Sudut pandang Marcel:Val menggeleng pelan, lalu menatapku dengan kecewa sambil berkata, "Jadi, dia memang tahu."Apa Val tidak memahami ucapanku? Bukan itu maksudku!"Kamu bilang ingin aku pergi, tapi kamu melaporkan kepergianku pada ayahmu. Kurasa antara Romeo tercintamu dan darahku, kamu masih lebih mementingkan darahku, ya?" ejek Val pada Alisa.Aku paham mengapa Alisa begitu membenci Val. Aku juga ingin sekali menjahit bibir berbisanya itu."Kamu merebutnya dariku! Kamu merebutnya! Dia milikku! Kami sudah ditakdirkan untuk bersama!" seru Alisa dengan histeris.Val tersenyum tenang pada Alisa, begitu tenang hingga terkesan asing di mataku. Bekas tamparan merah di pipinya membuatnya terkesan kian rapuh."Oke, kalau kamu minta ayahmu melepaskanku, aku akan menceraikannya hari juga," ucap Val.Aku memutar bola mataku dan mendengus. Val hanya mempermainkan Alisa karena tahu Alisa pasti akan terpedaya. Jika waktu bisa diulangi, aku akan menikahi Alisa meskipun aku tidak bisa menyembuhka
Sudut pandang Marcel:Sekarang aku tahu apa yang aneh padanya. Yakni absennya cinta dari matanya. Sejak kami cukup dewasa untuk mengenal cinta, Val selalu menatapku dengan penuh cinta. Dia tidak pernah menyembunyikan hal itu.Cinta itu masih ada di matanya pagi ini, ketika dia memberiku surat cerai. Namun, sekarang cinta itu sudah hilang.Aku hampir tidak bisa mengenali Val tanpa tatapan penuh cinta itu. Aku merasa seperti kehilangan sesuatu yang penting. Seharusnya tidak seperti ini.Cinta Val selalu membebaniku. Jika dia tidak mencintaiku, dia tidak akan memaksaku menikahinya dan aku juga tidak akan membencinya. Aku tidak akan terbelenggu dalam pernikahan yang tidak kuinginkan. Aku pasti sudah bersama Alisa!Jika Val tidak mencintaiku, semua ini tidak akan terjadi. Dia akan menyelamatkan Alisa seperti yang sudah seharusnya dia lakukan sebagai saudara Alisa. Aku juga akan bersama Alisa, seperti harapanku sejak pertama kali bertemu dengannya.Namun, Val memberikan cintanya kepadaku. Di
Sudut pandang Valerie:Aku menginap di tempat Aurel dan tidur ... lebih tepatnya tidak sadarkan diri selama tiga hari penuh. Aku mengidap demam setelah pertengkaran hebat dengan mantan keluargaku. Aku sudah tidak punya rumah.Marcel tentu saja tidak menghubungiku. Yang mengejutkan, aku juga belum menerima surat cerai yang katanya akan kudapatkan dalam dua hingga tiga hari."Sudah hidup kembali, Putri Tidur? Gimana perasaanmu?" tanya Aurel dengan senyuman lebar di wajahnya. Dia berjalan masuk sambil membawa segelas air.Mati rasa. Jadi, kurasa lebih baik dari hari-hariku biasanya. Aku mengusap wajah sambil mengumpulkan kesadaranku."Nih, air jahe madu buat menurunkan demam. Nggak pakai debat," ujar Aurel sambil duduk di sampingku.Aurel tahu aku paling benci jahe. Namun, aku juga tidak bisa mengambil risiko dengan tubuhku sekarang. Aku harus menjaga sosok kecil di dalam rahimku."Apa ini artinya kamu akan mempertahankan bayi ini?" tanya Aurel sambil menatap perutku yang sedang kubelai t
