Sudut pandang Valerie:Mereka tahu aku punya sesuatu yang diinginkan Marcel sehingga aku bisa memaksanya. Aku memberi tahu Aurel kebenarannya karena masalah keluargaku tidak bisa ditutupi lagi.Aku mencegah Aurel menceritakannya pada Liana. Aku ragu. Aurel mencebik.Aku tidak ingin terlalu banyak orang tahu masalah transfusi darah karena tidak ingin dianggap sebagai korban. Itu adalah keahlian Alisa. Selain itu, Liana yang emosional pasti akan marah setelah tahu tentang kesepakatan Joshua.Liana melihat aku dan Aurel, lalu bertanya, "Kenapa? Apa aku nggak boleh tahu?"Seketika aku paham alasan Liana ragu-ragu memberitahuku rahasia itu. Terkadang kita menyembunyikan sesuatu dari orang-orang yang kita cintai untuk melindungi mereka."Val, seharusnya kamu beri tahu kami sejak awal," kata Aurel dengan lembut. Dia yang paling sensitif dan dewasa di antara kami bertiga. Aurel meneruskan, "Aku memahami kekhawatiranmu, tapi kami ini sahabatmu. Kami pasti mengerti."Seharusnya aku memberi tahu
Sudut pandang Valerie:Aku tersedak, lalu batuk-batuk sampai mengeluarkan air mata. Liana dan Aurel terus memberikan tisu kepadaku. Mereka juga memelototiku.Setelah menenangkan diri, aku menjelaskan, "Maksudku .... Sudah kubilang, ini pengobatan yang belum pernah digunakan sebelumnya. Dokter baru memikirkan teorinya saat kami mulai, jadi ....""Sebenarnya berapa kali kamu donor sumsum tulang belakangmu?" tanya Aurel dengan galak."Lima kali," jawabku dengan gugup. Entah kenapa aku merasa bersalah.Setiap kali gagal, aku terus meyakinkan diriku ini adalah yang terakhir kalinya. Sebelum Alisa benar-benar sembuh, Marcel sudah mencium Alisa seolah-olah tidak membutuhkanku lagi. Kondisiku waktu itu benar-benar menyedihkan.Aku menambahkan, "Semuanya dilakukan dalam periode waktu yang aman."Namun, Liana dan Aurel tidak ingin mendengar ucapanku lagi. Aurel kehilangan kendali dan memberi tahu Liana semua perbuatan jahat Keluarga Salim. Liana mengabaikan aku yang berusaha menjelaskan dan teru
Sudut pandang Marcel:"Kenapa? Apa terjadi sesuatu pada Alisa?" tanya Valerie seraya melipat kedua tangannya di dada.Nada bicara Valerie terdengar sarkastis. Aku mengira ucapanku akan membuat Valerie senang, seperti sebelumnya. Aku tahu kali ini Valerie benar-benar tersakiti, tetapi aku mengira bisa melihat mata Valerie berbinar-binar biarpun dia tetap berusaha menunjukkan ekspresi dingin.Biasanya Valerie bersikap seperti ini untuk memancingku menghiburnya. Namun, sekarang tatapan Valerie sangat dingin dan hatiku sakit saat melihatnya.Apa Valerie benar-benar ingin bercerai? Aku tidak berani bertanya. Dia pasti akan mengiakannya meski hanya untuk menyakitiku.Pikiranku sangat kacau sejak mendengar ucapan Adrian. Aku tidak berani membayangkan Valerie benar-benar meminta cerai.Valerie belum pulang hampir 1 minggu dan dia tidak berencana pulang dalam waktu dekat. Aku tidak terbiasa dengan hal ini. Suasana di rumah sangat berbeda sekarang, aku tidak merasakan kehangatan lagi.Sebelumnya
Sudut pandang Valerie:Apa aku salah dengar? Marcel tidak pernah menganggapku sebagai istrinya dan tetap berhubungan dengan saudaraku selama menikah denganku. Dia menyiksaku selama 5 tahun seolah-olah aku ini musuhnya. Namun, sekarang dia malah menuduhku menganggap pernikahan sebagai masalah sepela?Jadi, Marcel menganggap pernikahan kami sebagai apa? Sampah! Aku berusaha menahan amarahku agar tidak meneriakinya.Hanya saja, aku berbicara dengan dingin, "Ini memang pernikahan palsu! Tapi, setidaknya aku lebih menghargainya darimu.""Apa kamu mau bercerai karena ingin bersama Adrian?" tanya Marcel. Dia tertawa sinis.Adrian? Aku hanya mengirim pesan kepada Adrian dan dia menuduhku berselingkuh dengan Adrian? Aku menyahut, "Nggak. Bagaimana kalau aku bilang karena suamiku diam-diam mencium saudaraku?"Akhirnya aku memberi tahu Marcel hal ini. Aku tidak ingin mengungkitnya karena tidak ingin mempermalukan diriku sendiri lagi, tetapi Marcel terus mendesakku.Aku mengira bisa melupakannya.
