Home / Romansa / Hasrat dan Dendam Mafia Kejam / Siapa yang Ditemukan?

Share

Siapa yang Ditemukan?

Author: Aksara_Lizza
last update Last Updated: 2025-02-07 10:45:20

"Hi, Felix!"

Felix hanya menatapnya dengan datar, tanpa sedikit pun ketertarikan menyambut keberadaan pria yang berdiri di hadapannya—Noah, sepupunya yang tampaknya datang tanpa diundang dan tanpa memahami batas.

"Mau apa kau kemari? Tidak ada yang perlu kau periksa di sini, tidak ada yang sakit."

Nada Felix datar, nyaris malas, seolah kedatangan Noah hanyalah gangguan kecil yang tak berarti.

Noah menaikkan alisnya, menyandarkan tubuhnya pada pintu dengan santai. "Aku belum memberimu selamat untuk pernikahanmu dengan Marsha. Jadi—"

Felix memotongnya sebelum kalimat itu sempat menggantung terlalu lama. "Aku tidak menikahinya."

Ekspresi Noah berubah seketika. Sepupunya yang satu ini memang terkenal impulsif, tapi ini? Ini benar-benar tak terduga.

"Why? Lalu, siapa wanita yang menggantikan Marsha? Dan kenapa kau tidak jadi menikahinya?" tanya Noah, matanya menyipit, mencoba membaca sesuatu di balik wajah tak terbaca Felix.

Felix menyeringai tipis, tetapi senyum itu lebih menyerupai kilatan pisau dalam kegelapan—berbahaya, mengancam. "Aku menikahi adiknya yang jauh lebih lugu dan polos, yang bisa kukendalikan sesukaku."

Noah menganga, keterkejutan tergambar jelas di wajahnya. Ia tahu Felix sering bertindak di luar nalar, tapi ini? Ini bahkan melampaui kegilaan yang pernah ia bayangkan.

Tak lama kemudian, suara langkah ringan terdengar. Emily muncul dari balik pintu, kehadirannya seperti angin sepoi yang menembus badai yang berputar di antara dua pria itu.

Tatapannya tenang, senyumnya tipis—tapi ada sesuatu dalam cara ia berdiri, seolah-olah ada belenggu tak terlihat yang mengikat pergelangan kakinya.

"Halo," sapanya sopan.

Noah menatapnya dengan takjub sejenak, kemudian terkekeh pelan. "Kau … istri pengganti, hm? Cantik juga. Tidak jauh beda dengan Marsha," ucapnya, nada suaranya ringan, tapi ada decakan kekaguman yang tidak bisa disembunyikan.

Emily hanya tersenyum tipis, senyum yang lebih menyerupai ilusi daripada kebahagiaan yang nyata.

Felix, di sisi lain, hanya meliriknya sekilas sebelum kembali menatap Noah dengan ekspresi bosan. "Tidak perlu bersikap baik padanya. Bahkan keluarganya pun tidak ada yang bersikap baik padanya."

Noah mendesah, geleng-geleng kepala. "Oh, Felix. Kau harus bersikap baik pada istrimu. Sudah tahu keluarganya tidak baik, kau malah menambah beban padanya." Lalu, ia beralih ke Emily dengan senyum lebih ramah. "Siapa namamu, hm?"

"Emily," jawabnya pelan, hampir seperti suara angin yang terseret dalam pusaran yang lebih besar darinya.

Noah mengangguk, matanya menelaah wajahnya dengan pandangan yang sulit ditebak. "Nama yang indah," pujinya tulus.

Felix hanya mendengus pelan, seakan merasa muak dengan percakapan ini. "Jangan memujinya. Kita tidak tahu bagaimana hatinya," ucapnya dingin. "Bisa saja dia juga akan mengkhianatiku seperti yang telah kakak tirinya lakukan padaku."

Emily menoleh cepat ke arah Felix, tatapannya penuh dengan luka yang tak sempat disuarakan.

"Aku bahkan tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun. Tiba-tiba saja aku dipaksa menggantikan kakakku."

