Sudut pandang Valerie:Aurel berseru, "Ew, itu kebenarannya? Kamu tidur dengannya? Serius?"Setelah bertemu dengan Gerry di Nolanza, kami pun meninggalkan tempat itu. Kemudian, kami pergi ke bar kecil yang lebih tenang. Bar ini lebih cocok untuk mengobrol.Liana yang putus asa memejamkan matanya. Dia tidak berani menatap Aurel lagi. Liana menegaskan, "Itu nggak disengaja!"Ternyata ini kebenarannya. Dulu Liana yang membereskan sebagian besar "kode merah" dariku. Aku tidak percaya Liana dan Gerry yang merupakan musuh bebuyutan bisa saling jatuh cinta. Namun, sepertinya Gerry jatuh cinta pada Liana.Aurel menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya, lalu berujar, "Tapi, itu Gerry!"Liana juga terlihat frustrasi. Aku bertanya, "Kapan hal itu terjadi?"Jika hal itu baru terjadi, kami harus membeli alat tes kehamilan lagi. Kami tidak ingin melihat ada anak lain yang lahir tanpa cinta orang tua yang utuh.Liana melirikku sekilas sebelum melihat gelasnya. Aku dan Aurel bertatapan deng
Sudut pandang Valerie:Setelah mendengar ucapan Liana, aku berhenti menangis karena kaget. Aku berujar, "Apa?"Liana bertanya, "Kamu tahu waktu itu Dylan bertugas di area vila, 'kan?"Aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Liana meneruskan, "Saat itu, Damon dipanggil ke kediaman Keluarga Tanzil. Sepertinya tetangga yang memanggilnya. Pokoknya Wanita Baja mengamuk dan Alisa itu penyebab masalahnya.""Apa?" sahutku sembari mengerjap. Aku masih kebingungan.Wanita Baja adalah nenek Marcel. Dia yang membesarkan Marcel setelah orang tua Marcel meninggal karena kecelakaan. Nenek Marcel yang melindungi bisnis keluarga dari orang-orang yang berniat jahat. Itulah sebabnya dia dijuluki Wanita Baja.Aurel menepuk punggungku. Dia lebih tenang daripada Liana. Aurel yang melanjutkan, "Biar aku saja. Saat itu, Marcel membawa Alisa untuk menemui neneknya karena dia ingin menikahi Alisa. Marcel ingin meminta persetujuan neneknya."Marcel bisa menyakiti siapa pun demi Alisa, kecuali neneknya. Marcel
Sudut pandang Valerie:Mereka tahu aku punya sesuatu yang diinginkan Marcel sehingga aku bisa memaksanya. Aku memberi tahu Aurel kebenarannya karena masalah keluargaku tidak bisa ditutupi lagi.Aku mencegah Aurel menceritakannya pada Liana. Aku ragu. Aurel mencebik.Aku tidak ingin terlalu banyak orang tahu masalah transfusi darah karena tidak ingin dianggap sebagai korban. Itu adalah keahlian Alisa. Selain itu, Liana yang emosional pasti akan marah setelah tahu tentang kesepakatan Joshua.Liana melihat aku dan Aurel, lalu bertanya, "Kenapa? Apa aku nggak boleh tahu?"Seketika aku paham alasan Liana ragu-ragu memberitahuku rahasia itu. Terkadang kita menyembunyikan sesuatu dari orang-orang yang kita cintai untuk melindungi mereka."Val, seharusnya kamu beri tahu kami sejak awal," kata Aurel dengan lembut. Dia yang paling sensitif dan dewasa di antara kami bertiga. Aurel meneruskan, "Aku memahami kekhawatiranmu, tapi kami ini sahabatmu. Kami pasti mengerti."Seharusnya aku memberi tahu
