Beranda / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 79. Apa Kau Cemburu? (2)

Share

79. Apa Kau Cemburu? (2)

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-30 19:40:42

Sophia menatap Daniel bertanya, lalu tersadar akan sesuatu. “Ah ya, aku lupa! Terima kasih atas bantuanmu, Daniel. Kau benar-benar penyelamatku.”

Sophia tidak bisa melupakan begitu saja bagaimana kerepotannya dia tadi dan merasa sangat lega seolah setengah bebannya terangkat saat melihat Daniel muncul di sana.

“Ya, sama-sama,” jawab Daniel dengan sneyuman manis.

Albert menatap dua orang itu secara bergantian, lalu berdecak kesal.

“Oh, and for your information,” tukas Daniel, mendahului Albert yang juga hendak mengatakan sesuatu.

“Apa?” tanya Sophia.

“Aku dan kakakmu bertetanggaan. Mungkin kalau besok kau hendak datang menjenguknya, kau juga bisa sekalian mampir ke kamarku. Bagaimana?”

Setelah mengucapkan itu, Daniel tidak bohong saat mengatakan bahwa belakang kepalanya terasa panas. Yang pasti berasal dari tatapan tajam pria di belakangnya.

Sophia yang menyadari tekanan berat nan berbahaya dari dua orang itu segera menyela dengan melepas tangan Daniel dari lengannya, lalu menatap pria
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Terpendam Suamiku   80. Tidak Butuh Dokter (1)

    Saat Albert terdiam, dia berpikir bahwa apa yang dirasakannya memang rasa cemburu. Lalu kenapa? Sophia adalah istrinya. Sebagai suami tentu saja Albert akan merasa seperti itu saat melihat sang istri bertemu dengan lelaki lain tanpa sepengetahuannya.Tapi hal yang sudah sangat jelas itu, masa Sophia tidak tahu dan harus bertanya?Karena harga diri Albert terlalu tinggi untuk mengaku, jadi dia tidak menjawab pertanyaan itu dan langsung membuang pandang ke luar jendela. Sebagai ganti, Albert merapatkan tubuh sang istri ke tubuhnya dan memeluknya erat.Gestur itu sudah cukup menjawab pertanyaan di benak Sophia, jadi dia tidak bertanya lagi dan membalas pelukan Albert sama eratnya.***Sophia memimpikan kejadian itu lagi. Api yang panas, asap yang membuat dada sesak, serta rasa sakit di sekujur tubuh, dan suara teriakan melengking seorang perempuan meminta tolong.Saat Sophia bangun, badannya dibanjiri peluh, tangan dan kakinya bergetar hebat. Albert tengah memeluknya sambil mengusap-usap

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Hasrat Terpendam Suamiku   81. Tidak Butuh Dokter (2)

    Sophia bangun saat matahari tampaknya sudah terbit cukup tinggi. Tidak biasanya Sophia bangun sesiang ini karena sinar matahari biasanya pasti akan mengganggu tidurnya setiap pukul sepuluh pagi, menjadi alarm alami yang sengaja Sophia lakukan dengan membuka gorden kamarnya.Namun saat Sophia terbangun beberapa detik lalu, dia melihat gordennya tertutup dan kamarnya berada dalam remang-remang cahaya.Sophia menoleh ke samping tempat tidurnya dan mendapati sisi itu kosong.Tentu saja, Albert pasti sudah berangkat ke kantor.Sekalipun sudah bangun, tapi Sophia tidak juga bangkit dari ranjangnya. Sophia malah merapatkan selimutnya dan memejamkan matanya lagi.Namun belum sempat Sophia kembali ke alam tidur, suara pintu diketuk mengiterupsi.Sophia menduga kalau itu adalah Dana maka dia menggumamkan kata ‘masuk’ dan terkejut dengan suaranya sendiri yang terdengar sangat serak dan lemah.Dana masuk membawa nampan berisi makanan. Ekspresi di wajah keibuan wanita paruh baya itu tampak cemas.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Hasrat Terpendam Suamiku   82. Demam Tinggi

