Share

Ada yang Aneh

Author: Aksara_Lizza
last update Last Updated: 2025-03-21 10:03:08

“Kenapa kau bertanya seperti itu? Secara tiba-tiba?” tanya Emily, sedikit bingung dengan pertanyaan yang diberikan oleh suaminya itu.

Felix, pria dengan sorot mata tajam dan wajah yang sulit ditebak ekspresinya, tetap duduk dengan santai di kursinya. Namun, ada sesuatu dalam caranya menatap Emily yang membuat wanita itu merasa aneh.

“Hanya ingin tahu saja. Karena di dunia ini bukan hanya aku saja yang menginginkanmu,” ucap Felix, membuat Emily semakin bingung.

Emily menghela napas panjang, mencoba mencari makna tersembunyi di balik kata-kata suaminya. Ia menatap Felix dengan pandangan penuh tanda tanya, namun pria itu tidak memberikan petunjuk apa pun.

“Aku tidak tahu apa maksudmu bertanya seperti itu padaku. Tapi, yang jelas aku tidak akan bisa lepas darimu, kan? Andaikan ada orang yang menginginkanku dan mencintaiku, aku tidak akan bersamanya.” Suara Emily terdengar pelan, namun cukup tegas.

Felix tidak merespons dengan cepat. Ia hanya menatap wajah istrinya tanpa berkedip, seolah s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Dibawa ke Tempat Asing

    Suasana hotel yang semula tenang mendadak berubah ketika dua bodyguard Felix ditemukan tidak sadarkan diri di dalam toilet. Tanpa ada yang menyadari, seorang pria misterius telah menyusup dan melumpuhkan mereka dengan obat bius.Sementara itu, Emily yang sedang berada di lobi tidak menyadari bahaya yang mengintainya. Tiba-tiba, seseorang mendekatinya dari belakang dan menutupi wajahnya dengan sapu tangan yang telah dibasahi cairan bius. Emily meronta sejenak, namun dalam hitungan detik, kesadarannya hilang.Dengan cepat, pria itu membawa tubuh Emily yang lemas ke dalam mobil hitam yang telah menunggunya di luar hotel. Mobil itu melaju dengan kecepatan stabil, menjauh dari lokasi tanpa ada yang mencurigai apa pun.Setengah perjalanan, kelopak mata Emily bergerak pelan. Kesadarannya mulai kembali. Ia mengerang pelan dan mengusap dahinya yang terasa berat. Namun, saat matanya terbuka sepenuhnya, jantungnya berdegup kencang.Emily melihat dirinya berada di dalam mobil yang asing. Ia duduk

    Last Updated : 2025-03-21
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Kita akan Bersenang-Senang

    “Kurang ajar! Menjaga satu wanita saja tidak becus!”Bugh! Bugh! Bugh!Tinju Felix melayang bak badai petir yang mengamuk di langit malam, menghantam wajah dua bodyguard yang kini hanya bisa menunduk dalam kepasrahan.Mereka, yang seharusnya menjadi tembok pelindung bagi Emily, justru menjadi celah yang membuatnya lenyap dibawa bayangan kelam malam.“Kalian ingin mati di tanganku, hah?” pekik Felix, suaranya menyayat udara seperti pedang tajam yang tak mengenal belas kasihan.Amarahnya membuncah seperti lahar yang meledak dari perut gunung berapi, tak ada satu pun yang mampu meredamnya kini.“Ampun, Tuan! Kami minta maaf karena sudah lalai menjaga Nona Emily. Kami dijebak—”“Aku tidak butuh alasan konyolmu itu, sialan!” bentaknya, suara Felix sekeras guntur yang membelah langit di tengah badai.Wajahnya merah padam, matanya menyala seperti bara api yang belum padam, siap membakar siapa pun yang berani menghalanginya.“Yang aku inginkan adalah Emily kembali!” teriaknya sambil menoleh k

    Last Updated : 2025-04-06
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Jadilah Milikku

    “Sebenarnya, aku tak ingin berurusan denganmu, Emily,” ucap Mark dengan nada yang mengalir pelan, dingin seperti embun dini hari yang menusuk kulit.Ia mengepulkan asap rokoknya ke udara, membiarkannya melayang dan menari di antara cahaya lampu temaram yang menggantung lesu di langit-langit ruangan.“Namun, setelah tahu kau menikah dengan Felix… entah mengapa, tiba-tiba saja aku semakin ingin menghancurkan pria itu. Mengoyaknya, pelan-pelan, seperti serigala lapar yang menguliti mangsanya.”Mata Emily menatap tajam, seperti dua mata pisau yang diselubungi amarah dan kehancuran. Ia tahu Mark memang pernah mengaguminya—dulu, di masa yang terasa seperti bayangan mimpi yang telah pudar.Namun ia tak pernah menyangka, bara perasaan itu masih menyala—tidak lagi berupa cinta, tapi api obsesi yang membakar segala logika.“Jangan macam-macam dengan Felix, Mark,” suara Emily terdengar parau namun tajam, seperti sayatan belati tipis. “Kau tahu dia sangat kejam, bukan? Dia bisa saja membunuhmu… t