Sudut pandang Valerie:Hanya ada satu kata. Marcel mengirimnya tiga hari lalu. Apa hanya itu yang bisa dia katakan setelah aku menghilang selama tiga hari?Jika aku tidak menginap di tempat Aurel, melainkan mati di sudut gelap yang terpencil, Marcel bahkan tidak akan tahu hingga polisi menemukan jasadku.Setelah melihat mereka memperlakukanku seperti sampah dan menyaksikanku mengamuk, Marcel mengira aku akan pulang dan semuanya akan kembali seperti semula?Aku menatap satu kata itu lekat-lekat hingga mataku sakit. Aku tiba-tiba ingin tertawa. Entah Marcel tidak menganggap serius surat cerai itu atau dia memang tidak mengerti konsep perceraian."Pulang?" gumamku. Apa sebuah tempat masih bisa disebut rumah jika pasangan yang tinggal di sana tidak lagi menikah?Setelah pertengkaran hebat itu, setelah aku melihat jelas wajah asli orang-orang yang tadinya kusebut keluarga, setelah Marcel merampas surat cerai itu supaya aku tidak menelan kembali kata-kataku, dia bertanya apakah aku akan pula
Sudut pandang Valerie:Aku merasakan kepuasan yang asing setelah mengerjakan naskahku seharian ini. Aku sudah begitu lama menjadikan "keluarga" sebagai pusat hidupku hingga aku lupa betapa menyenangkannya hidup untuk diri sendiri.Ketika akhirnya aku berhenti bekerja, aku hampir melewatkan janjiku dengan Aurel. Aku buru-buru pergi dan tiba di Nolanza 10 menit sebelum pukul 8 malam.Aku memang lebih suka datang lebih awal. Hanya saja, kali ini aku menyesal datang awal.Nolanza adalah kelab malam terbesar di kota, tempat hiburan terbaik yang terbuka untuk siapa saja yang mampu membayar. Di masa kuliah dahulu, kami sering ke sini, menikmati "jam aman" untuk minum dan bersenang-senang.Pukul 8 hingga 12 malam masih terbilang jam aman. Selama empat jam itu, musik yang diputar lebih ringan. Orang-orang bisa minum, mengobrol, dan menikmati kudapan ringan.Namun, setelah tengah malam DJ akan memainkan musik yang heboh dan membuat suasana menggila. Obat terlarang, hubungan bebas, segalanya ada.
Sudut pandang Valerie:"Apa?" tanyaku. Aku tahu aku tidak seharusnya melakukannya, tetapi aku tetap terbahak. Bahkan untuk Alisa pun ini sedikit terlalu dramatis."Kamu menginginkannya mati," ujar Gerry dengan suara dingin. Dia terlihat sangat serius.Teman-temannya menatapku dengan tatapan mencela. Seolah-olah di antara para penindas ini, akulah yang paling kejam."Apa Alisa bilang kalau terakhir kami bertemu, kami berada di ruang kerja ayah tercintanya? Dengan orang tua dan Romeo-nya di sana?" tanyaku."Jadi?" balas Gerry. Dia tidak tertawa dan tidak menangkap maksudku.Aku mengangkat alisku. Jika aku memutar bola mataku, dia pasti akan naik darah. Aku tidak berani memprovokasinya dan hanya berkata, "Jadi, gimana aku bisa menyentuhnya dengan pasukannya yang protektif di sana?""Kamu nggak menyentuhnya?" Gerry berdiri dan melangkah menghampiriku. Dia berkata dengan nada kejam dan dingin, "Ya, kamu nggak menyentuhnya. Kamu hanya meninggalkan jejak telapak tangan di lengannya!"Aku meng
Sudut pandang Marcel:Valerie tinggal di rumah Aurel selama 3 hari. Dia mengabaikanku. Aku tahu kali ini aku benar-benar celaka.Aku mengabaikan keputusasaan Valerie saat dia memberiku surat cerai. Aku mengira itu hanya trik dramatis yang biasa dipakai Valerie. Namun, kali ini Valerie serius dengan keputusannya.Aku berusaha untuk menjalankan rutinitasku, tetapi rasanya berbeda. Valerie selalu membersihkan meja makan, kecuali saat kami makan. Selama 3 hari ini, mejanya tetap bersih.Rumah kami tidak terasa hangat lagi. Aku pulang untuk makan, tidur, dan mengganti baju. Hanya saja, aku tidak merasa seperti pulang ke rumah. Sekarang rumah ini terasa hampa.Rasanya lebih buruk daripada tinggal d hotel. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Valerie padaku. Namun, dia berhasil membuatku frustrasi.Aku tidak terima dihukum Valerie. Aku berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaanku dan pulang malam. Kemudian, aku pergi ke bar.Aku pernah mendengar cerita pria yang mabuk-mabukan di bar setelah berc
