Share

Memohon Bantuan Mark

Penulis: Aksara_Lizza
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-13 23:55:57

Asap rokok mengepul di udara, memenuhi ruangan dengan aroma tembakau yang menyengat.

Di dalam markas yang remang-remang, Mark duduk santai di kursi kulit hitam, jemarinya dengan terampil memutar korek api yang belum lama ia gunakan untuk menyalakan rokoknya. Mata tajamnya menatap lurus ke depan, dingin dan tak terbaca.

Langkah tergesa memasuki ruangan. Harland, pria paruh baya dengan wajah yang tampak lebih tua dari usianya, berdiri di hadapan Mark dengan raut penuh kegelisahan.

"Mark. Aku memohon bantuanmu." Suaranya terdengar serak, hampir seperti bisikan putus asa.

Mark tidak langsung merespons. Ia menarik napas dalam, mengepulkan asap rokoknya ke udara, lalu mengalihkan pandangan malas ke arah pria yang berdiri di depannya.

"Ada apa, Harland?" tanyanya akhirnya, nada suaranya tetap dingin, seolah sama sekali tidak tertarik dengan masalah yang dibawa tamunya itu.

Harland menelan ludahnya, kedua tangannya mengepal, menahan ketakutan dan ketegangan yang menghimpitnya.

"Anakku... anak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Pujian dari Felix

    “Kita akan pergi ke mana, Felix?" tanya Emily dengan suara pelan, matanya menatap penuh tanya saat Felix menyodorkan sebuah dress berwarna putih tulang kepadanya."Ada pesta rekan kerjaku dua jam lagi. Segera ganti pakaianmu, kita berangkat tiga puluh menit lagi," jawab Felix dengan nada tegas, tanpa menyisakan ruang untuk penolakan.Emily menggigit bibirnya, hatinya berdebar. "Apakah aku harus ikut?" tanyanya, nyaris tidak percaya jika Felix benar-benar ingin membawanya ke acara itu.Felix menatapnya dengan sorot mata tajam yang sulit ditebak. "Semua orang sudah tahu bahwa kau adalah istriku. Lalu, jika aku tidak membawamu ke pesta itu, apa kau akan membiarkan para wanita murahan mendekati dan menggodaku?" ucapnya sinis, menimbulkan perasaan teraduk dalam dada Emily.Tanpa berpikir panjang, Emily menggeleng pelan. "Tidak! Aku akan segera ganti baju," katanya cepat, kemudian bergegas menuju kamar mandi dengan langkah tergesa.Setelah beberapa menit, Emily keluar dengan dress putih tul

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Membuat Musuh Kepanasan

    Lampu-lampu kristal menggantung megah di langit-langit ballroom hotel mewah, memancarkan cahaya keemasan yang berpendar di antara ornamen-ornamen berlapis emas.Lantunan musik klasik dari orkestra live bergema lembut, berpadu dengan suara gelak tawa serta percakapan para tamu yang mengenakan busana terbaik mereka.Emily menatap sekeliling dengan mata berbinar. Gaun hitam elegan yang membalut tubuhnya terasa begitu pas, tetapi tidak ada yang lebih menyilaukan daripada pesta yang kini dihadirinya.“Woah. Pestanya benar-benar meriah,” gumamnya, nyaris tanpa sadar. Tak pernah sekalipun ia melihat kemewahan seperti ini sebelumnya—sebuah dunia yang terasa begitu jauh dari kehidupannya yang sederhana.Felix, yang berdiri di sampingnya dengan jas hitam yang disesuaikan dengan sempurna, segera menoleh padanya.Tatapannya tajam namun tidak sepenuhnya dingin. “Jangan memperlihatkan ketertarikanmu di sini, Emily. Kau akan dinilai buruk oleh para pengusaha sombong yang ada di sini.”Emily mengerja

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Ada yang Aneh

    “Kenapa kau bertanya seperti itu? Secara tiba-tiba?” tanya Emily, sedikit bingung dengan pertanyaan yang diberikan oleh suaminya itu.Felix, pria dengan sorot mata tajam dan wajah yang sulit ditebak ekspresinya, tetap duduk dengan santai di kursinya. Namun, ada sesuatu dalam caranya menatap Emily yang membuat wanita itu merasa aneh.“Hanya ingin tahu saja. Karena di dunia ini bukan hanya aku saja yang menginginkanmu,” ucap Felix, membuat Emily semakin bingung.Emily menghela napas panjang, mencoba mencari makna tersembunyi di balik kata-kata suaminya. Ia menatap Felix dengan pandangan penuh tanda tanya, namun pria itu tidak memberikan petunjuk apa pun.“Aku tidak tahu apa maksudmu bertanya seperti itu padaku. Tapi, yang jelas aku tidak akan bisa lepas darimu, kan? Andaikan ada orang yang menginginkanku dan mencintaiku, aku tidak akan bersamanya.” Suara Emily terdengar pelan, namun cukup tegas.Felix tidak merespons dengan cepat. Ia hanya menatap wajah istrinya tanpa berkedip, seolah s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Dibawa ke Tempat Asing