    Sophia tadi menganggap perkataan Albert yang mengatakan padanya untuk tidak pingsan dulu adalah hal yang sangat konyol dan berlebihan.Tapi sekarang, Sophia berbaring di atas ranjang dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar. Tidak tahu bagaimana kondisinya bisa jadi seburuk ini, Sophia hanya ingat tadi karena terlalu pusing setelah telepon Albert, dia membaringkan tubuhnya lalu menutup mata.Tahu-tahu saat bangun, Albert sudah ada di kamarnya dengan seorang dokter wanita yang tengah memeriksa keadaannya.Sophia tidak kuasa membuka mata, dia hanya mendengar suara-suara di sekitarnya. Dan Sophia dapat mendengar seberapa cemasnya Albert, sesekali Sophia juga mendengar nada khawatir Dana, dan juga suara lembut nan profesional dokter yang menjelaskan mengenai kondisi Sophia.Sungguh, Sophia berharap bisa membuka mata, tapi sekujur tubuhnya terasa sakit dan dingin. Kepalanya berdentum sangat keras dan menyakitkan. Sedikit saja suara yang didengar telinganya akan membuat dentuman itu semak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Hasrat Terpendam Suamiku   83. Kesehatan Istriku Penting

    “Pukul berapa sekarang?” tanya Sophia.“Sepuluh,” jawab Albert.“Malam?!” Sophia bertanya tidak percaya. “Jadi aku tidur selama itu,” gumamnya pada diri sendiri.Albert tersenyum datar. “Kupikir kau sama sekali tidak tidur, yang benar adalah kau pingsan selama hampir seharian ini.”Sophia mengibaskan tangannya acuh. “Aku tidak mungkin pingsan. Kau tidak bisa membedakan mana orang tidur dan pingsan ya?” Sophia masih tidak menyadari seberapa buruk kondisinya kali ini. Karena biasanya ketika demam, Sophia tidak pernah sampai jatuh pingsan begitu.Albert menatap Sophia tidak habis pikir.“Sudah kubilang, aku hanya kelelahan,” sambung Sophia lagi.Albert hanya menyahut dengan gumaman pelan.“Tidurlah,” katanya sebelum pergi membawa nampan, lalu kembali ke kamar Sophia dan langsung masuk ke kamar mandi. Setelah itu, Albert ke luar dan melangkah ke ranjang.“Kau mau apa?” tanya Sophia yang sedari tadi memperhatikan setiap gerak-gerik suaminya, alih-alih tidur seperti yang lelaki itu suruh.A

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Hasrat Terpendam Suamiku   84. Sebuah Telepon Dari Pria Lain

    “Oh!” Sophia membulatkan matanya. Dia tidak menyangka kalau Albert akan mengatakan itu.‘… istriku.’ Sophia mengulang kata itu berulang kali dan tersenyum seperti orang bodoh.“Anggap saja ini timbal balik dari apa yang kau lakukan waktu itu.”Yang Albert maksud adalah ketika Sophia merawatnya saat dia sakit dulu.“Hm, baiklah. Cukup adil juga,” sahut Sophia kemudian, menyerah sekalipun dia masih merasa tidak enak.Mereka pun menghabiskan waktu mereka berduaan di kamar. Albert fokus dengan pekerjaannya, sedangkan Sophia duduk di sampingnya bergelung selimut sambil membaca buku dengan santai.“Aku ada pertemuan besok dengan editorku di luar,” ujar Sophia memecah keheningan syahdu di antara mereka.“Di mana?” tanya Albert.Sophia mengedikkan bahu. “Editorku yang akan memilih tempat besok. Seharusnya aku pergi pada akhir pekan nanti, tapi aku tidak punya waktu jadi memintanya untuk bertemu besok saja.”“Hm… pergilah kalau begitu.” Albert menggumam. Lalu dia tersadar pada apa yang Sophia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Hasrat Terpendam Suamiku   85. Editor Baru

    Sudah lama rasanya Sophia tidak pergi ke luar. Dia agak sedikit terkejut dengan banyaknya orang yang berlalu lalang di jalan. Tapi seperti biasa, Sophia selalu berhasil berpura-pura seolah dia tidak merasa terganggu sedikitpun. Terlebih ketika Sophia memasuki café, beberapa pasang mata langsung tertuju padanya. Café yang editor baru Sophia sarankan adalalh café yang cukup terkenal di kalangan sosialita. Jadi Sophia sudah bisa menduga bahwa beberapa dari mereka mungkin mengenalnya, entah sebagai putri bungsu Abraham yang sombong, atau sebagai istri bodoh Albert Raymond.Yang mana pun, Sophia menutup perasaannya agar dia tidak menaruh peduli dan pergi langsung ke ruangan VIP yang telah sang editor pesan. Ruangan itu sepi dan hanya tiga meja yang diisi oleh pengunjung, termasuk Sophia dan sang editor.“Miss Lina Huang?” sapa Sophia pada seorang wanita cantik yang tengah menatap ke luar jendela. Wanita itu menoleh. Matanya yang sipit menatap Sophia terkejut. “Miss Sailendra Audrie,” uc