"Woah! Kau sangat beruntung mendapatkan seorang gadis suci yang tak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun. Pertahankan, Bung!" seru Noah, suaranya dipenuhi nada canda yang ringan, seolah ini hanya percakapan biasa di antara dua pria.

Felix tak bereaksi. Matanya, yang sedari tadi mengunci sosok Emily, seakan tidak memiliki ruang untuk mendengar ocehan Noah.

Emily merasakan tekanan itu. Matanya bertemu dengan milik Felix, dan di sana, ada sesuatu yang samar—keraguan? Kecurigaan? Atau sesuatu yang lebih gelap?

"Kenapa? Kau tidak percaya jika aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun? Kau sudah membuktikannya di malam pertama itu," ucap Emily, suaranya nyaris berbisik, namun cukup jelas untuk membelah keheningan di antara mereka.

Felix akhirnya berkedip, seolah baru saja tersadar dari lamunannya. "Ya, aku tahu," jawabnya singkat, namun ekspresinya tetap datar, nyaris dingin.

Noah, yang masih berdiri di sana, terkekeh kecil. "Kenapa tidak kau pilih adiknya saja, Felix? Malah memilih Marsha yang telah mengkhianatimu, bahkan kabur di pesta pernikahan kalian," ucapnya, nadanya lebih ringan, tapi ada keheranan tersirat di balik kata-katanya.

Felix mengembuskan napas panjang, lalu menoleh ke Noah dengan ekspresi yang penuh kejenuhan. "Sebaiknya kau pulang, Noah. Ada urusan yang harus aku selesaikan. Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun."

Noah mendengus pelan, jelas tidak terpengaruh oleh sikap dingin Felix. Dengan santai, ia memutar bola matanya sebelum akhirnya beranjak dari tempat duduknya.

"Baiklah. Sekali lagi, selamat atas pernikahanmu," ujarnya, lalu menjetikkan matanya ke arah Emily sebelum melangkah pergi.

Keheningan menyelimuti ruangan begitu pintu tertutup di belakang Noah. Hanya ada mereka berdua sekarang.

Felix masih menatap Emily. Dalam keheningan itu, ada sesuatu yang mengalir di antara mereka—sesuatu yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata.

Emily bisa merasakan intensitas tatapannya, bisa mendengar napasnya yang teratur, bisa merasakan kehadiran pria itu memenuhi ruang di sekelilingnya.

Ada sesuatu yang ingin Felix tanyakan. Sesuatu yang menggantung di udara, namun belum juga terucapkan.

Emily mengerutkan kening. "Ada apa?" tanyanya akhirnya.

Felix menghela napas panjang, seakan bersiap untuk mengatakan sesuatu yang berat. Namun, sebelum ia sempat membuka mulut, suara nyaring dari ponselnya memecah keheningan.

Nada dering itu menusuk atmosfer di antara mereka, mencabik ketegangan yang baru saja terbentuk.

Felix merogoh sakunya dengan cepat, lalu menjawab panggilan itu dengan nada tegas dan tanpa basa-basi. "Kau sudah menemukannya?"

Emily merasakan dadanya berdegup lebih cepat. Tangannya tiba-tiba terasa dingin.

Siapa yang telah ditemukan oleh Felix?

Apakah Marsha?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Membunuh tanpa Belas Kasih

    "Kau mau pergi ke mana?" suara Emily bergetar ketika melihat Felix bersiap-siap untuk pergi. Matanya mencari kepastian di wajah lelaki itu, tetapi yang didapatinya hanyalah tatapan dingin.Felix tidak menjawab, hanya menghentikan langkahnya sejenak sebelum berkata dengan suara rendah namun mengandung ancaman, "Tetap di rumah, dan jangan sekali pun kau berpikir untuk kabur dariku!"Dada Emily terasa sesak. Seakan ada tangan tak kasat mata yang mencekiknya, membuatnya sulit bernapas.Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, mencoba meredam gemetar yang mulai menjalari tubuhnya.Ia hanya bisa menelan ludah dan mengangguk, meskipun hatinya dipenuhi ribuan tanya yang tak berani ia ucapkan."Apa kau tidak akan pulang hari ini?" suaranya lirih, hampir seperti bisikan ketakutan.Namun, Felix hanya diam. Tanpa menoleh, ia melangkah keluar dan menutup pintu dengan kasar. Suara itu bergema di ruangan, meninggalkan Emily yang berdiri terpaku.Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gejolak