    Suasana hotel yang semula tenang mendadak berubah ketika dua bodyguard Felix ditemukan tidak sadarkan diri di dalam toilet. Tanpa ada yang menyadari, seorang pria misterius telah menyusup dan melumpuhkan mereka dengan obat bius.Sementara itu, Emily yang sedang berada di lobi tidak menyadari bahaya yang mengintainya. Tiba-tiba, seseorang mendekatinya dari belakang dan menutupi wajahnya dengan sapu tangan yang telah dibasahi cairan bius. Emily meronta sejenak, namun dalam hitungan detik, kesadarannya hilang.Dengan cepat, pria itu membawa tubuh Emily yang lemas ke dalam mobil hitam yang telah menunggunya di luar hotel. Mobil itu melaju dengan kecepatan stabil, menjauh dari lokasi tanpa ada yang mencurigai apa pun.Setengah perjalanan, kelopak mata Emily bergerak pelan. Kesadarannya mulai kembali. Ia mengerang pelan dan mengusap dahinya yang terasa berat. Namun, saat matanya terbuka sepenuhnya, jantungnya berdegup kencang.Emily melihat dirinya berada di dalam mobil yang asing. Ia duduk

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Kita akan Bersenang-Senang

    “Kurang ajar! Menjaga satu wanita saja tidak becus!”Bugh! Bugh! Bugh!Tinju Felix melayang bak badai petir yang mengamuk di langit malam, menghantam wajah dua bodyguard yang kini hanya bisa menunduk dalam kepasrahan.Mereka, yang seharusnya menjadi tembok pelindung bagi Emily, justru menjadi celah yang membuatnya lenyap dibawa bayangan kelam malam.“Kalian ingin mati di tanganku, hah?” pekik Felix, suaranya menyayat udara seperti pedang tajam yang tak mengenal belas kasihan.Amarahnya membuncah seperti lahar yang meledak dari perut gunung berapi, tak ada satu pun yang mampu meredamnya kini.“Ampun, Tuan! Kami minta maaf karena sudah lalai menjaga Nona Emily. Kami dijebak—”“Aku tidak butuh alasan konyolmu itu, sialan!” bentaknya, suara Felix sekeras guntur yang membelah langit di tengah badai.Wajahnya merah padam, matanya menyala seperti bara api yang belum padam, siap membakar siapa pun yang berani menghalanginya.“Yang aku inginkan adalah Emily kembali!” teriaknya sambil menoleh k

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Jadilah Milikku

    “Sebenarnya, aku tak ingin berurusan denganmu, Emily,” ucap Mark dengan nada yang mengalir pelan, dingin seperti embun dini hari yang menusuk kulit.Ia mengepulkan asap rokoknya ke udara, membiarkannya melayang dan menari di antara cahaya lampu temaram yang menggantung lesu di langit-langit ruangan.“Namun, setelah tahu kau menikah dengan Felix… entah mengapa, tiba-tiba saja aku semakin ingin menghancurkan pria itu. Mengoyaknya, pelan-pelan, seperti serigala lapar yang menguliti mangsanya.”Mata Emily menatap tajam, seperti dua mata pisau yang diselubungi amarah dan kehancuran. Ia tahu Mark memang pernah mengaguminya—dulu, di masa yang terasa seperti bayangan mimpi yang telah pudar.Namun ia tak pernah menyangka, bara perasaan itu masih menyala—tidak lagi berupa cinta, tapi api obsesi yang membakar segala logika.“Jangan macam-macam dengan Felix, Mark,” suara Emily terdengar parau namun tajam, seperti sayatan belati tipis. “Kau tahu dia sangat kejam, bukan? Dia bisa saja membunuhmu… t

