Share

Bab 18 Kesatria

Author: Nyx Rai
Sudut pandang Valerie:

"Jangan mendekat!" teriakku. Aku tidak peduli lagi jika tindakanku menarik perhatian orang lain.

Gerry tertawa dan menimpali, "Nggak ada yang bisa selamatkan kamu. Apa kamu tahu alasannya? Karena kamu sangat jahat dan kamu harus merasakan akibatnya!"

Gerry melangkah dan aku segera mengambil botol bir yang kulihat tadi. Aku menghantam botol bir ke meja dan menjadikannya sebagai senjata.

"Jangan mendekat!" ancamku seraya mengarahkan botol yang pecah pada Gerry.

Gerry mengangkat kepalanya untuk menunjukkan lehernya padaku. Dia membalas, "Coba saja, adikku sayang. Tunjukkan pada semua orang kamu itu pembunuh!"

Aku mengarahkan botol ke leherku dan mengancam, "Kalau kamu mendekat, aku akan menusuk leherku! Kamu juga tahu aku pasti akan mati karena stok darah di kota ini nggak cukup untukku!"

Gerry tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. Dia tetap mengarahkan kameranya padaku dan menanggapi, "Kamu kira aku peduli kalau kamu sakiti dirimu sendiri? Aku sudah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 19 Pesan yang Salah

    Sudut pandang Valerie:"Minum-minum," sahutku seraya mengangkat bahu. Aku ingin segera pergi karena malas berbicara dengan Marcel. Akhirnya aku bisa mengendalikan tubuhku yang gemetaran setelah bicara.Tiba-tiba, Marcel menjepit daguku agar aku mendekatinya. Dia berkata seraya mengernyit, "Kamu melukai diri sendiri.""Lepaskan aku," tegasku sambil berusaha menyingkirkan tangan Marcel. Namun, Marcel tidak melepaskanku.Mungkin dulu aku akan merasa bahagia jika Marcel memperhatikanku. Akan tetapi, sekarang sudah berbeda. Aku tidak suka disentuh Marcel sesuka hatinya, seakan-akan aku ini masih miliknya.Sepertinya tanganku bergetar saat aku menekan botol ke leherku. Aku tidak menyangka ujung botol itu begitu tajam. Akan tetapi, Marcel terlihat seperti memaksaku menatapnya, bukan memeriksa lukaku."Apa kamu mengungkit lukaku untuk membantuku atau hanya berniat melihatku mati karena kehabisan darah?" tanyaku seraya memelototi Marcel. Aku mencakar tangannya.Marcel berdecak dan melepaskanku.

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 20 Pemarah

    Sudut pandang Valerie:"Kecilkan suaramu!" tegur Marcel.Orang yang kaya raya pasti akan menjadi selebritas. Status pernikahan pesohor seperti Marcel bisa memengaruhi bisnisnya jika tidak dikendalikan dengan baik.Aku juga memikirkan hal ini dan tidak menganggapnya sebagai masalah besar. Namun, seharusnya aku tidak memberi tahu Adrian sebelum Marcel mengumumkannya.Aku mengingatkan Marcel sebelum pergi, "Maaf aku memberi tahu Adrian sebelum kamu mengumumkannya. Tapi, kamu nggak bisa menundanya lagi. Sepertinya kamu harus mendesak pengacaramu malam ini."Adrian adalah saingan Marcel, sedangkan Gerry sangat bodoh. Marcel pasti merasa takut setelah rahasianya diketahui kedua orang ini.Aku tidak tahu Marcel menunda perceraian karena meragukan syaratnya atau memang tidak menganggapnya serius. Mungkin sampai sekarang Marcel masih tidak memercayainya karena dia sudah lama mendambakan perceraian ini.Sama seperti kabar kehamilan yang kusembunyikan. Aku paham, tetapi aku tidak akan membicaraka

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 21 Kesayangan Gerry

    Sudut pandang Valerie:Aku langsung melirik Marcel dan Marcel memandang Liana seraya mengernyit. Liana membenci Marcel! Kenapa Liana ada di sini saat aku masih terjebak dengan Marcel?Jantungku berdegup kencang. Aku berbalik dengan perlahan.Aurel menghampiriku, lalu memeriksa keadaanku dan berujar, "Val, apa kamu baik-baik saja? Maaf, aku ada masalah. Kenapa rambutmu bau? Astaga, kamu terluka!"Aku terkekeh saat melihat Aurel yang panik. Aku tiba-tiba merasa seperti kembali ke masa lalu. Ketika Gerry menindasku, Aurel akan memperhatikanku dan Liana ....Aku melirik Liana dan dia menatapku dengan dingin. Liana juga menatapku seperti itu saat meninggalkan acara pernikahanku dengan Marcel. Aku segera menunduk dan tidak berani melihat Liana lagi.Aura Liana sangat mengintimidasi. Kakaknya yang merupakan polisi mengajarkannya banyak hal dan dia sangat berwibawa."Liana sayang, kenapa kamu datang ke sini?" seru Gerry. Suaranya mencairkan suasana yang tegang.Liana berdecak, lalu melirik Ger