    Last Updated : 2025-02-14
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Menanti Kepulangan Sang Suami

    "Nyonya, makan malam sudah siap," suara lembut Ammy, pelayan setianya, membuyarkan lamunannya.Emily mengangkat wajahnya, menatap Ammy dengan tatapan kosong sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Apakah Felix sudah pulang, Ammy?"Pelayan itu menggeleng pelan, senyum simpati terlukis di wajahnya. "Belum, Nyonya. Tapi, Tuan berpesan pada saya agar menyiapkan segala kebutuhan Nyonya selama Tuan tidak ada."Emily menghela napas panjang, seolah berat untuk menghembuskannya kembali. Matanya kembali menerawang ke luar jendela, menatap gelapnya langit yang mulai diselimuti bintang.Ke mana sebenarnya pria itu? Kenapa hingga kini dia belum juga kembali?Saat ia melangkah menuju ruang makan, langkahnya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menggantung di pikirannya.Saat duduk di kursi panjang yang berhadapan dengan meja makan yang megah, ia kembali menoleh pada Ammy, ingin tahu lebih banyak."Apakah dia selalu pergi dan tidak pulang ke rumah, Ammy?" tanyanya, suaranya terdengar lelah.Ammy melet

    Last Updated : 2025-02-15
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Bersiaplah Menyambut Keganasanku!

    Emily menganggukkan kepalanya dengan pelan. Hawa dingin yang menyelimuti ruangan membuatnya semakin sulit untuk bernapas dengan tenang."Ya. Aku ingin tahu. Tapi, jika kau keberatan untuk memberitahuku, maka jangan diberitahu," ucapnya dengan suara yang nyaris bergetar.Felix tersenyum miring, ekspresinya bak seekor serigala yang tengah menikmati ketakutan mangsanya. Tatapannya tajam, menelanjangi kegelisahan yang berusaha disembunyikan oleh Emily."Jadi, kau ingin tahu atau tidak, hm?" suaranya terdengar tenang, tetapi ada nada permainan dalam ucapannya—seolah ia sedang menggoda Emily, namun dengan cara yang justru menambah ketegangan di udara.Emily menggigit bibirnya, jari-jarinya mengepal di atas meja. Ia tidak tahu harus menjawab apa.Rasa penasaran dan ketakutan bertarung dalam pikirannya, sementara pria di hadapannya terus menunggu dengan sabar, menikmati setiap detik kebingungan yang ia alami."Lihat aku, Emily!"Nada suara Felix tiba-tiba berubah dingin, menusuk hingga ke tul

    Last Updated : 2025-02-17
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sangkar Emas Menjerat Emily

    Setelah berjam-jam perjalanan panjang yang melelahkan, akhirnya mereka tiba di Yunani.Langit malam yang jernih bertabur bintang menyambut kedatangan mereka, sementara cahaya lampu kota berpadu dengan lautan luas, menciptakan pemandangan yang nyaris seperti lukisan.Emily membelalakkan mata, terpesona oleh keindahan yang terbentang di hadapannya. Angin malam berembus lembut, membawa aroma laut yang menyegarkan ke dalam paru-parunya."Wow!" gumamnya, nyaris tanpa suara, matanya terus mengamati pemandangan yang seolah tidak nyata."Aku tidak menyangka akan pergi ke negara seindah ini," lanjutnya lirih, suaranya mengandung decak kagum yang tulus.Namun, kekagumannya terhenti seketika ketika tiba-tiba lengan kekar Felix melingkar di pinggangnya. Emily tersentak, tubuhnya menegang karena sentuhan yang datang begitu tiba-tiba.Ia menoleh, mendapati wajah Felix begitu dekat dengannya. Pria itu menatapnya dengan mata tajam, dingin, dan penuh arti."Kau menyukai tempat ini, hm?" suara beratnya

    Last Updated : 2025-02-18
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Jangan Berpikir akan Memberikannya!