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Hasrat Terpendam Suamiku   86. Makan Siang Bersama

    Albert tengah duduk di kursi meeting itu seorang diri dengan ekspresi datar, makanan tersaji di hadapannya, dan sekretaris wanitanya membantu menyajikan pesanan makanan itu satu per satu. Ketika mendengar pintu terbuka, Albert menoleh dan terkejut melihat Sophia berada di sana. Albert lantas bangkit dan berjalan menghampiri wanita itu.“Sophie, aku tidak tahu kalau kau akan datang,” kata Albert, benar-benar masih tidak menyangka kalau istrinya itu ada di hadapannya. Albert melihat Sophia memeluk erat sebuah tas berbentuk persegi di dadanya.“Apa itu?” tanya Albert, menatap Sophia yang tidak kunjung bersuara.Sophia tadinya sedikit kecewa ketika melihat bahwa Albert ternyata hendak makan siang. Dan disajikan sendiri oleh sekretaris wanitanya yang Sophia tidak terlalu suka. Wanita itu bahkan secara terang-terangan menatapnya sinis di belakang Albert. Sophia yakin, kalau Albert berbalik sekarang, wanita bermuka dua itu pasti akan tersenyum manis tanpa dosa.“Aku kan sudah bilang akan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Hasrat Terpendam Suamiku   87. Bertemu Kakak Laki-laki

    Café itu cukup sepi oleh pengunjung. Ketika Sophia muncul di pintu, seorang pelayan datang dengan ramah menghampiri dan mempersilakan mereka masuk, lalu menuntun mereka berdua menuju ruang VIP. Sophia rasa Luke sudah memesan tempat terlebih dahulu. Café ini berinterior mewah sekaligus klasik. Pelayanannya pun setara dengan restoran berbintang lima.Saat pintu VIP terbuka, Sophia mengedarkan pandang dan tidak menemukan pengunjung lain selain kakaknya yang duduk seorang diri di meja yang terletak di tengah ruangan. Saat mata mereka bertemu, Sophia bisa melihat senyum di bibir lelaki itu, atau itu hanya khayalannya saja? Karena tepat setelah mata Luke melihat ke arah Albert, ekspresinya berubah masam.Sophia dan Albert pun melangkah mendekati meja Luke dan duduk di hadapan lelaki itu.“Kau tidak bilang akan mengajaknya,” ujar Luke menatap Sophia.“Kau juga tidak bilang padanya untuk datang sendiri,” sahut Albert dengan senyum datar.Sophia memandang keduanya bergantian lalu berdeham. So

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 1 - Apologize

    Rasanya dingin.Sekujur tubuh dan ulu hatinya seolah membeku. Jalanan yang ramai tidak berhasil menepis rasa kesepian dan keputusasaan yang dia rasakan di dalam. Ucapan wanita itu terus terngiang dalam benaknya.Sophia Raymond.Apakah ini karma? pikir Cecilia.Sekarang, setelah dia tahu bahwa anak di dalam perutnya bukanlah anaknya bersama Albert, rasanya sedikit menyakitkan dan sulit dipercaya. Tapi kalau bukan Albert, siapa? Cecilia tahu bahwa dia telah bersikap seperti wanita murahan ketika memutuskan untuk mendekati Albert Raymond, namun pesona pria itu tidak bisa dia bantah, dan ayahnya saat itu begitu bangga ketika tahu Cecilia memiliki hubungan dekat dengan seorang seperti Albert.Cecilia merasa bahwa dia tidak bisa kehilangan lelaki itu, apapun alasannya, karena itu artinya dia akan kehilangan perhatian keluarganya juga. Sebab hanya dengan bersama Albert, dia akan dianggap berguna oleh ayahnya yang serakah.Namun kini, saat Cecilia s

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 5

    Setelah menceritakannya pada Sophia, Albert bertanya, “Kenapa kau tidak mengangkat teleponku atau membaca pesanku?”Sophia menatap Albert dengan pelototan tajam dan juga balas bertanya, “Kenapa kau mematikan ponselmu?”“Baterainya habis.”Sophia lantas mengangguk paham. “Ponselku tertinggal di mobil Daniel saat tadi aku mencoba menghubungimu berulang kali. Mom jatuh sakit lagi jadi Daniel ingin aku datang menemaninya sementara dia memiliki urusan penting di kantor yang harus diurus. Aku mengobrol dengan Mom dan baru selesai satu jam lalu. Kemudian aku bangun karena pemanas di kamarku tidak berfungsi dengan baik.”Helaan napas lega menyahut penjelasannya.Tersenyum tenang, Albert menidurkan kepalanya lagi dan membawa Sophia bersamanya.Dia melirik setelan pakaian kerjanya yang teronggok di atas karpet. “Seharusnya kau melepas milikmu juga,” ucapnya berbisik.Sophia menggumam.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 4