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 22 Alisa yang Polos

    Sudut pandang Marcel:Valerie pergi bersama temannya. Aku tidak pernah melihat Valerie segembira ini. Valerie tidak pernah tertawa padaku, dia hanya tersenyum padaku.Terakhir kali Valerie tersenyum padaku beberapa bulan yang lalu. Hanya saja, ekspresinya terlihat lebih santai saat bersama teman-temannya. Senyum Valerie padaku tampak kaku, seperti takut terluka. Dia juga selalu berusaha menyanjungku.Aku tahu jelas Valerie tidak bahagia hidup bersamaku. Aku pikir aku tidak mencintai Valerie. Itulah sebabnya aku tidak peduli jika aku menyakitinya. Dia memaksaku dan aku memanfaatkan hal itu untuk membenarkan semua perbuatanku.Bagiku, tiga hari ini sangat sulit dijalani. Aku terus memikirkan Valerie yang menyalahkanku karena menyiksanya. Aku merasa mual setiap teringat kata "bank darah".Aku terus mencari alasan untuk membenarkan perbuatanku. Mungkin Valerie pantas merasakan akibatnya, mungkin dia yang mencari masalah sendiri, mungkin semuanya bisa berubah. Namun, tidak ada alasan yang b

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 23 Video Lengkap

    Sudut pandang Marcel:Aku merebut ponsel Gerry dan berujar, "Gerry, aku pikir kamu ingin Val pergi. Alisa ingin Val meninggalkan kota ini."Gerry berusaha mengambil ponselnya dariku dan menegaskan, "Aku mau dia tinggalkan kamu, bukan kota ini! Bagaimana kalau Alisa membutuhkan Valerie lagi?"Aku bergidik. Apa ini Gerry yang kukenal? Apa dia itu murid populer dan kakak baik yang selalu dipamerkan Alisa? Apa dia itu teman yang selalu mendukungku?Sekarang Gerry malah menganggap Valerie sebagai bank darah untuk Alisa. Aku menyerahkan ponsel pada Gerry, lalu berkata dengan dingin, "Tenang, itu kejadian 3 hari yang lalu dan itu memang penyebab masalahnya.""Ha?" sahut Gerry. Dia menenangkan dirinya dan mengerjap. Dia tampak terkejut saat melanjutkan, "Alisa memberitahuku itu karena ibuku ...."Aveline memang memancing Valerie untuk kembali. Gerry berucap, "Valerie nggak pernah mengungkit untuk meninggalkan kota lagi sejak ...."Gerry melirikku. Aku langsung tahu Gerry berniat mengatakan Val

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 24 Raja Sosial Media

    Sudut pandang Marcel:Adrian sangat menyebalkan. Dia bukan hanya mewarisi perusahaan media cetak terbesar di kota ini dari ayahnya, tetapi juga pandangan kelam ayahnya tentang dunia.Adrian tidak memercayai hukum. Dia hanya memercayai kekuasaan. Adrian tidak memedulikan keadilan dan hanya mementingkan narasi.Adrian bisa menyakiti siapa pun tanpa ragu meski mereka tidak bersalah. Namun, dia akan melindungi orang yang penting baginya tanpa syarat. Aku selalu bertentangan dengan Adrian sehingga dia selalu menargetkanku."Bagaimana, Mar?" tanya Adrian sembari tersenyum sinis. Sepertinya luka di wajahnya sama sekali tidak sakit.Aku tidak suka mendengar Adrian memanggilku seperti itu. Gerry maju dan menegur Adrian dengan aura mengintimidasi, "Adrian, pergi dari sini."Tinggi badan Adrian sama denganku, tetapi tinggi badan Gerry sekitar 195 sentimeter. Mungkin itu alasannya dia dianggap suka menindas orang. Padahal dia tidak pernah menindas siapa pun.Adrian tetap bergeming. Dia berkata pad