    "Bangunlah, Emily."Suara Felix menyerupai desau angin senja yang menggelitik dedaunan, berat namun membelai dengan kelembutan yang nyaris menghipnotis.Emily membuka matanya perlahan, pupilnya yang masih dibalut kantuk bergetar saat menatap wajah pria yang kini berada begitu dekat.Tangan kekar itu bergerak seperti gelombang pasang yang menyentuh pantai, merayap di dada Emily dengan sentuhan yang membuat pori-porinya terbuka, menyambut sensasi yang menggigilkan. Emily menggeliat, tubuhnya seolah kelopak mawar yang terbuka saat embun pagi mencium permukaannya."Felix, tanganmu …."Namun, ucapannya terputus begitu saja. Bibir Felix sudah lebih dulu menempel di miliknya, mencuri kata-kata yang hendak meluncur dari bibir lembutnya. Ciuman itu bukan sekadar pertemuan dua insan, melainkan badai yang menyapu, ganas, membakar setiap nadi yang berdenyut di bawah kulit.Felix menyibakkan mini dress yang dikenakan Emily dengan mudah, seolah kain itu tak lebih dari kelopak bunga yang gugur ter

    Last Updated : 2025-02-19
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tak Bisa Berhenti, Mungkin Sampai Pagi

    “Jadi… pernikahan ini hanya untuk menuntaskan hasratmu saja?”Suara Emily terdengar parau saat ia akhirnya mengucapkan pertanyaan itu. Di dalam dadanya, ada sesuatu yang bergejolak—rasa sakit yang tak berwujud, seperti belati yang menembus perlahan, mengirisnya dari dalam. Namun, ia tetap menatap Felix, menunggu jawaban yang sepertinya sudah ia ketahui.Felix tidak terburu-buru menjawab. Ia membiarkan keheningan menggantung sejenak, membiarkan Emily merasakan betapa dingin dan mutlaknya kenyataan ini. Lalu, dengan santai, ia menganggukkan kepalanya. “Ya.”Hanya satu kata.Satu kata yang cukup untuk meruntuhkan semua harapan yang mungkin pernah tersisa dalam diri Emily.Namun, Felix belum selesai. Matanya menyipit sedikit, nada suaranya berubah tajam seperti bilah pisau yang menggores kulit. “Tapi, jangan coba-coba mencari pria lain di luar sana. Ingat, Emily. Kau adalah istriku. Kau sudah menikah.”Kalimat itu bukan peringatan biasa. Itu adalah ancaman terselubung yang berlapis kepe

    Last Updated : 2025-02-20
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Bukan Sekadar Bulan Madu

    Cahaya matahari pagi merayap masuk melalui celah tirai sutra yang masih sedikit terbuka, membiaskan rona keemasan di dalam kamar yang luas. Emily menggeliat pelan, kelopak matanya terasa berat saat ia membuka mata, membiarkan kesadaran perlahan kembali padanya. Namun, begitu tubuhnya mulai bergerak, rasa nyeri menjalar ke seluruh persendiannya, membuatnya mengerang pelan.Seakan tubuhnya telah berperang melawan badai semalaman.Setiap otot terasa kaku, setiap inci kulitnya mengingatkan pada betapa ganasnya Felix menyentuhnya semalam. Sebuah tanda kepemilikan yang tak terlihat, namun begitu nyata terasa di setiap denyut tubuhnya.Ia menoleh ke sisi ranjang, mencari sosok yang semalam begitu rakus menelannya dalam pusaran gairah. Namun, kasur di sebelahnya sudah dingin—Felix telah pergi."Ke mana dia?" gumamnya, suara seraknya terdengar samar di dalam keheningan kamar.Emily melirik jam di nakas—baru pukul tujuh pagi."Astaga… dia sudah pergi sepagi ini?" Keluhan itu meluncur begitu s

    Last Updated : 2025-02-20
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Felix yang Posesif