Sudut pandang Valerie:Aku tersedak, lalu batuk-batuk sampai mengeluarkan air mata. Liana dan Aurel terus memberikan tisu kepadaku. Mereka juga memelototiku.Setelah menenangkan diri, aku menjelaskan, "Maksudku .... Sudah kubilang, ini pengobatan yang belum pernah digunakan sebelumnya. Dokter baru memikirkan teorinya saat kami mulai, jadi ....""Sebenarnya berapa kali kamu donor sumsum tulang belakangmu?" tanya Aurel dengan galak."Lima kali," jawabku dengan gugup. Entah kenapa aku merasa bersalah.Setiap kali gagal, aku terus meyakinkan diriku ini adalah yang terakhir kalinya. Sebelum Alisa benar-benar sembuh, Marcel sudah mencium Alisa seolah-olah tidak membutuhkanku lagi. Kondisiku waktu itu benar-benar menyedihkan.Aku menambahkan, "Semuanya dilakukan dalam periode waktu yang aman."Namun, Liana dan Aurel tidak ingin mendengar ucapanku lagi. Aurel kehilangan kendali dan memberi tahu Liana semua perbuatan jahat Keluarga Salim. Liana mengabaikan aku yang berusaha menjelaskan dan teru
Sudut pandang Marcel:"Kenapa? Apa terjadi sesuatu pada Alisa?" tanya Valerie seraya melipat kedua tangannya di dada.Nada bicara Valerie terdengar sarkastis. Aku mengira ucapanku akan membuat Valerie senang, seperti sebelumnya. Aku tahu kali ini Valerie benar-benar tersakiti, tetapi aku mengira bisa melihat mata Valerie berbinar-binar biarpun dia tetap berusaha menunjukkan ekspresi dingin.Biasanya Valerie bersikap seperti ini untuk memancingku menghiburnya. Namun, sekarang tatapan Valerie sangat dingin dan hatiku sakit saat melihatnya.Apa Valerie benar-benar ingin bercerai? Aku tidak berani bertanya. Dia pasti akan mengiakannya meski hanya untuk menyakitiku.Pikiranku sangat kacau sejak mendengar ucapan Adrian. Aku tidak berani membayangkan Valerie benar-benar meminta cerai.Valerie belum pulang hampir 1 minggu dan dia tidak berencana pulang dalam waktu dekat. Aku tidak terbiasa dengan hal ini. Suasana di rumah sangat berbeda sekarang, aku tidak merasakan kehangatan lagi.Sebelumnya
Sudut pandang Valerie:Apa aku salah dengar? Marcel tidak pernah menganggapku sebagai istrinya dan tetap berhubungan dengan saudaraku selama menikah denganku. Dia menyiksaku selama 5 tahun seolah-olah aku ini musuhnya. Namun, sekarang dia malah menuduhku menganggap pernikahan sebagai masalah sepela?Jadi, Marcel menganggap pernikahan kami sebagai apa? Sampah! Aku berusaha menahan amarahku agar tidak meneriakinya.Hanya saja, aku berbicara dengan dingin, "Ini memang pernikahan palsu! Tapi, setidaknya aku lebih menghargainya darimu.""Apa kamu mau bercerai karena ingin bersama Adrian?" tanya Marcel. Dia tertawa sinis.Adrian? Aku hanya mengirim pesan kepada Adrian dan dia menuduhku berselingkuh dengan Adrian? Aku menyahut, "Nggak. Bagaimana kalau aku bilang karena suamiku diam-diam mencium saudaraku?"Akhirnya aku memberi tahu Marcel hal ini. Aku tidak ingin mengungkitnya karena tidak ingin mempermalukan diriku sendiri lagi, tetapi Marcel terus mendesakku.Aku mengira bisa melupakannya.