Sudut pandang Valerie:"Jangan mendekat!" teriakku. Aku tidak peduli lagi jika tindakanku menarik perhatian orang lain.Gerry tertawa dan menimpali, "Nggak ada yang bisa selamatkan kamu. Apa kamu tahu alasannya? Karena kamu sangat jahat dan kamu harus merasakan akibatnya!"Gerry melangkah dan aku segera mengambil botol bir yang kulihat tadi. Aku menghantam botol bir ke meja dan menjadikannya sebagai senjata."Jangan mendekat!" ancamku seraya mengarahkan botol yang pecah pada Gerry.Gerry mengangkat kepalanya untuk menunjukkan lehernya padaku. Dia membalas, "Coba saja, adikku sayang. Tunjukkan pada semua orang kamu itu pembunuh!"Aku mengarahkan botol ke leherku dan mengancam, "Kalau kamu mendekat, aku akan menusuk leherku! Kamu juga tahu aku pasti akan mati karena stok darah di kota ini nggak cukup untukku!"Gerry tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. Dia tetap mengarahkan kameranya padaku dan menanggapi, "Kamu kira aku peduli kalau kamu sakiti dirimu sendiri? Aku sudah
Sudut pandang Valerie:Nenek menghela napas panjang sebelum berucap, "Mata kamu sudah nggak lagi mengikuti dia ke mana pun. Saat kamu memandangnya, yang ada cuma kesedihan mendalam di sana. Akhir yang terburuk akhirnya terjadi ....""Aku nggak mau kamu melanjutkan pernikahan ini karena aku nggak mau hal seperti ini terjadi padamu. Cucuku yang malang, aku nggak mau kamu terluka begitu parah sampai cahaya berharga di matamu meredup .... Tapi pada akhirnya, aku tetap gagal melindungimu," tambah Nenek."Nenek ...!" bisikku dengan terkejut. Aku tidak pernah tahu hal ini. Nenek ternyata bisa melihat semuanya dengan jelas. Aku mengira, kami berhasil menipunya selama ini."Kali ini, dia melukaimu dengan sangat parah, 'kan?" tanya Nenek dengan nada dingin. Kali ini, dinginnya diarahkan pada Marcel. Entah kenapa, itu justru menghangatkanku lebih dari apa pun.Nenek adalah keluarga Marcel. Dia bahkan tidak akan menjadi bagian dari keluargaku kalau aku tidak mengancam cucunya dengan cara licik.Ha
Sudut pandang Valerie:Aku tidak bisa menjawab Nenek. Aku hanya berdiri di sana, melihat Marcel dan Alisa berbicara, tertawa ... berpelukan. Nenek juga terdiam tanpa ekspresi terkejut.Kalau Nenek bisa menerima Alisa datang ke pesta ulang tahunnya dan menunjukkan kedekatannya dengan Marcel di depan umum seperti ini, lalu kenapa dia bahkan melontarkan pertanyaan itu padaku? Jelas, Alisa adalah masalahnya."Apa ini karena Alisa?" tanya Nenek yang tiba-tiba menoleh padaku.Aku mengalihkan pandanganku dari pelukan panjang dan penuh kehangatan yang sedang Marcel bagikan dengan Alisa. Dia bilang, dia sudah menyiapkan surat cerai. Jadi aku rasa, aku tidak lagi punya hak untuk menghakimi. Namun, bukan berarti pemandangan ini tidak menyakitkan.Aku seharusnya marah ketika pria itu menarik Alisa ke dalam pelukannya seperti dia adalah harta paling berharga di dunia. Apalagi, di sebuah pesta di mana dia memintaku untuk datang dan berpura-pura menjadi pasangan mesra dengannya untuk terakhir kalinya
