalkan Levana dan Rave di ruang VIP resto tersebut.

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut istrinya, Rave langsung berbalik dan menahan tangan Lilian untuk tidak pergi. “Apa maksud ucapanmu barusan, Lian?”

“Kau tahu apa maksudku, Rave.” Pegangan tangan Rave di lengan Lilian dilepas begitu saja oleh istrinya itu.

“Bagaimana kau tahu? Tidak, dari mana kau tahu masalah ini?” tanya Rave yang tidak sabar mengetahui dari mana Lilian mendapatkan informasi bahwa Levana akan menjadi istri keduanya.

“Pernahkah kau berpikir jika hal penting seperti ini seharusnya aku dapatkan darimu?” Ucapan Lilian barusan berhasil membuat Rave dan Levana terdiam. “Ayahmu meneleponku dan memberi tahu semuanya. Kau tahu, Rave. Ayahmu dengan santainya menyuruhku untuk ikhlas menerima Levana menjadi istri keduamu. Kau pikir aku bisa menerimanya?”

Tangis Lilian pecah begitu saja setelahnya. Levana sendiri hanya bisa diam dan menundukkan kepala, menyesali keputusan yang harus diambilnya dengan mengorbankan perasaan wanita lain.

“Maafkan aku. Ini semua salahku hingga merusak hubungan kau dan Rave,” tutur Levana yang tiba-tiba bersuara dan berhasil mendapat balasan tajam oleh Lilian.

“Kalau kau memang merasa tidak enak sudah merusak hubungan rumah tanggaku dengan Rave, sebaiknya kau batalkan kontrak perjanjianmu, Levana!” teriak Lilian yang terlihat sangat membenci Levana.

“Maafkan aku, Lilian. Maafkan aku, karena aku tidak memiliki pilihan lain," jawab Levana dengan jujur.

“Lebih baik kau diam dan pulang sekarang, Levana,” usir Rave yang mana hendak membawa pergi istrinya, tetapi ditolak oleh Lilian.

“Kau ingin saran dariku, Levana? Saranku cari pria lain yang belum beristri yang bisa menolong hidupmu itu. Jika kau memang tidak bisa mendapatkannya, cari suami orang lain dan jangan mengganggu suamiku!” keluh Lilian yang berhasil membuat Levana merasakan perasaan yang sangat sedih saat mendengar ucapannya.

Levana masih tergugu dengan tangisannya, sementara Lilian kembali melanjutkan ledakan emosinya.

“Kau tidak tahu betapa sakitnya menjadi seorang istri yang melihat suaminya akan menikah lagi, Levana.” Ucapan Lilian barusan membuat Rave hendak memotongnya, tetapi Lilian kembali melanjutkan ucapannya. “Kau belum pernah menikah sebelumnya, bagaimana kalau kau menjual dirimu dengan orang kaya di luar sana? Aku yakin kau akan mendapatkan banyak uang yang bisa membantu usaha keluargamu.”

“Lilian!”

Baik Levana maupun Lilian sama-sama terkejut saat mendengar teriakan Rave.

Berbeda dengan Lilian yang menatap tajam ke arah Rave karena tidak menyukai fakta suaminya itu membentak dirinya, Levana justru kembali terdiam dan mendongakkan kepala menahan air matanya agar tidak keluar.

“Kau membentakku karena membela gadis itu, Rave? Demi Tuhan, dia akan menghancurkan rumah tangga kita!!” Lilian yang terbawa emosi karena tidak percaya dengan teriakan yang ditujukan Rave padanya, menyahut dengan teriakan juga.

“Hentikan Lilian, aku tidak ingin mendengarnya lagi.” Rave mencoba menghentikan pertikaian. Kepalanya sudah berdenyut nyeri karena permasalahan ini.

Pria itu kemudian menatap Lavena. “Dan kau Levana, sudah kukatakan padamu untuk diam! Ini adalah urusan rumah tanggaku. Kenapa kau tidak mau mendengarkanku sedikit pun!” bentak Rave. “Sebaiknya kau pulang sekarang. Aku sudah muak melihat wajahmu.”

Bukan Levana yang bereaksi mendengar ucapan Rave barusan, tetapi justru Lilian yang terlihat semakin marah pada suaminya itu. “Kau sudah pernah bertemu dengan Levana sebelum ini?”

“Dengarkan aku, Lian. Aku tidak-”

“Hentikan, Rave! Kau tahu apa yang paling menyakitkan daripada mengetahui informasi bahwa kau akan menikahi Levana dari orang lain? Tentang pertemuanmu dengan Levana, Rave. Entah apa yang kau bicarakan dengannya di belakangku. Dan sepertinya kau juga menyetujui masalah pernikahan ini, benar begitu?”

Levana yang semula hanya diam merasa kekacauan ini disebabkan olehnya pun tidak bisa tinggal diam. Ia tahu memang dirinya penyebabnya, tetapi ia tidak ingin masalah ini membuat hubungan Rave dan Lilian menjadi rusak. Dirinya hanya ingin berpura-pura menikah dengan Rave saja dan selebihnya tidak ada yang berubah.

“Sepertinya kau salah paham, Lilian. Aku tidak berniat merusak rumah tanggamu dengan Rave. Tujuanku datang ke sini ingin mengajak kalian bekerja sama dan berpura-pura menikah dengan Rave, selebihnya tidak ada yang akan berubah. Rave tetap menjadi milikmu selamanya, Lilian,” ucap Levana dengan suara yang sangat lembut menjelaskannya kepada Lilian.

“Bukankah kau sudah kuminta untuk tetap diam, Levana? Kau juga mungkin lupa, ayahku bukan tipikal orang yang bisa kau bodohi!” Amarah Rave kembali memuncak mendengar penjelasan Levana.

“Sedari tadi kuperhatikan kau terlihat tidak menentang rencana pernikahanmu dengan Levana. Jangan bilang kalau kau diam-diam menginginkan pernikahan ini terjadi, Rave!” tuduh Lilian.

“Kenapa kau sekarang jadi meragukanku, Lilian. Justru aku yang paling menolak rencana bodoh ini. Aku juga tidak punya pilihan lain selain menerimanya!”

“Kenapa kau tidak punya pilihan padahal kau tidak dirugikan apa pun jika menolaknya, Rave!” teriak Lilian yang tidak mau kalah.

“Karena pilihannya adalah tetap menikah denganmu dan menjadikan Levana sebagai istri keduaku, atau aku harus menceraikanmu dan tetap menikah dengan Levana yang mana akan menjadi istriku satu-satunya!”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status