Sudut pandang Valerie:Marcel menyahut, "Kamu memintaku menikahimu ...."Aku mengangkat tanganku lagi. Kali ini, Marcel menahan tanganku sebelum aku menamparnya. Dia menegur, "Cukup, Valerie! Apa maksudmu?"Aku menatap Marcel lekat-lekat sembari menjelaskan, "Kesepakatannya itu aku akan menyumbang darah, sumsum tulang belakang, dan organ lainnya yang dibutuhkan Alisa dariku. Kamu, orang yang kusukai selama bertahun-tahun, memberiku kesempatan untuk memenangkan hatimu."Hatiku sakit. Aku menambahkan, "Marcel, kamu yang datang mencariku dengan mengajukan kesepakatan ini. Apa kamu lupa?"Akhirnya, aku mengatakan hal ini. Air mataku mengalir saat aku menegaskan, "Kamu yang nggak mengikuti kesepakatannya!"Marcel memelotot dan mundur. Dia berkata terbata-bata, "Aku ... aku kira itu yang kamu inginkan ...."Aku menyela, "Kamu tahu aku mencintaimu dan kamu bisa membuat kesepakatan dengan melemparkan surat nikah kepadaku. Jadi, sebenarnya siapa yang dipermainkan?"Aku pikir aku akan marah saat
Sudut pandang Valerie:Siapa bilang menjaga etiket baik lebih bagus daripada marah-marah? Sebelumnya aku selalu menjaga etiket baik, tetapi yang kudapatkan hanya penghinaan, rasa sakit, dan ucapan terima kasih yang terlambat. Aku tidak ingin marah-marah. Namun, hatiku terasa lebih lega setelah meluapkan amarahku!Setelah marah-marah pada Marcel malam itu, aku melihat harapan baru dalam hidupku. Hatiku tidak sakit lagi karena Marcel dan aku bisa fokus memulai lembaran baru. Aku belum siap untuk melanjutkan hidupku saat menandatangani surat cerai, tetapi sekarang aku sudah siap.Aku merasa seperti terlahir kembali. Aku pikir aku membutuhkan waktu yang lama untuk menerima Marcel yang bersama Alisa setelah bercerai. Aku mengira aku masih bisa sakit hati, tetapi aku sudah mati rasa.Ternyata yang kubutuhkan hanya mencurahkan isi hatiku dan melupakan masalahku. Aku sudah mengakhiri hubunganku dengan Marcel."Bu Valerie?" panggil resepsionis kantor pusat Grup Malik. Dia tersenyum dan berucap,
Sudut pandang Valerie:Nenek menghela napas panjang sebelum berucap, "Mata kamu sudah nggak lagi mengikuti dia ke mana pun. Saat kamu memandangnya, yang ada cuma kesedihan mendalam di sana. Akhir yang terburuk akhirnya terjadi ....""Aku nggak mau kamu melanjutkan pernikahan ini karena aku nggak mau hal seperti ini terjadi padamu. Cucuku yang malang, aku nggak mau kamu terluka begitu parah sampai cahaya berharga di matamu meredup .... Tapi pada akhirnya, aku tetap gagal melindungimu," tambah Nenek."Nenek ...!" bisikku dengan terkejut. Aku tidak pernah tahu hal ini. Nenek ternyata bisa melihat semuanya dengan jelas. Aku mengira, kami berhasil menipunya selama ini."Kali ini, dia melukaimu dengan sangat parah, 'kan?" tanya Nenek dengan nada dingin. Kali ini, dinginnya diarahkan pada Marcel. Entah kenapa, itu justru menghangatkanku lebih dari apa pun.Nenek adalah keluarga Marcel. Dia bahkan tidak akan menjadi bagian dari keluargaku kalau aku tidak mengancam cucunya dengan cara licik.Ha
Sudut pandang Valerie:Aku tidak bisa menjawab Nenek. Aku hanya berdiri di sana, melihat Marcel dan Alisa berbicara, tertawa ... berpelukan. Nenek juga terdiam tanpa ekspresi terkejut.Kalau Nenek bisa menerima Alisa datang ke pesta ulang tahunnya dan menunjukkan kedekatannya dengan Marcel di depan umum seperti ini, lalu kenapa dia bahkan melontarkan pertanyaan itu padaku? Jelas, Alisa adalah masalahnya."Apa ini karena Alisa?" tanya Nenek yang tiba-tiba menoleh padaku.Aku mengalihkan pandanganku dari pelukan panjang dan penuh kehangatan yang sedang Marcel bagikan dengan Alisa. Dia bilang, dia sudah menyiapkan surat cerai. Jadi aku rasa, aku tidak lagi punya hak untuk menghakimi. Namun, bukan berarti pemandangan ini tidak menyakitkan.Aku seharusnya marah ketika pria itu menarik Alisa ke dalam pelukannya seperti dia adalah harta paling berharga di dunia. Apalagi, di sebuah pesta di mana dia memintaku untuk datang dan berpura-pura menjadi pasangan mesra dengannya untuk terakhir kalinya