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 25 Rahasia Lima Tahun Lalu

    Sudut pandang Valerie:Aurel berseru, "Ew, itu kebenarannya? Kamu tidur dengannya? Serius?"Setelah bertemu dengan Gerry di Nolanza, kami pun meninggalkan tempat itu. Kemudian, kami pergi ke bar kecil yang lebih tenang. Bar ini lebih cocok untuk mengobrol.Liana yang putus asa memejamkan matanya. Dia tidak berani menatap Aurel lagi. Liana menegaskan, "Itu nggak disengaja!"Ternyata ini kebenarannya. Dulu Liana yang membereskan sebagian besar "kode merah" dariku. Aku tidak percaya Liana dan Gerry yang merupakan musuh bebuyutan bisa saling jatuh cinta. Namun, sepertinya Gerry jatuh cinta pada Liana.Aurel menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya, lalu berujar, "Tapi, itu Gerry!"Liana juga terlihat frustrasi. Aku bertanya, "Kapan hal itu terjadi?"Jika hal itu baru terjadi, kami harus membeli alat tes kehamilan lagi. Kami tidak ingin melihat ada anak lain yang lahir tanpa cinta orang tua yang utuh.Liana melirikku sekilas sebelum melihat gelasnya. Aku dan Aurel bertatapan deng

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 26 Kesepakatan

    Sudut pandang Valerie:Setelah mendengar ucapan Liana, aku berhenti menangis karena kaget. Aku berujar, "Apa?"Liana bertanya, "Kamu tahu waktu itu Dylan bertugas di area vila, 'kan?"Aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Liana meneruskan, "Saat itu, Damon dipanggil ke kediaman Keluarga Tanzil. Sepertinya tetangga yang memanggilnya. Pokoknya Wanita Baja mengamuk dan Alisa itu penyebab masalahnya.""Apa?" sahutku sembari mengerjap. Aku masih kebingungan.Wanita Baja adalah nenek Marcel. Dia yang membesarkan Marcel setelah orang tua Marcel meninggal karena kecelakaan. Nenek Marcel yang melindungi bisnis keluarga dari orang-orang yang berniat jahat. Itulah sebabnya dia dijuluki Wanita Baja.Aurel menepuk punggungku. Dia lebih tenang daripada Liana. Aurel yang melanjutkan, "Biar aku saja. Saat itu, Marcel membawa Alisa untuk menemui neneknya karena dia ingin menikahi Alisa. Marcel ingin meminta persetujuan neneknya."Marcel bisa menyakiti siapa pun demi Alisa, kecuali neneknya. Marcel

Latest chapter

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 110 Hari Pembalasan untuk Alisa

    Sudut pandang Valerie:Aku menatap ke atas dengan terkejut dan melihat Alisa menangis. Menangis seperti boneka yang sangat tersakiti, dia menghapus wajahnya, tetapi air mata terus mengalir begitu cepat sehingga tetesan-tetesannya terus jatuh di dekat kakiku.Tidak ada hal baik yang terjadi saat dia menangis."Ibumu memohon pada Ayah untuk membawamu pulang ...." Alisa menangis begitu keras hingga napasnya terengah-engah, dan itu membuat ucapannya terputus-putus. "Kalau kamu sangat ingin pergi, pergilah, tapi Ayah menyelamatkanmu ketika ibumu sudah menjadi dingin karena obat-obatan yang dia pakai! Ayah pasti akan menyelamatkannya kalau dia …!""Kamu pikir aku akan percaya kebohongan kejammu?" dengusku kepada usahanya yang gagal. Aku mencoba berdiri dengan pergelangan kaki yang terpelintir. "Pemadat? Serius? Kamu sendiri yang bilang kalau aku dibuang di panti asuhan, perlu aku ingatkan?"Alisa tidak pernah pemalu kecuali saat dia berbohong. Dia tahu bahwa bermain sebagai korban akan membe

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 109 Rasa Sakit yang Membakar

    Sudut pandang Valerie:Mengapa Marcel bahkan membantu tadi?Aku menatap Marcel, terkejut. Kupikir dia lebih baik dari Joshua Salim. Kupikir meskipun dia peduli kepada Alisa, dia orang yang baik, tidak seperti Joshua Salim."Aku nggak akan tinggal." Aku menahan amarahku yang perlahan membakar rasionalitasku. "Aku nggak peduli tentang berkas-berkas itu. Ingat saja, bigami itu adalah kejahatan."Dia pikir seberapa besar pengaruh perasaanku kepadanya yang tersisa? Aku tidak ingin melakukan apa pun untuk mereka karena aku tidak ingin membuang-buang waktuku untuk mereka, bukan karena mereka bisa begitu saja menginjakku."Aku nggak berniat menikahi Alisa." Marcel mengangkat berkas. "Aku hanya ingin kesempatan lain. Kamu ingin kesempatan dariku, dan itu yang aku inginkan sekarang ….""Aku sudah memberikan segalanya untuk kesempatan itu!" bentakku dengan marah. Dia tahu bagaimana cara membuatku kesal. "Anggap saja kamu bukan memintaku tinggal demi Alisa, caramu meminta adalah dengan mengancamku