    "Jangan terlalu dipikirkan, Emily. Felix akan kembali saat urusannya selesai,” ucap Shopia seraya menatap wajah Emily yang tampaknya sedang melamun.Emily tersenyum tipis, rasa malunya jelas terlihat di wajahnya. "Maaf, aku hanya... aku belum mengenal Felix dengan baik. Dia selalu pergi dan tidak memberitahuku, Shopia.”Shopia mengangguk pelan. "Ya, aku mengerti. Kalian baru menikah beberapa hari dan sebelumnya tidak pernah dekat. Suamimu itu sangat sibuk dan misterius. Jadi, jangan heran.”Emily menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Jadi, kau tahu kalau aku dan Felix menikah karena terpaksa? Aku hanya pengantin pengganti kakak tiriku?"Shopia terkekeh melihat ekspresi Emily yang polos. "Tentu saja aku tahu. Tapi bukan berarti itu buruk, bukan? Felix akan memberikan apa pun yang kau inginkan, Emily. Percayalah.”Emily terdiam, hatinya terasa sedikit berat. Sebelum ia bisa berkata lebih jauh, Shopia tersenyum dan menggandeng tangannya."Daripada menghabiskan waktu dengan murung, bagaim

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Memohon Bantuan Mark

    Asap rokok mengepul di udara, memenuhi ruangan dengan aroma tembakau yang menyengat.Di dalam markas yang remang-remang, Mark duduk santai di kursi kulit hitam, jemarinya dengan terampil memutar korek api yang belum lama ia gunakan untuk menyalakan rokoknya. Mata tajamnya menatap lurus ke depan, dingin dan tak terbaca.Langkah tergesa memasuki ruangan. Harland, pria paruh baya dengan wajah yang tampak lebih tua dari usianya, berdiri di hadapan Mark dengan raut penuh kegelisahan."Mark. Aku memohon bantuanmu." Suaranya terdengar serak, hampir seperti bisikan putus asa.Mark tidak langsung merespons. Ia menarik napas dalam, mengepulkan asap rokoknya ke udara, lalu mengalihkan pandangan malas ke arah pria yang berdiri di depannya."Ada apa, Harland?" tanyanya akhirnya, nada suaranya tetap dingin, seolah sama sekali tidak tertarik dengan masalah yang dibawa tamunya itu.Harland menelan ludahnya, kedua tangannya mengepal, menahan ketakutan dan ketegangan yang menghimpitnya."Anakku... anak

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sudah Memilih Jalan ini

    Emily membeku. Jantungnya seakan berhenti berdetak sesaat.Felix mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, menatap istrinya lebih dalam. Suaranya terdengar lebih dingin ketika akhirnya ia bertanya:"Dan Marsha? Kau berpikir aku akan menikahinya setelah dia ditemukan?"Emily perlahan mengangkat kepalanya, menatap Felix dengan ragu. Dalam diam, ia mengangguk pelan."Ya. Karena Harland mengatakan itu padaku. Dia akan menemukan Marsha dan menikahkan dia denganmu."Felix terdiam sejenak, lalu terkekeh. Namun, tawa itu bukan tawa yang menyenangkan—suara itu terdengar dingin, nyaris menyeramkan. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang berubah, sesuatu yang sulit ditebak."Kau percaya begitu saja pada apa yang dikatakan si tua bangka itu?" tanyanya, masih dengan nada mengejek.Emily mengangguk sekali lagi, kali ini lebih ragu-ragu. "Karena Harland mengatakan dengan sangat yakin bahwa kau akan menikahi Marsha begitu dia ditemukan. Dan pengantin sebenarnya adalah Marsha, bukan aku."Wajah Felix men

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tidak Berniat memberi Kesempatan Kedua