    Last Updated : 2025-04-06
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Doktrin Ala Mark

    “Aku tidak sudi menjadi milikmu!” ucap Emily, suaranya datar namun mengandung lautan getir yang tak tertanggungkan.Plak! Tamparan Mark melayang seperti cambuk takdir yang menghantam pipi Emily, menyisakan jejak merah yang bukan sekadar rasa sakit, melainkan penghinaan yang menggores harga diri. Tubuhnya tersentak, dan tangannya secara refleks mencengkeram pundak yang kini digenggam erat oleh Mark—erat seperti jerat tak kasatmata yang perlahan mencekiknya.“Apa bedanya aku dengan Felix, hah?” Mark bertanya, suaranya seperti pisau yang menguliti luka lama. “Sama-sama hidup di bayang-bayang dunia gelap... tapi aku—aku lebih tulus mencintaimu!” serunya dengan keyakinan yang menusuk, seperti panah dilepaskan tanpa ampun.Emily menatap matanya, dan di sana—di balik sorot mata yang penuh obsesif dan gelap itu—ia tidak melihat cinta, hanya ego yang haus akan kepemilikan. Entah mengapa, dalam kekacauan yang menyelimuti ruang itu, pikirannya justru terbang pada Felix. Felix yang dingin, na

    Last Updated : 2025-04-07
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Hinaan dari Mulut Mark

    "Bagaimana, Emily?" Suara Mark mengalun pelan. "Apa kau masih percaya pada suami tercintamu itu?"Ia melipat tangannya di dada, senyum sarkastik mengambang di bibirnya, seolah kalimatnya adalah racun manis yang sengaja diteteskan perlahan-lahan ke dalam luka yang masih menganga.Emily menatap datar wajah pria itu—tatapan yang menyerupai cermin yang menolak memantulkan sosok di hadapannya."Tapi Felix tidak mencintai Marsha," ucapnya tenang, namun suaranya bergetar, seperti senar biola yang dipetik dengan penuh luka.Mark mendecih pelan, lalu bersandar di dinding, memainkan ujung jarinya di permukaan meja kayu yang retak."Lalu, kau pikir Felix akan mencintaimu?" tanyanya seraya mencondongkan tubuh, suaranya melembut namun tajam seperti belati berlapis sutra."Tidak, kan? Kau tidak jauh berbeda dengan Marsha, Emily. Hanya dijadikan budak dari nafsu liarnya."Senyum tipis kembali tersungging di wajah Mark, namun kali ini senyum itu lebih mirip sayatan—datar, menyakitkan, tanpa jiwa.Tan

    Last Updated : 2025-04-08
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Menyerang Markas Mark

    DUAR!!!Ledakan itu memecah keheningan seperti dentum gendang neraka yang dibunyikan di ujung dunia.Langit malam seketika menyala merah darah, memantulkan kobaran api yang melahap markas besar milik Mark yang berdiri tak jauh dari pelabuhan tua—sebuah tempat terlupakan yang kini menjadi saksi kehancuran.Asap pekat membumbung tinggi, menari liar di angin laut yang asin dan lembap, seakan roh-roh para pengkhianat menjerit dari dalam kobaran.“Bos! Markas kita dibom!” teriak salah satu anak buah Mark lewat sambungan telepon, suaranya tercekat oleh ketakutan.Mark yang duduk di dalam ruang gelap langsung berdiri, tubuhnya gemetar menahan gelombang kemarahan yang membuncah seperti air bah.“Argh! Sialan! Kenapa bisa terjadi?! Apa yang kalian lakukan di sana sampai tidak mengetahui semuanya, hah?!” teriaknya, suaranya menggelegar seperti badai yang menabrak tebing.Dengan tangan bergetar, ia membuka monitor pengawas. Gambar yang terpampang di layar membuat darahnya mendidih. Api. Asap. Re

    Last Updated : 2025-04-09
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Akhirnya Ditemukan