Sudut pandang Marcel:Aku tidak tahu harus bagaimana dengan apa yang terjadi hari ini. Olivia sudah menjadi salah satu gadis jahat sejak masa sekolah, jadi aku tidak pernah percaya pada ucapannya.Namun, Alisa tidak pernah dekat dengannya. Jadi, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kesalahpahaman itu bisa terjadi ... jika itu memang hanya kesalahpahaman.Tidak peduli apa pun yang Alisa katakan, aku tidak pernah meragukannya sebelumnya. Hanya saja sekarang aku tidak bisa yakin seperti dulu, terutama setelah dia berbohong soal memberi tahu Joshua tentang pesan Val.Apalagi setelah Gerry dengan panik menyuruhku mengabari Alisa kalau Val mencoba kabur ke rumah. Alisa bisa berbohong. Itu adalah konsep yang sebelumnya tidak pernah bisa kuterima."Marcel, ada apa?" tanya Alisa yang memiringkan kepalanya dengan polos ketika aku membawanya ke sudut ruangan ini. Senyum hangat terpancar dari matanya. Itu adalah mata yang sudah kupercayai seumur hidupku.Aku ingin percaya padanya, tetapi kini aku
Sudut pandang Diego:Aku sedang mencari adikku. Dia menghilang 20 tahun yang lalu. Sejak saat itu, aku terus mencarinya. Yang kutahu hanyalah dia menghilang di Dasira. Itulah tempat di mana kami menemukan jasad Ibu. Namun, adikku tidak ada bersamanya.Polisi mengumumkan kematiannya bertahun-tahun yang lalu dan mengatakan bahwa mungkin dia sudah dimakan binatang. Sungguh alasan yang konyol untuk diberikan kepada keluarga yang sedang berduka.Aku memohon pada polisi untuk tidak menyerah, tetapi mereka tetap menutup kasusnya. Aku bahkan ingin menggugat mereka, tetapi Ayah melarangku. Ini memang bukan salah mereka. Aku yang salah. Akulah tidak bisa hidup dengan fakta itu. Itu sebabnya, aku menjadi pengacara.Aku telah melihat sisi gelap manusia. Aku ingin bisa melakukan sesuatu saat ketidakadilan seperti ini terjadi, baik kepadaku maupun orang lain.Selain itu, memiliki firma hukum adalah penyamaran terbaik untuk melakukan penyelidikan. Aku lulus lebih cepat dan melewati masa sekolah secep
Sudut pandang Valerie:Semua orang bisa melihat bahwa Alisa berbohong pada titik ini, termasuk Olivia. Olivia memilih untuk mengorbankan Alisa daripada dirinya sendiri.Olivia yang melontarkan hinaan kepada Liana. Apabila meminta maaf, dia akan terlihat sebagai perundung. Namun dia bersikeras bahwa semua itu dilakukannya demi keadilan untuk sahabatnya. Sekarang, sahabat yang berbohong itu harus menanggung semua akibatnya."A ... aku nggak pernah menunjukkan gaun apa pun padamu! Olivia ...." Alisa mendongak, lalu menatap Olivia dan berbicara dengan suara bergetar penuh rasa sakit, "Maaf kalau kamu salah paham, tapi aku nggak pernah bilang bahwa gaun Liana itu KW ....""Tapi, kamu bilang ...," balas Olivia dengan nada tajam. Dia membeku dengan ekspresi ketakutan di wajahnya.Aku menggelengkan kepala perlahan. Olivia terlalu naif. Dia tidak tahu bahwa Alisa sangat pandai berbohong dan tidak pernah meninggalkan celah saat melakukannya.Yang paling mungkin adalah Alisa hanya "mengisyaratka
