Sudut pandang Marcel:Valerie tinggal di rumah Aurel selama 3 hari. Dia mengabaikanku. Aku tahu kali ini aku benar-benar celaka.Aku mengabaikan keputusasaan Valerie saat dia memberiku surat cerai. Aku mengira itu hanya trik dramatis yang biasa dipakai Valerie. Namun, kali ini Valerie serius dengan keputusannya.Aku berusaha untuk menjalankan rutinitasku, tetapi rasanya berbeda. Valerie selalu membersihkan meja makan, kecuali saat kami makan. Selama 3 hari ini, mejanya tetap bersih.Rumah kami tidak terasa hangat lagi. Aku pulang untuk makan, tidur, dan mengganti baju. Hanya saja, aku tidak merasa seperti pulang ke rumah. Sekarang rumah ini terasa hampa.Rasanya lebih buruk daripada tinggal d hotel. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Valerie padaku. Namun, dia berhasil membuatku frustrasi.Aku tidak terima dihukum Valerie. Aku berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaanku dan pulang malam. Kemudian, aku pergi ke bar.Aku pernah mendengar cerita pria yang mabuk-mabukan di bar setelah berc
Sudut pandang Valerie:"Jangan mendekat!" teriakku. Aku tidak peduli lagi jika tindakanku menarik perhatian orang lain.Gerry tertawa dan menimpali, "Nggak ada yang bisa selamatkan kamu. Apa kamu tahu alasannya? Karena kamu sangat jahat dan kamu harus merasakan akibatnya!"Gerry melangkah dan aku segera mengambil botol bir yang kulihat tadi. Aku menghantam botol bir ke meja dan menjadikannya sebagai senjata."Jangan mendekat!" ancamku seraya mengarahkan botol yang pecah pada Gerry.Gerry mengangkat kepalanya untuk menunjukkan lehernya padaku. Dia membalas, "Coba saja, adikku sayang. Tunjukkan pada semua orang kamu itu pembunuh!"Aku mengarahkan botol ke leherku dan mengancam, "Kalau kamu mendekat, aku akan menusuk leherku! Kamu juga tahu aku pasti akan mati karena stok darah di kota ini nggak cukup untukku!"Gerry tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. Dia tetap mengarahkan kameranya padaku dan menanggapi, "Kamu kira aku peduli kalau kamu sakiti dirimu sendiri? Aku sudah
Sudut pandang Valerie:"Minum-minum," sahutku seraya mengangkat bahu. Aku ingin segera pergi karena malas berbicara dengan Marcel. Akhirnya aku bisa mengendalikan tubuhku yang gemetaran setelah bicara.Tiba-tiba, Marcel menjepit daguku agar aku mendekatinya. Dia berkata seraya mengernyit, "Kamu melukai diri sendiri.""Lepaskan aku," tegasku sambil berusaha menyingkirkan tangan Marcel. Namun, Marcel tidak melepaskanku.Mungkin dulu aku akan merasa bahagia jika Marcel memperhatikanku. Akan tetapi, sekarang sudah berbeda. Aku tidak suka disentuh Marcel sesuka hatinya, seakan-akan aku ini masih miliknya.Sepertinya tanganku bergetar saat aku menekan botol ke leherku. Aku tidak menyangka ujung botol itu begitu tajam. Akan tetapi, Marcel terlihat seperti memaksaku menatapnya, bukan memeriksa lukaku."Apa kamu mengungkit lukaku untuk membantuku atau hanya berniat melihatku mati karena kehabisan darah?" tanyaku seraya memelototi Marcel. Aku mencakar tangannya.Marcel berdecak dan melepaskanku.