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 108 Suara Patah Hati

    Sudut pandang Marcel:"Apa maksudmu ...?" Suara Val bergetar karena ketakutan ketika aku mendekat. Dia melemparkan pandangan acuh tak acuh kepadaku, seolah-olah aku tidak ada di sana. Matanya merah karena menangis dan tinjunya gemetar.Apa yang mungkin dikatakan Joshua Salim kepadanya? Val bahkan tidak sekalut ini saat dia memberiku berkas-berkas itu."Kamu selalu mengira aku memalsukan berkas adopsimu," kata Joshua Salim dengan desahan berat. "Kamu benar. Aku nggak mengadopsimu dari panti asuhan. Aku menemukanmu di Dasira, di pelukan ibumu yang sudah dingin.""Kamu bohong!" desis Val kepada Joshua Salim seperti anak kucing kecil yang terluka. Telinganya akan terlipat ke belakang jika saja dia memilikinya. Dia menggelengkan kepala, dan air matanya jatuh, tetapi dia bahkan tidak merasakannya. Dia berbalik untuk meraih kaos Adrian dengan tatapan teraniaya, dan aku menatap tajam Adrian."Bawa dia keluar dari sini," kataku kepada Adrian sebelum aku berbalik menghadap Joshua Salim. "Kamu ng

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 107 Melepaskan

    Sudut pandang Marcel:Aku bertengkar dengan Adrian.Aku melihat Val bersama Adrian di tempat parkir, sedang berbicara, terlihat bahagia. Aku sebenarnya bisa saja pergi dan memberi Val berkas yang sudah ada di mobilku, yang sudah seperti tempat tinggalku beberapa hari ini. Namun, aku tidak melakukannya. Aku tidak terburu-buru memutuskan satu-satunya hubungan yang tersisa antara aku dan Val.Aku mengikuti mobil mereka, tidak yakin apa tujuanku melakukannya. Pembicaraan lain setelah Adrian mengantarnya pulang? Apa gunanya percakapan lain? Semua yang kulakukan sekarang hanya mendorong Val makin jauh. Meskipun begitu, aku mengikuti mereka seperti anak yang tersesat.Adrian si berengsek itu segera menyadari keberadaanku dan menghilang di tengah lalu lintas. Dia seorang pembalap, satu-satunya hal yang tidak bisa aku kalahkan darinya.Ketika akhirnya aku berhasil menyusulnya, Val sudah pergi menemui Alisa. Aku mengakui diriku kesal. Alisa tidak dalam kondisi mendesak dan Adrian seharusnya tida

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 106 Utang Valerie

    Sudut pandang Valerie:Joshua Salim tidak ingin aku menemukan keluarga asliku. Tentu saja tidak. Dia ingin aku terikat pada kotanya, pada Alisa, seumur hidup! Entah apakah aku bahagia atau menderita dalam prosesnya, dia tidak peduli.Melihat wajah dingin Joshua Salim, aku tidak bisa mengerti mengapa dia membenciku begitu dalam. Aku akan mengerti jika Alisa membutuhkanku. Apa yang Joshua lakukan tidaklah pantas, tetapi setidaknya dia melakukannya karena cinta kepada putrinya.Mengapa sekarang Joshua menghalangiku?Golongan darahku langka, tetapi bukan berarti aku satu-satunya. Setiap provinsi memiliki bank darah rhesus negatif dan di kota kami adalah salah satu yang terbaik. Selama kebutuhan Alisa masih dalam rentang yang biasa, itu tidak akan menjadi masalah bagi keluarga kaya seperti Keluarga Salim.Jadi, kenapa Joshua masih menahanku di sini?"Aku nggak butuh rencana karena aku nggak buru-buru mencari orang tua kandungku." Aku memecah keheningan canggung setelah pertanyaan Adrian. "M