Sudut pandang Valerie:Marcel menyahut, "Kamu memintaku menikahimu ...."Aku mengangkat tanganku lagi. Kali ini, Marcel menahan tanganku sebelum aku menamparnya. Dia menegur, "Cukup, Valerie! Apa maksudmu?"Aku menatap Marcel lekat-lekat sembari menjelaskan, "Kesepakatannya itu aku akan menyumbang darah, sumsum tulang belakang, dan organ lainnya yang dibutuhkan Alisa dariku. Kamu, orang yang kusukai selama bertahun-tahun, memberiku kesempatan untuk memenangkan hatimu."Hatiku sakit. Aku menambahkan, "Marcel, kamu yang datang mencariku dengan mengajukan kesepakatan ini. Apa kamu lupa?"Akhirnya, aku mengatakan hal ini. Air mataku mengalir saat aku menegaskan, "Kamu yang nggak mengikuti kesepakatannya!"Marcel memelotot dan mundur. Dia berkata terbata-bata, "Aku ... aku kira itu yang kamu inginkan ...."Aku menyela, "Kamu tahu aku mencintaimu dan kamu bisa membuat kesepakatan dengan melemparkan surat nikah kepadaku. Jadi, sebenarnya siapa yang dipermainkan?"Aku pikir aku akan marah saat
Sudut pandang Valerie:Siapa bilang menjaga etiket baik lebih bagus daripada marah-marah? Sebelumnya aku selalu menjaga etiket baik, tetapi yang kudapatkan hanya penghinaan, rasa sakit, dan ucapan terima kasih yang terlambat. Aku tidak ingin marah-marah. Namun, hatiku terasa lebih lega setelah meluapkan amarahku!Setelah marah-marah pada Marcel malam itu, aku melihat harapan baru dalam hidupku. Hatiku tidak sakit lagi karena Marcel dan aku bisa fokus memulai lembaran baru. Aku belum siap untuk melanjutkan hidupku saat menandatangani surat cerai, tetapi sekarang aku sudah siap.Aku merasa seperti terlahir kembali. Aku pikir aku membutuhkan waktu yang lama untuk menerima Marcel yang bersama Alisa setelah bercerai. Aku mengira aku masih bisa sakit hati, tetapi aku sudah mati rasa.Ternyata yang kubutuhkan hanya mencurahkan isi hatiku dan melupakan masalahku. Aku sudah mengakhiri hubunganku dengan Marcel."Bu Valerie?" panggil resepsionis kantor pusat Grup Malik. Dia tersenyum dan berucap,
Sudut pandang Valerie:"Maaf!" celetukku sambil mengalihkan pandanganku dari meja. Aku makin gugup saat berkata, "Aku ... maksudku ...."Aku merasa sangat malu. Aku memang tidak pandai bersosialisasi. Aku lebih memilih menulis naskah daripada menghadapi orang, apalagi pebisnis seperti Adrian."Tenang, aku cuma bercanda," ucap Adrian. Dia tertawa, lalu mengulurkan tangan dan melanjutkan, "Aku nggak menyangka kamu tertarik padanya."Aku tidak tahu bagaimana menanggapi komentar Adrian yang sepertinya memiliki makna terselubung. Jadi, aku memutuskan untuk mengabaikannya dan menanggapi ucapan Adrian sebelumnya, "Terima kasih atas perhatianmu. Perjalanannya nggak terlalu buruk."Aku berjabat tangan dengan Adrian dan menambahkan, "Aku naik MRT."Adrian tertawa. Aku tahu dia mempunyai reputasi buruk di sekolah sehingga tidak ada yang berani mencari masalah dengannya. Jadi, aku merasa terhibur melihat sikap Adrian yang ramah kepadaku. Aku pun merasa lebih tenang."Aku khawatir kamu nggak akan d
Sudut pandang Valerie:Ketika selesai mempresentasikan idenya, aku merasa malu sekaligus terkejut. Aku bisa-bisanya bicara selama dua jam tanpa henti? Di dalam lift, aku tak kuasa menutupi wajah sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi.Adrian tersenyum padaku dengan tatapan penuh semangat, bahkan mengangguk sepanjang pembicaraan dan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana hingga aku benar-benar lupa waktu.Bayangkan saja, aku baru menghabiskan seluruh pagi seorang miliarder yang urusan bisnisnya jauh lebih penting daripada filmku ....Aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi Adrian saat itu. Ketika aku mendongak, dia tersenyum licik dan seakan-akan bisa membaca pikiranku lagi."Um, aku sebaiknya ...." Aku meletakkan iPad sambil menunjuk ke pintu, lalu memberi tahu, "Makasih banyak sudah mendengarkan!"Mendengar itu, Adrian sontak tertawa. "Kamu bahkan nggak mau tahu keputusanku?" tanya Adrian sambil tersenyum. Tatapannya yang dalam dan berkilau terlihat menggoda di balik kacamat
"Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran
Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o
Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set
Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se
Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa
Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru
Itulah frasa yang tidak pernah bisa dipahami Val, rasa ingin tahu yang kelam.Sambil melihat sekeliling, Val perlahan menggeleng, matanya dipenuhi rasa jijik saat melihat penghinaan di mata para penonton yang ingin tahu. Apa yang mereka tunggu? Agar dia menangis karena dipermalukan oleh seorang wanita tua yang bahkan tidak mengenalnya?Agar dia merasa malu karena seseorang yang menyebutnya "saudari" justru secara terbuka menunjukkan cara untuk mempermalukannya, sambil berpura-pura bersikap baik dengan akting canggungnya?Dia bukan orang yang seharusnya merasa malu di sini."Terima kasih atas undangannya, Nyonya Wibowo," Val menunduk ringan, nadanya tenang dan sopan.Nyonya Wibowo akhirnya menatap Val, seolah melihatnya untuk pertama kali. Dia mengamati Val selama beberapa detik yang terasa lama dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Pada titik ini, Val cukup terkejut. Apa yang bisa Alisa katakan sampai membuat Nyonya Wibowo langsung membencinya terlebih hanya dengan melihatnya?"Hmph."
Val sempat kehilangan fokus sejenak.Apa yang barusan Marcel katakan?Selama ini, Val mengira Joshua ada hubungannya dengan kematian ibunya. Setidaknya, dia menyaksikannya dan tidak menolong, hanya melihat Erin meregang nyawa lalu membawa Val pulang. Val sudah menyelidiki kecelakaan mobil itu dengan memanfaatkan sumber daya Nico dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi, sumber daya itu sangat besar.Hasilnya? Tidak ada.Val tidak menemukan satu pun bukti yang menunjukkan keberadaan Joshua di dekat lokasi kecelakaan dan dia berpikir mungkin semua jejaknya telah dihapus. Lagi pula, Joshua pasti telah berusaha menutupi jejaknya juga.Namun, jika yang dikatakan Marcel benar ...."Gimana kamu bisa tahu? Kamu punya bukti? Sudah berapa lama kamu mengetahuinya dan menyembunyikannya dariku hanya untuk ...?" Val meledak dengan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin.Ting, ting, ting!Suara dentingan gelas yang tajam memecah keheningan, membuat Val langsung berhenti. Bahkan sebelum dia bisa men
"Aku baru sadar, kamu terlihat menggemaskan saat marah."Saat itu, Val benar-benar ingin menghantam kepala pria konyol itu dan langsung pergi. Namun, seluruh lobi sudah sunyi dan semua mata tertuju pada orang-orang di tengah. Jika dia berani bertindak sekarang, dia akan menjadi pusat perhatian. Jadi itu alasan Marcel begitu berani sekarang?"Kalau kamu sudah nggak peduli lagi dengan ular kecilmu itu ...." Val menggertakkan giginya, tetapi dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Marcel menyeringai percaya diri dan menyelanya dengan santai ...."Kamu bahkan belum mendengar tawaranku."Val berbalik untuk pergi, tetapi Marcel sudah lebih dulu membaca gerakannya dan menarik pinggangnya sebelum dia bisa menghindar. Walaupun dia gagal membuat keributan dan hanya menarik perhatian segelintir orang di sekitar mereka, dia kini berada dalam pelukan Marcel, dengan erat."Kamu ...!"Val nyaris berteriak. Nyaris.Val tidak pernah suka berdandan, tidak seperti sekarang. Dia belajar merias di