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Doktrin Ala Mark

    “Aku tidak sudi menjadi milikmu!” ucap Emily, suaranya datar namun mengandung lautan getir yang tak tertanggungkan.Plak! Tamparan Mark melayang seperti cambuk takdir yang menghantam pipi Emily, menyisakan jejak merah yang bukan sekadar rasa sakit, melainkan penghinaan yang menggores harga diri. Tubuhnya tersentak, dan tangannya secara refleks mencengkeram pundak yang kini digenggam erat oleh Mark—erat seperti jerat tak kasatmata yang perlahan mencekiknya.“Apa bedanya aku dengan Felix, hah?” Mark bertanya, suaranya seperti pisau yang menguliti luka lama. “Sama-sama hidup di bayang-bayang dunia gelap... tapi aku—aku lebih tulus mencintaimu!” serunya dengan keyakinan yang menusuk, seperti panah dilepaskan tanpa ampun.Emily menatap matanya, dan di sana—di balik sorot mata yang penuh obsesif dan gelap itu—ia tidak melihat cinta, hanya ego yang haus akan kepemilikan. Entah mengapa, dalam kekacauan yang menyelimuti ruang itu, pikirannya justru terbang pada Felix. Felix yang dingin, na

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Hinaan dari Mulut Mark

    "Bagaimana, Emily?" Suara Mark mengalun pelan. "Apa kau masih percaya pada suami tercintamu itu?"Ia melipat tangannya di dada, senyum sarkastik mengambang di bibirnya, seolah kalimatnya adalah racun manis yang sengaja diteteskan perlahan-lahan ke dalam luka yang masih menganga.Emily menatap datar wajah pria itu—tatapan yang menyerupai cermin yang menolak memantulkan sosok di hadapannya."Tapi Felix tidak mencintai Marsha," ucapnya tenang, namun suaranya bergetar, seperti senar biola yang dipetik dengan penuh luka.Mark mendecih pelan, lalu bersandar di dinding, memainkan ujung jarinya di permukaan meja kayu yang retak."Lalu, kau pikir Felix akan mencintaimu?" tanyanya seraya mencondongkan tubuh, suaranya melembut namun tajam seperti belati berlapis sutra."Tidak, kan? Kau tidak jauh berbeda dengan Marsha, Emily. Hanya dijadikan budak dari nafsu liarnya."Senyum tipis kembali tersungging di wajah Mark, namun kali ini senyum itu lebih mirip sayatan—datar, menyakitkan, tanpa jiwa.Tan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08

Bab terbaru

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Betapa Murkanya Felix

    Felix duduk di ruang kerja, namun pikirannya jauh dari tumpukan dokumen yang ada di depannya. Kata-kata Noah masih terngiang di telinganya seperti gema yang tak bisa dibungkam.Bukankah kau dan Marsha pernah bercinta, sebelum pernikahan itu dilaksanakan?” Kalimat itu membuatnya geram bukan hanya karena Noah benar, tapi juga karena itu menyentuh luka lama yang ingin ia kubur dalam-dalam.Ia membuang napas kasar dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Dadanya sesak oleh berbagai pikiran yang saling bertabrakan.Felix ingin bertanya langsung pada Emily… tapi ia ragu. Bagaimana jika Emily benar-benar tidak tahu? Kalau begitu, ia justru akan membuat istrinya curiga.“Brengsek,” desis Felix dengan suara rendah, sebelum akhirnya berteriak frustasi, “SIALAN KAU, MARK!”Felix bangkit dari kursi dan berjalan mondar-mandir. Matanya memanas oleh rasa kesal yang menumpuk. Ia merasa langkahnya semakin sempit, seolah sedang dijebak oleh masa lalu yang ia anggap sudah selesai.Dengan langkah berat

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Selalu Membahas Tentang Marsha

    Keesokan harinya, setelah kepastian kehamilan Emily diumumkan oleh dokter, suasana di rumah menjadi berbeda.Felix berubah menjadi sosok yang sangat protektif, namun tetap dengan cara yang khas dirinya—tegas, dingin, dan penuh aturan.Di dalam kamar mereka yang luas dan elegan, Emily sedang duduk bersandar di sandaran tempat tidur dengan bantal-bantal empuk menopangnya.Felix berdiri di hadapannya, tangan disilangkan di dada, matanya menatap tajam seolah sedang menyusun strategi perang.“Kau harus makan makanan bergizi, minum vitamin secara rutin, dan jangan lupa susu ibu hamil setiap pagi dan malam,” ucapnya tegas.“Istirahat cukup. Tidak boleh tidur larut. Dan yang paling penting, kau dilarang melakukan pekerjaan berat. Selama kau hamil, kau hanya perlu menjalankan tugasmu sebagai ibu hamil.”Emily menghela napas berat. Suara Felix yang seperti perintah militer itu membuatnya lelah, meskipun niatnya jelas karena perhatian. Ia tahu, tak ada ruang untuk perdebatan jika pria itu sudah