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 105 Kompromi Joshua Salim

    Sudut pandang Valerie:Anak buah Joshua Salim mempercepat langkah mereka dan mengepung kami, semua dengan wajah datar dan mata yang tersembunyi di balik kacamata hitam yang dingin."Adrian …?" Suaraku bergetar."Ambil tiketnya." Adrian meletakkan tiket di tanganku, berdiri di depanku. "Kamu akan baik-baik saja. Nggak ada yang bisa menyentuhmu hari ini, selama aku ada di sini.""Pak Adrian." Joshua Salim mengangguk kepada Adrian dengan senyum. "Senang bertemu denganmu di sini.""Kurasa aku bisa bilang hal yang sama kepadamu." Adrian menghalangiku dengan tubuhnya. "Mau pergi ke mana, Pak Joshua, kalau boleh aku tanya?"Joshua Salim melengkungkan bibirnya dengan penuh penghinaan, tetapi kemudian menjawab dengan tenang, "Dasira."Jantungku mencelus. Joshua datang untuk aku, dan dia tahu apa yang aku rencanakan. Aku tahu dia licik dan berhati hitam, dan aku baru saja menyaksikan bagaimana dia menjinakkan Alisa. Namun, tetap saja. Aku belum pernah merasa setakut sekarang ini kepada pria yang

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 104 Sebuah Kencan

    Sudut pandang Valerie:Aku menatap pria itu. Tubuhku membeku karena otakku tidak bisa memberikan perintah akibat memproses terlalu banyak pertanyaan.Apakah Joshua Salim yang mengirim orang itu? Mengapa Joshua masih ingin aku tetap tinggal? Bagaimana dia tahu aku ada di sini? Aku tidak memberi tahu siapa pun, bahkan rencana ini begitu mendadak dan tidak terduga! Alisa? Gerry? Marcel? Tidak ada yang tahu! Bahkan Aurel dan Liana!"Val, tarik napas!" Adrian mengguncangku dan aku berbalik perlahan menghadapnya, air mata mengaburkan pandanganku. "Ini Timmy, sekretarisku. Maaf aku membuatmu takut, tapi kamu harus tarik napas. Val!"Aku terengah-engah, menyandarkan diri pada mobil Adrian, berkedip saat otakku yang terkejut perlahan memprosesnya. Air mata mengalir di wajahku."Aku kira …." Aku menggigit bibirku. Suaraku terputus. Satu kata lagi pasti akan membuatku menangis keras."Aku tahu, aku tahu ...." Adrian memelukku, mengelus punggungku dengan lembut. "Kamu baik-baik saja, kamu aman. Ma

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 103 Tumbuh dengan Cinta

    Sudut pandang Valerie:"Kamu yakin nggak apa-apa? Kamu boleh menangis kalau mau," tanya Adrian untuk ketiga kalinya begitu aku kembali ke mobilnya. Aku bilang dia tidak perlu menungguku, tetapi dia tetap berada di tempat parkirnya ketika aku keluar, sama terkejutnya denganku ketika melihatku.Aku tidak terlalu sedih. Tidak seperti saat aku menemukan kebenaran tentang "keluargaku", tentang bagaimana mereka semua mengkhianatiku dan ingin memutuskan hubungan denganku. Mereka membeli hidupku untuk putri mereka yang tercinta, apa salahnya?Sebenarnya, aku senang putri mereka akhirnya sembuh sekarang. Mereka tidak membutuhkanku lagi."Alisa sudah baik-baik saja sekarang. Kondisinya stabil." Aku memberi tahu Adrian, merasakan kelegaan yang telah lama hilang. "Mungkin mereka bahkan nggak akan mengejarku kalau aku bilang akan pergi.""Dia sembuh hanya dengan mengeksploitasimu!" keluh Adrian kesal sambil memutar matanya."Maksudku, kalau dipikir-pikir, mereka membayar biaya hidupku dan pendidika

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 102 Kesenanganku

    Sudut pandang Valerie:Oh, semua masuk akal sekarang. Pantas saja Alisa menghubungiku, dengan membangun ilusi damai antara kami berdua di depan Ibu Angkat pula. Alisa panik karena dia pikir Marcel telah melihat sisi buruknya yang sebenarnya.Tunggu, tidak, itu tidak masuk akal sama sekali.Itu tidak seperti Marcel sama sekali. Bukankah seharusnya dia memukuli Liam Kusuma habis-habisan karena mencemarkan nama malaikatnya yang murni?Akhirnya, setelah sekian tahun, Alisa melangkah melewati batas yang bahkan tidak bisa ditoleransi oleh cinta buta Marcel?Sekarang, inilah kesenanganku, melihat bahwa Alisa akhirnya mengerti apa itu rasa takut."Rasanya aku ingat kamu bilang nggak masalah meskipun aku mengatakan yang sebenarnya, dan dia tetap akan mencintaimu apa pun yang terjadi," kataku sambil memiringkan kepala ke arah Alisa. "Malam itu, ketika kamu pamer tentang bagaimana dia melamarmu, ingat? Kamu bahkan menantangku untuk memberitahunya ….""Dasar jahanam!" desis Alisa ke arahku, tetapi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status