Sudut pandang Valerie:"Kecilkan suaramu!" tegur Marcel.Orang yang kaya raya pasti akan menjadi selebritas. Status pernikahan pesohor seperti Marcel bisa memengaruhi bisnisnya jika tidak dikendalikan dengan baik.Aku juga memikirkan hal ini dan tidak menganggapnya sebagai masalah besar. Namun, seharusnya aku tidak memberi tahu Adrian sebelum Marcel mengumumkannya.Aku mengingatkan Marcel sebelum pergi, "Maaf aku memberi tahu Adrian sebelum kamu mengumumkannya. Tapi, kamu nggak bisa menundanya lagi. Sepertinya kamu harus mendesak pengacaramu malam ini."Adrian adalah saingan Marcel, sedangkan Gerry sangat bodoh. Marcel pasti merasa takut setelah rahasianya diketahui kedua orang ini.Aku tidak tahu Marcel menunda perceraian karena meragukan syaratnya atau memang tidak menganggapnya serius. Mungkin sampai sekarang Marcel masih tidak memercayainya karena dia sudah lama mendambakan perceraian ini.Sama seperti kabar kehamilan yang kusembunyikan. Aku paham, tetapi aku tidak akan membicaraka
Sudut pandang Valerie:Aku langsung melirik Marcel dan Marcel memandang Liana seraya mengernyit. Liana membenci Marcel! Kenapa Liana ada di sini saat aku masih terjebak dengan Marcel?Jantungku berdegup kencang. Aku berbalik dengan perlahan.Aurel menghampiriku, lalu memeriksa keadaanku dan berujar, "Val, apa kamu baik-baik saja? Maaf, aku ada masalah. Kenapa rambutmu bau? Astaga, kamu terluka!"Aku terkekeh saat melihat Aurel yang panik. Aku tiba-tiba merasa seperti kembali ke masa lalu. Ketika Gerry menindasku, Aurel akan memperhatikanku dan Liana ....Aku melirik Liana dan dia menatapku dengan dingin. Liana juga menatapku seperti itu saat meninggalkan acara pernikahanku dengan Marcel. Aku segera menunduk dan tidak berani melihat Liana lagi.Aura Liana sangat mengintimidasi. Kakaknya yang merupakan polisi mengajarkannya banyak hal dan dia sangat berwibawa."Liana sayang, kenapa kamu datang ke sini?" seru Gerry. Suaranya mencairkan suasana yang tegang.Liana berdecak, lalu melirik Ger
Sudut pandang Marcel:Valerie pergi bersama temannya. Aku tidak pernah melihat Valerie segembira ini. Valerie tidak pernah tertawa padaku, dia hanya tersenyum padaku.Terakhir kali Valerie tersenyum padaku beberapa bulan yang lalu. Hanya saja, ekspresinya terlihat lebih santai saat bersama teman-temannya. Senyum Valerie padaku tampak kaku, seperti takut terluka. Dia juga selalu berusaha menyanjungku.Aku tahu jelas Valerie tidak bahagia hidup bersamaku. Aku pikir aku tidak mencintai Valerie. Itulah sebabnya aku tidak peduli jika aku menyakitinya. Dia memaksaku dan aku memanfaatkan hal itu untuk membenarkan semua perbuatanku.Bagiku, tiga hari ini sangat sulit dijalani. Aku terus memikirkan Valerie yang menyalahkanku karena menyiksanya. Aku merasa mual setiap teringat kata "bank darah".Aku terus mencari alasan untuk membenarkan perbuatanku. Mungkin Valerie pantas merasakan akibatnya, mungkin dia yang mencari masalah sendiri, mungkin semuanya bisa berubah. Namun, tidak ada alasan yang b
Sudut pandang Marcel:Aku merebut ponsel Gerry dan berujar, "Gerry, aku pikir kamu ingin Val pergi. Alisa ingin Val meninggalkan kota ini."Gerry berusaha mengambil ponselnya dariku dan menegaskan, "Aku mau dia tinggalkan kamu, bukan kota ini! Bagaimana kalau Alisa membutuhkan Valerie lagi?"Aku bergidik. Apa ini Gerry yang kukenal? Apa dia itu murid populer dan kakak baik yang selalu dipamerkan Alisa? Apa dia itu teman yang selalu mendukungku?Sekarang Gerry malah menganggap Valerie sebagai bank darah untuk Alisa. Aku menyerahkan ponsel pada Gerry, lalu berkata dengan dingin, "Tenang, itu kejadian 3 hari yang lalu dan itu memang penyebab masalahnya.""Ha?" sahut Gerry. Dia menenangkan dirinya dan mengerjap. Dia tampak terkejut saat melanjutkan, "Alisa memberitahuku itu karena ibuku ...."Aveline memang memancing Valerie untuk kembali. Gerry berucap, "Valerie nggak pernah mengungkit untuk meninggalkan kota lagi sejak ...."Gerry melirikku. Aku langsung tahu Gerry berniat mengatakan Val