Sudut pandang Marcel:Aku tidak tahu harus bagaimana dengan apa yang terjadi hari ini. Olivia sudah menjadi salah satu gadis jahat sejak masa sekolah, jadi aku tidak pernah percaya pada ucapannya.Namun, Alisa tidak pernah dekat dengannya. Jadi, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kesalahpahaman itu bisa terjadi ... jika itu memang hanya kesalahpahaman.Tidak peduli apa pun yang Alisa katakan, aku tidak pernah meragukannya sebelumnya. Hanya saja sekarang aku tidak bisa yakin seperti dulu, terutama setelah dia berbohong soal memberi tahu Joshua tentang pesan Val.Apalagi setelah Gerry dengan panik menyuruhku mengabari Alisa kalau Val mencoba kabur ke rumah. Alisa bisa berbohong. Itu adalah konsep yang sebelumnya tidak pernah bisa kuterima."Marcel, ada apa?" tanya Alisa yang memiringkan kepalanya dengan polos ketika aku membawanya ke sudut ruangan ini. Senyum hangat terpancar dari matanya. Itu adalah mata yang sudah kupercayai seumur hidupku.Aku ingin percaya padanya, tetapi kini aku
Sudut pandang Diego:Aku sedang mencari adikku. Dia menghilang 20 tahun yang lalu. Sejak saat itu, aku terus mencarinya. Yang kutahu hanyalah dia menghilang di Dasira. Itulah tempat di mana kami menemukan jasad Ibu. Namun, adikku tidak ada bersamanya.Polisi mengumumkan kematiannya bertahun-tahun yang lalu dan mengatakan bahwa mungkin dia sudah dimakan binatang. Sungguh alasan yang konyol untuk diberikan kepada keluarga yang sedang berduka.Aku memohon pada polisi untuk tidak menyerah, tetapi mereka tetap menutup kasusnya. Aku bahkan ingin menggugat mereka, tetapi Ayah melarangku. Ini memang bukan salah mereka. Aku yang salah. Akulah tidak bisa hidup dengan fakta itu. Itu sebabnya, aku menjadi pengacara.Aku telah melihat sisi gelap manusia. Aku ingin bisa melakukan sesuatu saat ketidakadilan seperti ini terjadi, baik kepadaku maupun orang lain.Selain itu, memiliki firma hukum adalah penyamaran terbaik untuk melakukan penyelidikan. Aku lulus lebih cepat dan melewati masa sekolah secep
Sudut pandang Valerie:Semua orang bisa melihat bahwa Alisa berbohong pada titik ini, termasuk Olivia. Olivia memilih untuk mengorbankan Alisa daripada dirinya sendiri.Olivia yang melontarkan hinaan kepada Liana. Apabila meminta maaf, dia akan terlihat sebagai perundung. Namun dia bersikeras bahwa semua itu dilakukannya demi keadilan untuk sahabatnya. Sekarang, sahabat yang berbohong itu harus menanggung semua akibatnya."A ... aku nggak pernah menunjukkan gaun apa pun padamu! Olivia ...." Alisa mendongak, lalu menatap Olivia dan berbicara dengan suara bergetar penuh rasa sakit, "Maaf kalau kamu salah paham, tapi aku nggak pernah bilang bahwa gaun Liana itu KW ....""Tapi, kamu bilang ...," balas Olivia dengan nada tajam. Dia membeku dengan ekspresi ketakutan di wajahnya.Aku menggelengkan kepala perlahan. Olivia terlalu naif. Dia tidak tahu bahwa Alisa sangat pandai berbohong dan tidak pernah meninggalkan celah saat melakukannya.Yang paling mungkin adalah Alisa hanya "mengisyaratka
Sudut pandang Valerie:Lingkaran itu terdiam dalam keheningan yang mengejutkan. Aurel terlihat mengernyit. Nenek sebenarnya sedang menyelesaikan situasi untuknya, tetapi pria itu sepertinya tidak sadar.Alisa tersenyum sopan dengan sedikit pengekangan. Dia berhasil menyampaikan kekecewaannya terhadap "pembohong yang tidak masuk akal" dengan sempurna. Bahkan, Nenek juga terkejut.Liana pun melirik pria itu dengan cemas, tetapi dia membalasnya dengan senyum yang menenangkan.Di sisi lain, para wanita jahat mulai melemparkan ejekan yang disertai serangan, tetapi tidak satu pun yang tampaknya berhasil menyentuh pria asing itu. Dia hanya berdiri di sana dengan senyum sopan, lalu menatap langsung ke arah Alisa."Aku nggak mau jawab," ucap Alisa sambil memasang ekspresi sedikit cemberut. Dia melanjutkan, "Soalnya kamu juga nggak menjawab pertanyaanku."Tentang namanya? Maksudku memang benar dia tidak menjawab, tetapi aku tidak akan menganggap itu sebuah penghinaan ...."Kenapa kamu ...." Pria