Sudut pandang Valerie:Lingkaran itu terdiam dalam keheningan yang mengejutkan. Aurel terlihat mengernyit. Nenek sebenarnya sedang menyelesaikan situasi untuknya, tetapi pria itu sepertinya tidak sadar.Alisa tersenyum sopan dengan sedikit pengekangan. Dia berhasil menyampaikan kekecewaannya terhadap "pembohong yang tidak masuk akal" dengan sempurna. Bahkan, Nenek juga terkejut.Liana pun melirik pria itu dengan cemas, tetapi dia membalasnya dengan senyum yang menenangkan.Di sisi lain, para wanita jahat mulai melemparkan ejekan yang disertai serangan, tetapi tidak satu pun yang tampaknya berhasil menyentuh pria asing itu. Dia hanya berdiri di sana dengan senyum sopan, lalu menatap langsung ke arah Alisa."Aku nggak mau jawab," ucap Alisa sambil memasang ekspresi sedikit cemberut. Dia melanjutkan, "Soalnya kamu juga nggak menjawab pertanyaanku."Tentang namanya? Maksudku memang benar dia tidak menjawab, tetapi aku tidak akan menganggap itu sebuah penghinaan ...."Kenapa kamu ...." Pria
Sudut pandang Valerie:"Jadi, maksudmu aku beli barang KW gitu?" tanya pria tampan itu. Dia tidak melepaskan Liana, melainkan mengarahkan pandangannya ke kelompok wanita-wanita jahat sambil mengangguk. Tiba-tiba semua gerakannya terlihat begitu anggun di mataku, entah kenapa itu sangat menyenangkan untuk dilihat.Aku rasa, Liana merasakan hal yang sama. Sebab, dia menatap pria itu dengan ekspresi terpesona sekaligus terkejut dari balik dadanya."Aku ...." Para gadis jahat itu serempak melirik Olivia Wiguna, sahabat Alisa yang berdiri di tengah. Olivia berucap dengan tergagap, "Maksudku ...."Matanya melirik ke arah Alisa dan terlihat sangat gugup. Jelas, dia membutuhkan arahan dari pemimpinnya."Maaf, siapa namamu?" Alisa berdeham dan melangkah maju. Nadanya sopan, sementara suaranya terdengar menyenangkan. Ini adalah nada suara yang selalu dia gunakan saat ingin membuat seseorang terkesan.Sepertinya semua orang setuju bahwa pria asing ini memang tampan. Namun, mungkin Alisa hanya me
Sudut pandang Valerie:Dulu aku sering berdebat dengan Alisa, ketika aku masih peduli. Sekarang, aku tidak peduli lagi dengan Marcel.Aku tidak punya keinginan sedikit pun untuk "mengalahkan" Alisa, terutama dalam perdebatan yang tidak berarti. Dia sudah memiliki hati Marcel. Yang ingin aku lakukan sekarang hanyalah melindungi temanku.Alisa selalu memenangkan pertengkaran kami dengan membuatku terlihat seperti pelaku intimidasi. Dia tidak tahu bagaimana menghadapi diriku yang menyerah. Lantaran kehabisan kata-kata, dia menggigit bibirnya dalam diam. Teman-temannya pun mundur dengan ragu.Aku meraih pergelangan tangan Liana, lalu berbalik ke arah Nenek dan berucap, "Nek, mohon maaf sekali ....""Mau ke mana?" Aku hampir menabrak seorang pria. Langkahku terhenti karena tiba-tiba mendengar ucapannya. Dia menggantikan posisi kelompok wanita kejam tadi untuk berdiri menghalangi jalanku. Dulu, aku sempat berpikir warna mata kami yang sama itu menarik. Sekarang, aku hanya ingin memukul kepa
Sudut pandang Valerie:"Nek, aku akan lihat apa yang terjadi!" Aku sedikit mengangkat gaunku, lalu bergegas pergi."Aku ikut," ucap Nenek. Dia mengernyit ketika menatap ke arah keributan itu. Nenek tidak suka keributan di pestanya, apalagi kalau sampai dia tahu siapa sebenarnya Liana.Aku buru-buru berucap, "Nggak perlu, Nek. Aku bisa menyelesaikannya sendiri ...."Namun sebelum aku selesai, sebuah suara lembut dan manis menyelaku, "Nek, nggak perlu repot-repot. Aku yakin Val bisa menangani situasinya ... soalnya orang itu adalah temannya."Alisa yang licik tentu saja akan muncul di saat seperti ini. Aku yakin apa pun yang terjadi dengan Liana, pasti ada hubungan dengannya. Dia adalah satu-satunya orang yang punya motif untuk menarik perhatian buruk kepada Liana.Yang mengejutkanku, Nenek tidak menangkap kata-kata kunci dari Alisa. Sebaliknya, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang kamu panggil Nenek?"Senyum di wajah Alisa membeku. Dia segera beringsut ke sisi Marcel dan berbisik, "M