Sudut pandang Marcel:Adrian sangat menyebalkan. Dia bukan hanya mewarisi perusahaan media cetak terbesar di kota ini dari ayahnya, tetapi juga pandangan kelam ayahnya tentang dunia.Adrian tidak memercayai hukum. Dia hanya memercayai kekuasaan. Adrian tidak memedulikan keadilan dan hanya mementingkan narasi.Adrian bisa menyakiti siapa pun tanpa ragu meski mereka tidak bersalah. Namun, dia akan melindungi orang yang penting baginya tanpa syarat. Aku selalu bertentangan dengan Adrian sehingga dia selalu menargetkanku."Bagaimana, Mar?" tanya Adrian sembari tersenyum sinis. Sepertinya luka di wajahnya sama sekali tidak sakit.Aku tidak suka mendengar Adrian memanggilku seperti itu. Gerry maju dan menegur Adrian dengan aura mengintimidasi, "Adrian, pergi dari sini."Tinggi badan Adrian sama denganku, tetapi tinggi badan Gerry sekitar 195 sentimeter. Mungkin itu alasannya dia dianggap suka menindas orang. Padahal dia tidak pernah menindas siapa pun.Adrian tetap bergeming. Dia berkata pad
Sudut pandang Valerie:Nenek menghela napas panjang sebelum berucap, "Mata kamu sudah nggak lagi mengikuti dia ke mana pun. Saat kamu memandangnya, yang ada cuma kesedihan mendalam di sana. Akhir yang terburuk akhirnya terjadi ....""Aku nggak mau kamu melanjutkan pernikahan ini karena aku nggak mau hal seperti ini terjadi padamu. Cucuku yang malang, aku nggak mau kamu terluka begitu parah sampai cahaya berharga di matamu meredup .... Tapi pada akhirnya, aku tetap gagal melindungimu," tambah Nenek."Nenek ...!" bisikku dengan terkejut. Aku tidak pernah tahu hal ini. Nenek ternyata bisa melihat semuanya dengan jelas. Aku mengira, kami berhasil menipunya selama ini."Kali ini, dia melukaimu dengan sangat parah, 'kan?" tanya Nenek dengan nada dingin. Kali ini, dinginnya diarahkan pada Marcel. Entah kenapa, itu justru menghangatkanku lebih dari apa pun.Nenek adalah keluarga Marcel. Dia bahkan tidak akan menjadi bagian dari keluargaku kalau aku tidak mengancam cucunya dengan cara licik.Ha
Sudut pandang Valerie:Aku tidak bisa menjawab Nenek. Aku hanya berdiri di sana, melihat Marcel dan Alisa berbicara, tertawa ... berpelukan. Nenek juga terdiam tanpa ekspresi terkejut.Kalau Nenek bisa menerima Alisa datang ke pesta ulang tahunnya dan menunjukkan kedekatannya dengan Marcel di depan umum seperti ini, lalu kenapa dia bahkan melontarkan pertanyaan itu padaku? Jelas, Alisa adalah masalahnya."Apa ini karena Alisa?" tanya Nenek yang tiba-tiba menoleh padaku.Aku mengalihkan pandanganku dari pelukan panjang dan penuh kehangatan yang sedang Marcel bagikan dengan Alisa. Dia bilang, dia sudah menyiapkan surat cerai. Jadi aku rasa, aku tidak lagi punya hak untuk menghakimi. Namun, bukan berarti pemandangan ini tidak menyakitkan.Aku seharusnya marah ketika pria itu menarik Alisa ke dalam pelukannya seperti dia adalah harta paling berharga di dunia. Apalagi, di sebuah pesta di mana dia memintaku untuk datang dan berpura-pura menjadi pasangan mesra dengannya untuk terakhir kalinya