    Pagi itu, sinar matahari mengintip malu-malu dari balik tirai jendela besar ruang makan. Cahaya keemasan menerobos masuk, menerangi meja panjang yang hanya ditempati oleh dua orang—Felix dan Emily.Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Udara masih terasa sejuk, aroma roti panggang dan kopi hitam memenuhi ruangan. Namun, tidak ada kehangatan dalam suasana pagi itu.Felix meletakkan sendoknya dan menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap lekat ke arah Emily yang tampak tenggelam dalam pikirannya.Sudah sejak tadi istrinya hanya memainkan roti di piringnya tanpa benar-benar menyentuhnya. Tatapan matanya kosong, seolah pikirannya berada di tempat lain.Felix mengerutkan kening. Ia bukan pria yang gemar mencampuri pikiran orang lain, tapi ini berbeda. Emily adalah istrinya, dan sesuatu jelas mengganggunya pagi ini.Tak ingin terus bertanya-tanya, Felix akhirnya membuka suara."Emily?" panggilnya, suaranya terdengar dalam dan sedikit berat.Emily tersentak kecil, lamunannya buyar dalam sekej

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sudah Menemukan Keberadaan Marsha?

    Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Di luar, langit gelap bertabur bintang dengan cahaya bulan yang menggantung tinggi, memancarkan sinarnya melalui jendela besar di kamar. Angin malam bertiup lembut, menggoyangkan tirai tipis yang menghiasi kaca besar itu. Kesunyian menyelimuti ruangan, hanya diiringi suara jam dinding yang berdetak perlahan, seakan ikut mengiringi alunan waktu yang terus berjalan.Emily baru saja keluar dari kamar mandi, rambut panjangnya masih sedikit basah, berjatuhan di bahunya. Kulitnya yang bersih berkilau terkena pantulan cahaya lampu kamar yang redup. Ia mengenakan lingerie berwarna merah maroon yang memperindah lekuk tubuhnya, seolah menambah kehangatan di dalam ruangan yang terasa hening itu.Di dekat jendela, Felix berdiri dengan kedua tangannya berada di dalam saku celana hitam yang ia kenakan. Tatapannya lurus ke luar, menembus gelapnya malam, seakan ada banyak hal yang tengah ia pikirkan. Tubuh tegapnya menciptakan siluet indah di bawah cahay

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tolong Lindungi Emily

    "Kau mau pergi ke mana pagi-pagi begini sudah rapi?" tanya Emily, menghampiri Felix yang kini tengah merapikan kerah kemejanya.Emily, yang baru saja terjaga dari tidurnya, mendapati sosok suaminya tengah berdiri di depan cermin, merapikan dasi hitam yang melingkar di lehernya. Matanya yang masih menyimpan kantuk menatap sosok itu dengan lirih.Felix menoleh sekilas ke arah istrinya. Matanya yang tajam tampak menyelidik, seakan tak menyangka Emily sudah terbangun sepagi ini."Kau sudah bangun?" tanyanya, suaranya terdengar datar, tanpa nada kehangatan.Emily menganggukkan kepala kecilnya. "Ya. Kau mau pergi ke mana?" tanyanya lagi, kali ini lebih lembut.Felix menarik napas singkat. "Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, Emily."Emily menghela napasnya, menatap suaminya dengan mata yang menyiratkan kerinduan. "Kau sudah pulang larut malam dan masih pagi sudah pergi lagi. Sepertinya kau sangat sibuk, ya?"Felix menoleh menatapnya. Mata mereka bertemu dalam sorot yang tak bisa

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Gairah di Pagi Buta

    "Istri kecilku sudah tidur rupanya."Suara bisikannya yang berat dan rendah langsung menembus alam bawah sadar Emily, membuat bulu kuduknya meremang sebelum akhirnya matanya terbuka perlahan.Tatapan matanya masih mengantuk, suaranya terdengar serak saat ia berbisik pelan, "Felix? Kau sudah pulang?"Felix menyunggingkan senyum tipis, jemarinya terulur, mengusap sisi wajah istrinya dengan lembut. Hanya sentuhan ringan, tapi cukup untuk membuat Emily semakin sadar."Kau pikir aku tidak akan pulang dan melewatkan malam panas denganmu, hm?" suaranya terdengar lebih serak, lebih dalam, membawa getaran tersendiri di hati Emily.Gadis itu menelan ludahnya. Napasnya terasa sesak, dadanya naik turun dengan gelisah. Apa artinya Felix akan menggagahinya sekarang juga? Tatapannya bergerak ke arah jam dinding—pukul satu pagi.Berusaha mengalihkan pikirannya, Emily bertanya dengan suara pelan, "Kau baru pulang atau sudah sejak tadi?" lalu menambahkan dengan sedikit gugup, "Mau aku siapkan air hanga