Sudut pandang Valerie:"Jadi, maksudmu aku beli barang KW gitu?" tanya pria tampan itu. Dia tidak melepaskan Liana, melainkan mengarahkan pandangannya ke kelompok wanita-wanita jahat sambil mengangguk. Tiba-tiba semua gerakannya terlihat begitu anggun di mataku, entah kenapa itu sangat menyenangkan untuk dilihat.Aku rasa, Liana merasakan hal yang sama. Sebab, dia menatap pria itu dengan ekspresi terpesona sekaligus terkejut dari balik dadanya."Aku ...." Para gadis jahat itu serempak melirik Olivia Wiguna, sahabat Alisa yang berdiri di tengah. Olivia berucap dengan tergagap, "Maksudku ...."Matanya melirik ke arah Alisa dan terlihat sangat gugup. Jelas, dia membutuhkan arahan dari pemimpinnya."Maaf, siapa namamu?" Alisa berdeham dan melangkah maju. Nadanya sopan, sementara suaranya terdengar menyenangkan. Ini adalah nada suara yang selalu dia gunakan saat ingin membuat seseorang terkesan.Sepertinya semua orang setuju bahwa pria asing ini memang tampan. Namun, mungkin Alisa hanya me
Sudut pandang Valerie:Dulu aku sering berdebat dengan Alisa, ketika aku masih peduli. Sekarang, aku tidak peduli lagi dengan Marcel.Aku tidak punya keinginan sedikit pun untuk "mengalahkan" Alisa, terutama dalam perdebatan yang tidak berarti. Dia sudah memiliki hati Marcel. Yang ingin aku lakukan sekarang hanyalah melindungi temanku.Alisa selalu memenangkan pertengkaran kami dengan membuatku terlihat seperti pelaku intimidasi. Dia tidak tahu bagaimana menghadapi diriku yang menyerah. Lantaran kehabisan kata-kata, dia menggigit bibirnya dalam diam. Teman-temannya pun mundur dengan ragu.Aku meraih pergelangan tangan Liana, lalu berbalik ke arah Nenek dan berucap, "Nek, mohon maaf sekali ....""Mau ke mana?" Aku hampir menabrak seorang pria. Langkahku terhenti karena tiba-tiba mendengar ucapannya. Dia menggantikan posisi kelompok wanita kejam tadi untuk berdiri menghalangi jalanku. Dulu, aku sempat berpikir warna mata kami yang sama itu menarik. Sekarang, aku hanya ingin memukul kepa
Sudut pandang Valerie:"Nek, aku akan lihat apa yang terjadi!" Aku sedikit mengangkat gaunku, lalu bergegas pergi."Aku ikut," ucap Nenek. Dia mengernyit ketika menatap ke arah keributan itu. Nenek tidak suka keributan di pestanya, apalagi kalau sampai dia tahu siapa sebenarnya Liana.Aku buru-buru berucap, "Nggak perlu, Nek. Aku bisa menyelesaikannya sendiri ...."Namun sebelum aku selesai, sebuah suara lembut dan manis menyelaku, "Nek, nggak perlu repot-repot. Aku yakin Val bisa menangani situasinya ... soalnya orang itu adalah temannya."Alisa yang licik tentu saja akan muncul di saat seperti ini. Aku yakin apa pun yang terjadi dengan Liana, pasti ada hubungan dengannya. Dia adalah satu-satunya orang yang punya motif untuk menarik perhatian buruk kepada Liana.Yang mengejutkanku, Nenek tidak menangkap kata-kata kunci dari Alisa. Sebaliknya, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang kamu panggil Nenek?"Senyum di wajah Alisa membeku. Dia segera beringsut ke sisi Marcel dan berbisik, "M