Sudut pandang Marcel:Aku tidak tahu harus bagaimana dengan apa yang terjadi hari ini. Olivia sudah menjadi salah satu gadis jahat sejak masa sekolah, jadi aku tidak pernah percaya pada ucapannya.Namun, Alisa tidak pernah dekat dengannya. Jadi, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kesalahpahaman itu bisa terjadi ... jika itu memang hanya kesalahpahaman.Tidak peduli apa pun yang Alisa katakan, aku tidak pernah meragukannya sebelumnya. Hanya saja sekarang aku tidak bisa yakin seperti dulu, terutama setelah dia berbohong soal memberi tahu Joshua tentang pesan Val.Apalagi setelah Gerry dengan panik menyuruhku mengabari Alisa kalau Val mencoba kabur ke rumah. Alisa bisa berbohong. Itu adalah konsep yang sebelumnya tidak pernah bisa kuterima."Marcel, ada apa?" tanya Alisa yang memiringkan kepalanya dengan polos ketika aku membawanya ke sudut ruangan ini. Senyum hangat terpancar dari matanya. Itu adalah mata yang sudah kupercayai seumur hidupku.Aku ingin percaya padanya, tetapi kini aku
Sudut pandang Diego:Aku sedang mencari adikku. Dia menghilang 20 tahun yang lalu. Sejak saat itu, aku terus mencarinya. Yang kutahu hanyalah dia menghilang di Dasira. Itulah tempat di mana kami menemukan jasad Ibu. Namun, adikku tidak ada bersamanya.Polisi mengumumkan kematiannya bertahun-tahun yang lalu dan mengatakan bahwa mungkin dia sudah dimakan binatang. Sungguh alasan yang konyol untuk diberikan kepada keluarga yang sedang berduka.Aku memohon pada polisi untuk tidak menyerah, tetapi mereka tetap menutup kasusnya. Aku bahkan ingin menggugat mereka, tetapi Ayah melarangku. Ini memang bukan salah mereka. Aku yang salah. Akulah tidak bisa hidup dengan fakta itu. Itu sebabnya, aku menjadi pengacara.Aku telah melihat sisi gelap manusia. Aku ingin bisa melakukan sesuatu saat ketidakadilan seperti ini terjadi, baik kepadaku maupun orang lain.Selain itu, memiliki firma hukum adalah penyamaran terbaik untuk melakukan penyelidikan. Aku lulus lebih cepat dan melewati masa sekolah secep
Sudut pandang Valerie:Semua orang bisa melihat bahwa Alisa berbohong pada titik ini, termasuk Olivia. Olivia memilih untuk mengorbankan Alisa daripada dirinya sendiri.Olivia yang melontarkan hinaan kepada Liana. Apabila meminta maaf, dia akan terlihat sebagai perundung. Namun dia bersikeras bahwa semua itu dilakukannya demi keadilan untuk sahabatnya. Sekarang, sahabat yang berbohong itu harus menanggung semua akibatnya."A ... aku nggak pernah menunjukkan gaun apa pun padamu! Olivia ...." Alisa mendongak, lalu menatap Olivia dan berbicara dengan suara bergetar penuh rasa sakit, "Maaf kalau kamu salah paham, tapi aku nggak pernah bilang bahwa gaun Liana itu KW ....""Tapi, kamu bilang ...," balas Olivia dengan nada tajam. Dia membeku dengan ekspresi ketakutan di wajahnya.Aku menggelengkan kepala perlahan. Olivia terlalu naif. Dia tidak tahu bahwa Alisa sangat pandai berbohong dan tidak pernah meninggalkan celah saat melakukannya.Yang paling mungkin adalah Alisa hanya "mengisyaratka
Sudut pandang Valerie:Lingkaran itu terdiam dalam keheningan yang mengejutkan. Aurel terlihat mengernyit. Nenek sebenarnya sedang menyelesaikan situasi untuknya, tetapi pria itu sepertinya tidak sadar.Alisa tersenyum sopan dengan sedikit pengekangan. Dia berhasil menyampaikan kekecewaannya terhadap "pembohong yang tidak masuk akal" dengan sempurna. Bahkan, Nenek juga terkejut.Liana pun melirik pria itu dengan cemas, tetapi dia membalasnya dengan senyum yang menenangkan.Di sisi lain, para wanita jahat mulai melemparkan ejekan yang disertai serangan, tetapi tidak satu pun yang tampaknya berhasil menyentuh pria asing itu. Dia hanya berdiri di sana dengan senyum sopan, lalu menatap langsung ke arah Alisa."Aku nggak mau jawab," ucap Alisa sambil memasang ekspresi sedikit cemberut. Dia melanjutkan, "Soalnya kamu juga nggak menjawab pertanyaanku."Tentang namanya? Maksudku memang benar dia tidak menjawab, tetapi aku tidak akan menganggap itu sebuah penghinaan ...."Kenapa kamu ...." Pria