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tempat Tinggal untuk Mala

    "Ini tempat tinggalmu."Felix mengantarkan Mala ke sebuah rumah yang terletak cukup jauh dari mansion megahnya.Bangunan itu tampak sederhana dibandingkan dengan kediaman utama Felix, tetapi tetap terawat dengan baik.Cahaya senja yang memudar menerpa dinding-dinding rumah, memberikan kesan hangat dan nyaman.Beberapa pelayan segera datang menyambut Felix. Mereka menundukkan kepala dengan penuh hormat, sikap mereka mencerminkan kepatuhan dan rasa hormat yang mendalam.Felix menoleh pada Mala, suaranya tetap tenang seperti biasa. "Kau tidak keberatan kan, tinggal di sini bersama para pelayanku? Mereka akan bekerja dari pagi hingga malam pukul delapan.“Setelah itu, mereka kembali ke rumah ini. Tapi kau tak perlu melakukan apa pun, Mala. Cukup diam saja di sini, menikmati waktumu."Mala mengangguk pelan, matanya menatap Felix dengan sorot penuh pengertian. "Aku tidak keberatan, Felix.“Justru aku kagum karena kau memberikan tempat tinggal yang layak untuk para pelayanmu. Jarang sekali a

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Kedatangan Mala di Malam Hari

    Malam telah larut ketika Mala berdiri di depan gerbang tinggi yang menjulang kokoh, seakan menjadi benteng pertahanan yang sulit ditembus.Hawa dingin merayapi kulitnya, tapi bukan itu yang membuatnya menggigil. Ada sesuatu yang jauh lebih menusuk—sebuah kecemasan yang membelenggu hatinya.Dengan ragu, ia mengetuk pintu besi besar itu, suaranya menggema di antara keheningan malam.Tak butuh waktu lama, seorang penjaga muncul dari balik bayangan.Posturnya tegap, suaranya dalam dan berat ketika bertanya, "Apa benar, ini kediaman Tuan Felix?" Suaranya terdengar waspada, penuh kewibawaan."Benar. Kau siapa dan ada urusan apa?" balas sang penjaga dengan nada tajam yang nyaris mengintimidasi.Mala menelan ludah. Hatinya berdebar kencang, tetapi ia harus menguatkan diri. "Aku… aku Mala," katanya dengan suara bergetar. "Aku ibunya Emily, yang tak lain adalah mertua Felix. Aku ingin bertemu dengannya. Ada sesuatu yang harus kubicarakan dengannya. Aku mohon…"Penjaga itu menyipitkan mata, meng

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tuduhan Gila Harland

    Harland berlutut di kaki Felix, tubuhnya gemetar hebat, nyaris kehilangan tenaga.Matanya yang memerah menatap pria itu penuh harap, serupa pengemis yang memohon belas kasih di hadapan raja tanpa ampun."Jangan membunuhnya, aku mohon!" Suaranya lirih, bergetar oleh ketakutan yang mencekik tenggorokannya.Felix menatapnya dengan seringai kejam, senyum yang tak menyiratkan belas kasih sedikit pun."Jangan bunuh anakku, Felix. Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Marsha," suara Harland semakin serak, seakan setiap kata yang keluar adalah pedang yang menyayat ke dalam dirinya sendiri.Mendengar pengakuan itu, alis Felix sedikit terangkat. "Hanya Marsha yang kau punya, hm?" ulangnya dengan nada mengejek."Itu artinya, kau tidak menganggap keberadaan istri dan anak tirimu, Harland? Bahkan anak tirimu telah menyelamatkan nyawamu dari tanganku karena bersedia menikah denganku."Harland menelan ludah, matanya berkaca-kaca. Kata-kata Felix begitu tajam, menghantam nuraninya tanpa ampun."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status