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Kabar Mengejutkan

    Malam itu, suasana ruang makan dipenuhi aroma masakan hangat dan cahaya lampu gantung yang temaram. Felix dan Emily duduk berhadapan di meja makan, namun suasana di antara mereka terasa kaku.Di depan mereka, hidangan favorit Emily tersaji rapi, namun wanita itu hanya memandangi makanannya tanpa benar-benar berniat menyentuhnya.Felix melirik istrinya. Dia menyadari bahwa sejak mereka duduk, Emily belum banyak bicara.“Sudah. Makan saja,” katanya, suaranya tenang namun tegas. “Jangan memikirkan hal yang tidak perlu kau pikirkan.”Emily mengangkat wajahnya perlahan. Matanya menatap dalam ke arah suaminya, lalu dengan suara lirih ia berkata, “Maaf…”Felix tak membalas. Ia hanya menunduk, kembali menyendok makanannya dengan wajah datar. Tak ada senyum. Tak ada kata-kata penghiburan.Emily masih menatapnya. Hatinya terasa sesak.Padahal… saat dia baru sadar dari pingsannya siang tadi, Felix begitu perhatian. Tatapannya lembut, suaranya hangat, bahkan menggenggam tangannya tanpa ragu.Tapi

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tidak Perlu Tahu

    “Ibumu sudah pulang?” suara Felix pelan, tapi jelas, saat ia menghampiri Emily yang sedang berdiri diam di depan jendela kamar mereka.Cahaya senja menyorot separuh wajah perempuan itu, membuat bayangannya tampak rapuh.Emily menoleh pelan, dan mengangguk. “Ya. Sudah sejak dua jam yang lalu. Terima kasih, sudah memberi Mama tumpangan, Felix.” Senyumnya lembut, namun di baliknya tampak sisa-sisa kelelahan yang belum sepenuhnya reda.Felix memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana hitamnya. Langkahnya tenang, tapi matanya tak bisa menyembunyikan kegelisahan yang ia simpan sejak siang tadi.Ia berdiri di sisi Emily, menyamakan tinggi pandangan mereka ke luar jendela, seakan mencoba membaca isi hati sang istri melalui pantulan kaca.“Apa saja yang dikatakan oleh Mark padamu?” tanyanya, suaranya rendah namun penuh ketegangan.Emily terdiam. Hening menggantung cukup lama hingga bunyi detak jarum jam terdengar seperti dentuman. Ia akhirnya menghela napas, berat.“Dia… dia menginginkank

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Sudah tidak Mengharapkannya

    “Untuk yang pertama dan terakhir kalinya?” tanya Emily dengan suara pelan namun penuh dorongan rasa ingin tahu yang tak bisa ia bendung lagi.Hatinya bergolak, seolah jawaban itu akan menentukan bagaimana ia memandang seluruh masa lalunya bersama Felix.Mala mengangguk pelan. “Aku rasa begitu. Karena setelah itu, Marsha pergi. Tidak kembali dan menggunakan uang yang diberikan Felix untuk kabur. Dan Felix tidak tahu ke mana perginya Marsha.”Emily menatap ibunya lekat-lekat, mencoba membaca tiap gestur yang mungkin menyimpan sesuatu yang belum diucapkan.Ia bisa melihat dari sorot mata ibunya—betapa getir dan rumitnya masa lalu yang kini perlahan terbongkar di hadapannya.Bayangan akan hari pernikahan yang batal, akan gadis yang seharusnya menggantikan dirinya berdiri di altar, kini terasa lebih menyakitkan.Di saat pernikahan sudah di depan mata, Marsha memilih pergi begitu saja… meninggalkan kekacauan yang pada akhirnya harus ia tanggung sendiri.“Aku ingin tahu… apakah Felix sempat