    “Emily!” Suara Felix menerobos kesunyian yang membeku, menembus kabut pekat ketakutan yang menyelimuti ruang sempit itu.Di sudut ruangan, cahaya redup mengguratkan bayangan pada wajah yang nyaris kehilangan hidup—Emily, dengan luka memar menghiasi pipinya bak tanda luka dari malam yang bengis.Samar-samar, kelopak matanya yang berat terbuka, menatap Felix seakan menatap mimpi yang gentayangan.Ia tidak tahu, tidak sadar, bahwa yang kini berlutut di hadapannya adalah pria yang dulu pernah ia panggil “rumah.”“Tolong aku,” bisiknya. Suaranya serupa daun kering yang diterbangkan angin musim gugur—nyaris tak terdengar, namun menyayat.“Aku di sini. Aku akan membawamu pulang.” Dengan segenap kerinduan dan kegentingan yang menyatu, Felix mengangkat tubuh Emily yang begitu ringkih, seakan tulangnya terbuat dari kaca dan jiwanya hampir tercerabut dari raganya.Ia menggigil. Dingin menggigit tulang, namun demam membakar dagingnya. Peluh bercampur air mata mengalir di pelipisnya, sementara tub

    Last Updated : 2025-04-11
  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Perhatian Manis Felix

    Sayup-sayup, kelopak mata Emily bergerak, perlahan seperti tirai yang tersibak angin pagi.Dunia tampak buram di hadapannya, seakan realitas masih berselimut kabut dan waktu belum benar-benar mengizinkannya terjaga.Kepalanya berat, seolah menyimpan seluruh beban dari mimpi buruk yang belum selesai.“Sst… di mana ini? Aku di mana?” gumamnya lemah, suaranya rapuh seperti bisikan dedaunan yang digoyang angin.Tangan mungilnya meraba pelipis, mencoba menangkap kembali rasa sadar yang menguap entah ke mana.Ia menyandarkan tubuhnya perlahan, lalu mengedarkan pandang, menatap ruangan yang belum sepenuhnya dikenalnya.“Emily?” suara itu memecah keheningan, lembut namun menggetarkan.Felix, duduk tak jauh darinya, menatap dengan mata yang penuh kelegaan dan kecemasan yang belum sempat pergi. “Akhirnya kau siuman juga.”Mata Emily membulat. Seakan baru sadar, ia melesat maju dan mendekap tubuh Felix seerat mungkin.Pelukannya adalah pelarian, tempat ia menumpahkan semua ketakutan yang membatu

    Last Updated : 2025-04-11

Latest chapter

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Mengancam Regina

    Felix melangkah cepat memasuki gedung tinggi bertuliskan "Regina Corp" di pintu kaca depannya. Wajahnya tampak gelap, rahangnya mengeras, sorot matanya tajam seperti bilah pisau.Tanpa memperdulikan sapaan resepsionis, ia langsung menuju lift dan menekan lantai tertinggi.Begitu sampai, ia berjalan lurus ke arah pintu besar bertuliskan "CEO Office" tanpa mengetuk. Dengan satu dorongan kuat, pintu terbuka, membentur dinding dan membuat suara keras bergema.Di dalam, Regina yang sedang duduk di balik meja kerjanya mengangkat wajah, lalu tersenyum lebar begitu melihat siapa yang datang."Felix!" serunya riang, berdiri dari kursinya dan melangkah mendekat, seolah-olah Felix datang untuknya dengan niat baik.Namun, sambutan itu langsung dibalas dengan tatapan dingin membunuh dari Felix. Ia berdiri tegak di hadapan Regina, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya, menahan amarah yang hampir meluap."Beraninya kau," geram Felix, suaranya rendah dan bergetar menahan emosi, "mengganggu istrik

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Hanya Mantan Kekasih Felix

    “Kekasih?” ulang Felix, suaranya terdengar serak, antara marah dan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Emily menganggukkan kepalanya pelan, matanya tidak pernah lepas dari wajah Felix. “Apa kau memiliki kekasih selama ini, Felix?” tanyanya lagi, suaranya bergetar, penuh dengan harap dan ketakutan.“Tidak!” jawab Felix tegas, menatap langsung ke dalam mata istrinya. Tatapan itu tajam, penuh keyakinan, seolah ingin menegaskan bahwa tak ada kebohongan dalam kata-katanya.Namun Emily tetap ragu. “Tapi... wanita itu bilang bahwa kau adalah kekasihnya. Dia bahkan berucap dengan sangat percaya diri,” katanya lirih, seolah-olah hatinya mulai condong mempercayai ucapan wanita asing itu.Melihat Emily yang seperti itu, Felix semakin geram. Rahangnya mengeras, dadanya naik-turun cepat menahan amarah.Tanpa berkata apa-apa, ia membalikkan badan dan melangkah menuju walk-in closet, meninggalkan Emily yang berdiri terpaku di tempatnya.Emily, yang tidak ingin kehilangan jawaban, sege

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Apakah yang Dikatakannya Benar?