Sudut pandang Valerie:"Jadi, maksudmu aku beli barang KW gitu?" tanya pria tampan itu. Dia tidak melepaskan Liana, melainkan mengarahkan pandangannya ke kelompok wanita-wanita jahat sambil mengangguk. Tiba-tiba semua gerakannya terlihat begitu anggun di mataku, entah kenapa itu sangat menyenangkan untuk dilihat.Aku rasa, Liana merasakan hal yang sama. Sebab, dia menatap pria itu dengan ekspresi terpesona sekaligus terkejut dari balik dadanya."Aku ...." Para gadis jahat itu serempak melirik Olivia Wiguna, sahabat Alisa yang berdiri di tengah. Olivia berucap dengan tergagap, "Maksudku ...."Matanya melirik ke arah Alisa dan terlihat sangat gugup. Jelas, dia membutuhkan arahan dari pemimpinnya."Maaf, siapa namamu?" Alisa berdeham dan melangkah maju. Nadanya sopan, sementara suaranya terdengar menyenangkan. Ini adalah nada suara yang selalu dia gunakan saat ingin membuat seseorang terkesan.Sepertinya semua orang setuju bahwa pria asing ini memang tampan. Namun, mungkin Alisa hanya me
Sudut pandang Valerie:Dulu aku sering berdebat dengan Alisa, ketika aku masih peduli. Sekarang, aku tidak peduli lagi dengan Marcel.Aku tidak punya keinginan sedikit pun untuk "mengalahkan" Alisa, terutama dalam perdebatan yang tidak berarti. Dia sudah memiliki hati Marcel. Yang ingin aku lakukan sekarang hanyalah melindungi temanku.Alisa selalu memenangkan pertengkaran kami dengan membuatku terlihat seperti pelaku intimidasi. Dia tidak tahu bagaimana menghadapi diriku yang menyerah. Lantaran kehabisan kata-kata, dia menggigit bibirnya dalam diam. Teman-temannya pun mundur dengan ragu.Aku meraih pergelangan tangan Liana, lalu berbalik ke arah Nenek dan berucap, "Nek, mohon maaf sekali ....""Mau ke mana?" Aku hampir menabrak seorang pria. Langkahku terhenti karena tiba-tiba mendengar ucapannya. Dia menggantikan posisi kelompok wanita kejam tadi untuk berdiri menghalangi jalanku. Dulu, aku sempat berpikir warna mata kami yang sama itu menarik. Sekarang, aku hanya ingin memukul kepa
Sudut pandang Valerie:"Nek, aku akan lihat apa yang terjadi!" Aku sedikit mengangkat gaunku, lalu bergegas pergi."Aku ikut," ucap Nenek. Dia mengernyit ketika menatap ke arah keributan itu. Nenek tidak suka keributan di pestanya, apalagi kalau sampai dia tahu siapa sebenarnya Liana.Aku buru-buru berucap, "Nggak perlu, Nek. Aku bisa menyelesaikannya sendiri ...."Namun sebelum aku selesai, sebuah suara lembut dan manis menyelaku, "Nek, nggak perlu repot-repot. Aku yakin Val bisa menangani situasinya ... soalnya orang itu adalah temannya."Alisa yang licik tentu saja akan muncul di saat seperti ini. Aku yakin apa pun yang terjadi dengan Liana, pasti ada hubungan dengannya. Dia adalah satu-satunya orang yang punya motif untuk menarik perhatian buruk kepada Liana.Yang mengejutkanku, Nenek tidak menangkap kata-kata kunci dari Alisa. Sebaliknya, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang kamu panggil Nenek?"Senyum di wajah Alisa membeku. Dia segera beringsut ke sisi Marcel dan berbisik, "M