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Penjelasan Mala

    "Ya. Dia tahu dariku," ucap Mala dengan nada pelan, seolah kata-kata itu membawa kembali kenangan pahit yang selama ini ia simpan sendiri."Dia sempat menanyakan kenapa ayahmu meninggal. Lalu, aku memberitahunya semuanya."Emily terdiam. Bibirnya mengatup, sementara pikirannya melayang pada percakapan terdahulu bersama Felix.Perlahan, ia menghela napas panjang—sebuah napas yang terdengar berat, seperti membawa seluruh beban hatinya."Pantas saja dia bertanya padaku tentang hal yang membuatku bingung saat mendengarnya," ucap Emily, suaranya pelan, nyaris seperti gumaman.Mala menoleh cepat, rasa penasaran tergambar jelas di wajahnya yang penuh kekhawatiran. "Apa yang dia tanyakan padamu, Nak?"Emily menatap ibunya. Ada luka yang tampak samar di balik matanya—bukan luka fisik, melainkan luka yang tak terlihat, namun terasa begitu menyakitkan."Apakah aku akan berpaling dari Felix jika ada orang yang mencintaiku," jawabnya akhirnya.Pertanyaan itu kembali terngiang di benaknya. Waktu it

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Kedatangan Mala ke Rumah Felix

    "Aku harus pergi," ucap Felix dengan suara pelan, hampir seperti bisikan, setelah dengan lembut menyuapi Emily hingga suapan terakhir.Tangannya menggenggam sendok, namun tatapannya seolah ingin menahan waktu agar tak berjalan."Pergi? Kau mau pergi ke mana, Felix?" tanya Emily dengan nada pelan, namun jelas terdengar ada kegelisahan dalam suaranya.Matanya menatap Felix dengan dalam, seolah ingin menembus lapisan-lapisan misteri yang selama ini menyelubungi pria itu."Ada yang harus aku selesaikan. Selama dua hari ini aku tidak pergi ke mana-mana karena menunggumu siuman. Aku juga ingin terus menemanimu. Tapi... aku harus pergi dulu," jawab Felix dengan nada datarnya.Emily terdiam. Matanya menunduk, menyembunyikan kekecewaan kecil yang datang begitu saja. Ia tahu, Felix punya tanggung jawab besar. Tapi mengapa hatinya merasa kosong saat mendengar kepergian itu?"Aku tidak akan lama. Hanya memantau situasi saja. Ada pengiriman barang ke New York dan aku harus memeriksanya," lanjut Fe

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Perhatian Manis Felix

    Sayup-sayup, kelopak mata Emily bergerak, perlahan seperti tirai yang tersibak angin pagi.Dunia tampak buram di hadapannya, seakan realitas masih berselimut kabut dan waktu belum benar-benar mengizinkannya terjaga.Kepalanya berat, seolah menyimpan seluruh beban dari mimpi buruk yang belum selesai.“Sst… di mana ini? Aku di mana?” gumamnya lemah, suaranya rapuh seperti bisikan dedaunan yang digoyang angin.Tangan mungilnya meraba pelipis, mencoba menangkap kembali rasa sadar yang menguap entah ke mana.Ia menyandarkan tubuhnya perlahan, lalu mengedarkan pandang, menatap ruangan yang belum sepenuhnya dikenalnya.“Emily?” suara itu memecah keheningan, lembut namun menggetarkan.Felix, duduk tak jauh darinya, menatap dengan mata yang penuh kelegaan dan kecemasan yang belum sempat pergi. “Akhirnya kau siuman juga.”Mata Emily membulat. Seakan baru sadar, ia melesat maju dan mendekap tubuh Felix seerat mungkin.Pelukannya adalah pelarian, tempat ia menumpahkan semua ketakutan yang membatu

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Akhirnya Ditemukan

    “Emily!” Suara Felix menerobos kesunyian yang membeku, menembus kabut pekat ketakutan yang menyelimuti ruang sempit itu.Di sudut ruangan, cahaya redup mengguratkan bayangan pada wajah yang nyaris kehilangan hidup—Emily, dengan luka memar menghiasi pipinya bak tanda luka dari malam yang bengis.Samar-samar, kelopak matanya yang berat terbuka, menatap Felix seakan menatap mimpi yang gentayangan.Ia tidak tahu, tidak sadar, bahwa yang kini berlutut di hadapannya adalah pria yang dulu pernah ia panggil “rumah.”“Tolong aku,” bisiknya. Suaranya serupa daun kering yang diterbangkan angin musim gugur—nyaris tak terdengar, namun menyayat.“Aku di sini. Aku akan membawamu pulang.” Dengan segenap kerinduan dan kegentingan yang menyatu, Felix mengangkat tubuh Emily yang begitu ringkih, seakan tulangnya terbuat dari kaca dan jiwanya hampir tercerabut dari raganya.Ia menggigil. Dingin menggigit tulang, namun demam membakar dagingnya. Peluh bercampur air mata mengalir di pelipisnya, sementara tub

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status