    Dering nyaring dari ponsel yang tergeletak di atas nakas membuat Emily menggeliat kecil dalam tidurnya.Matanya mengerjap pelan, menyesuaikan diri dengan cahaya remang kamar, sebelum akhirnya memfokuskan pandangannya pada sumber suara.Dengan alis bertaut, ia mengulurkan tangan dan mengambil ponsel itu. Layar ponsel menunjukkan sebuah nomor tak dikenal yang sedang berusaha menghubungi.“Nomor siapa ini?” ucapnya dengan pelan. Nomornya asing, tanpa nama, tanpa identitas yang tersimpan.Emily mengerutkan kening. Ia menoleh ke kanan, lalu ke kiri, mencari sosok suaminya, Felix. “Ke mana Felix? Sudah pergi? Tapi, tidak mungkin dia meninggalkan ponselnya jika sudah pergi.”Namun, ranjang di sebelahnya kosong dan dingin. Ia mengangkat sedikit tubuhnya, mendengarkan lebih seksama.Suara gemericik air terdengar dari kamar mandi, menandakan Felix sedang mandi. Emily menghela napas lega sesaat, tapi tatapannya kembali tertarik pada ponsel di tangannya yang kembali bergetar, layar kembali menyal

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Memegang Janjinya

    Felix menatap Emily dengan tatapan panas, matanya tak beralih sedetik pun darinya. Dalam satu gerakan cepat dan mantap, ia membungkuk dan mengangkat tubuh mungil Emily dengan gaya bridal—membuat gadis itu terkesiap kecil.Lengan kekarnya terasa kuat dan hangat membungkus tubuh Emily, membuat jantungnya berdebar tak karuan.Dengan langkah mantap, Felix membawa Emily melewati lorong dan masuk ke kamar mereka.Tanpa meletakkannya, ia menutup pintu kamar dengan kakinya, menciptakan bunyi klik lembut yang membuat suasana di antara mereka mengental dengan ketegangan.Felix menundukkan wajahnya, membisik di telinga Emily dengan suara serak penuh gairah,"Jangan pura-pura tidak tahu, Emily... Kita sudah lama tidak bercinta."Emily menelan ludahnya dengan gugup, merasakan panas menyebar dari telinga hingga ke pipinya. Suara Felix begitu berat, dalam, dan sangat berbahaya bagi pertahanannya yang mulai runtuh.Dengan suara bergetar namun mencoba terdengar tenang, Emily mengangkat wajahnya dan be

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Ingin Menua Bersamamu

    “Aku membawakan makanan kesukaanmu.” Suara Felix terdengar lembut dan tenang saat ia melangkah masuk ke ruang tengah, membawa sebuah mini box mungil berwarna merah muda di tangannya.Cahaya sore yang masuk dari jendela memantul di permukaan kotak itu, membuatnya tampak seperti hadiah kecil yang istimewa.Emily sedang duduk santai di sofa, bersandar dengan nyaman sambil menonton acara televisi favoritnya.Suara TV terdengar samar di latar belakang, namun seketika perhatiannya teralih saat Felix meletakkan kotak tersebut di meja di hadapannya.“Kesukaanku? Apa itu?” tanyanya dengan nada penasaran, matanya membulat penuh rasa ingin tahu. Ia langsung meraih kotak itu dan membukanya perlahan.Begitu tutupnya terbuka, aroma manis langsung tercium. Warna-warni pastel dari deretan macaron yang tertata rapi membuat matanya berbinar. Emily menoleh cepat ke arah Felix, matanya membesar karena terkejut.“Macaron? Kau tahu aku sangat menyukai macaron?” ucapnya dengan nada yang penuh kejutan sekali

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Rasa Panik Marsha

    “Pa. Ada yang ingin aku tanyakan padamu.” Suara Marsha terdengar pelan namun serius saat ia melangkah pelan mendekati sang ayah yang sedang duduk santai di sofa ruang tengah.Di tangannya, Harland memegang majalah edisi terbaru, matanya sibuk mengikuti tiap baris kata di halaman yang terbuka.“Katakan saja. Aku akan mendengarnya,” jawab Harland datar, tanpa sedikit pun menoleh ke arah anak perempuannya. Nada suaranya tenang, nyaris seperti sedang membicarakan cuaca.Marsha berdiri sejenak, menatap wajah ayahnya yang tak bergeming, lalu menarik napas panjang sebelum duduk perlahan di sofa seberang.Matanya memandangi Harland lekat-lekat, mencoba mencari celah untuk memahami isi kepala pria paruh baya itu.“Kau serius ingin membuat Felix dan Emily berpisah? Dengan cara apa?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi, menyimpan keheranan sekaligus kekhawatiran dalam nada suaranya.Mendengar pertanyaan itu, Harland akhirnya menghentikan aktivitas membacanya. Ia menutup majalah dengan satu geraka

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Tidak akan Dia Biarkan

    “Argh! Sialan!” bentak Regina sambil melemparkan botol kosong beer ke lantai.Botol itu jatuh dengan suara dentingan tajam, menggema di ruangan pribadinya yang luas namun kini terasa sumpek oleh amarahnya sendiri.Ia berjalan mondar-mandir dengan langkah berat, rambut panjangnya yang biasanya tertata kini terlihat berantakan.“Kenapa cepat sekali Felix memutuskan untuk menikah?!” gerutunya lagi, mengambil botol beer yang baru dari kulkas kecil di sudut ruangan.Ia membuka tutupnya dengan gerakan kasar dan langsung meneguknya. “Bukankah dia dulu bilang tidak percaya dengan komitmen seperti itu? Dia bukan tipe pria yang mengikat diri!”Suasana malam di apartemennya dipenuhi dengan dentuman musik jazz pelan, kontras dengan emosi yang membuncah di dadanya.Ia menatap layar ponsel di tangannya, mengetik nama Felix Reinhardt berulang-ulang di mesin pencarian.Tapi yang muncul hanya berita-berita bisnis, ekspedisi, dan aktivitas gelap yang dibungkus dengan bahasa profesional.“Tidak ada beri

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Bertemu dengan Mantan Kekasih

    Pagi itu, suasana di lobi gedung pencakar langit di pusat kota tampak sibuk. Langkah kaki cepat para eksekutif terdengar berpadu dengan dering ponsel dan suara percakapan singkat.Felix melangkah masuk dengan aura dingin dan tak tergoyahkan. Setelan jas hitamnya rapi, wajahnya datar tanpa ekspresi. Ia diiringi oleh Arnold, asisten pribadinya yang setia.“Semua sudah disiapkan?” tanya Felix singkat.Arnold mengangguk cepat. “Ya, Tuan. Mereka sudah menunggu di ruang rapat lantai 15. Dan... pemilik perusahaan ekspedisi itu sudah datang.”Felix menoleh cepat. “Pemiliknya?”Arnold menelan ludah, sedikit ragu sebelum melanjutkan. “Ya... dia sendiri yang datang. Dan saya pikir Anda mengenalnya.”Felix mengerutkan kening, tapi tak bertanya lebih lanjut. Mereka masuk ke lift dan tak lama kemudian, pintu ruang rapat terbuka.Di sana, beberapa jajaran petinggi ekspedisi sudah duduk menunggu. Tapi yang langsung mencuri perhatian Felix adalah sosok wanita yang berdiri menyambutnya.“Felix?” suara

  • Hasrat dan Dendam Mafia Kejam   Negoisasi

    “Apa aku pernah menyakitimu selama kau menjadi istriku, Emily?” tanya Felix akhirnya. Suaranya terdengar pelan, tapi ada tekanan di balik nada itu—seperti seseorang yang sudah lama menahan tanya, namun takut akan jawaban yang mungkin menyakitkan.Emily tak langsung menjawab. Matanya menunduk, jemarinya meremas ujung baju tidurnya pelan. Felix memang tak pernah menyakitinya secara fisik. Tak pernah sekalipun tangan itu terangkat padanya. Namun, entah kenapa... ada luka kecil yang tak terlihat, seperti tusukan halus yang perlahan-lahan menggores dari dalam. Luka yang tak bisa ia jelaskan, bahkan pada dirinya sendiri.“Maaf,” ucapnya pelan, hampir tak terdengar. Seperti bisikan dari hati yang ragu.Felix menaikkan alisnya, bingung dengan respons itu. “Apa maksudmu, Emily? Aku bertanya, kenapa kau menjawab dengan kata ‘maaf’?” tanyanya, mencoba memahami, tapi juga merasa ada jarak yang semakin nyata di antara mereka.Emily hanya menggeleng pelan sambil menatap wajah Felix. Wajah itu... be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status