    Sophia menarik selimut semakin rapat menutupi tubuhnya. Kamar ini memiliki penghangat ruangan yang buruk, mungkin karena sudah bertahun-tahun tidak digunakan. Sophia bersumpah bahwa dia akan berbicara pada Daniel mengenai hal ini besok. Dan oleh rasa dingin itulah Sophia terbangun dari tidurnya.Langsung diliriknya jam di atas nakas, ternyata dia baru terlelap selama satu jam. Setelah menemani ibunya di kamar sampai wanita itu terlelap, Sophia langsung ke kamarnya sendiri dan berbaring, tidak berniat untuk tidur, tapi kemudian jatuh tertidur.Sophia pun bangkit berdiri, dia butuh air hangat atau sesuatu yang mampu menepis rasa dingin itu. Sophia bangkit dan mencari ponselnya, lalu kemudian tersadar bahwa benda itu tertinggal di mobil Daniel.Dia belum memberi tahu Albert. Jadi Sophia memakai jubah tidurnya dan pergi ke luar kamar dengan tergesa, untuk pergi ke telepon rumah dan segera menghubungi suaminya itu. Albert pasti khawatir saat pulang ke apartemen dan t

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 3

    Kemudian, sebuah deringan membuyarkan lamunan Sophia. Wanita itu sejenak mengedarkan pandang dan sadar bahwa dirinya tengah duduk di sofa, di dalam apartemen yang sepi, seorang diri. Kejadian tadi pagi masih begitu lekat dalam ingatannya.Sophia pun menghela napas.Pagi tadi, Albert hanya memberikannya satu pelepasan dengan permainan jarinya, bersikeras bahwa mereka harus menemui dokter terlebih dahulu untuk melakukan lebih dari itu. Kemudian Albert melesat ke kamar mandi, berada di sana cukup lama dan berangkat kerja setelahnya.Sophia menatap langit yang kini sudah gelap, lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering dan melihat nama Daniel tertera di sana. Sophia mengangkatnya.“Daniel.”“Sophie, kau di mana?”“Aku masih di apartemen Albert,” jawab Sophia. Dia sudah memberi tahu Daniel dan Luke beberapa hari lalu mengenai akhir dari permasalahan rumah tangganya. Mereka terdengar lega, tapi sekalig

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 2

    Sophia mengernyit, kemudian membelalak dan refleks menepis tangan Albert dari wajahnya. Dia memelototi pria itu dengan tatapan tajam.“Jangan berkata seolah kau juga tidak!” seru Sophia. Wajahnya memerah karena malu, seolah dia diingatkan tentang sebuah ketidaksenonohan dari semua undangan-undangan terbuka yang dia lakukan beberapa malam ini secara berturut-turut pada Albert, dan secara berturut-turut juga Albert menolaknya.Dituduh seperti itu, Sophia merasa langsung kehilangan wajahnya sendiri. Dia lantas berbalik dan memunggungi Albert ke jendela.Apakah aku sudah bertindak keterlaluan? pikirnya. Padahal dia hanya senang menggoda Albert, melihat wajah lelaki itu tersiksa oleh kekeraskepalaannya sendiri adalah sebuah hiburan baru bagi Sophia. Tapi dia juga tidak bisa menampik hasrat yang timbul bersamaan dengan kesenangan itu.Namun Sophia tidak suka akan bagaimana Albert mengatakannya sekarang seolah hanya Sophia yang menginginkannya.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 1

    Langit gelap perlahan turun dari jendela, yang selama setengah jam lalu Sophia tatap dengan mata menerawang. Tangannya terlipat di atas sandaran sofa dan dagunya terpaku di sana dengan mata yang setengah terutup.Bosan, itulah yang Sophia rasakan. Hampir satu minggu sudah dia tinggal di apartemen Albert ini dan tidak pernah keluar kemana pun. Sementara Albert bekerja, Sophia ditinggalkan sendiri tanpa aktivitas apapun.Albert melarangnya melakukan banyak hal; memasak, bersih-bersih, mengangkat barang-barang berat, atau berdiri terlalu lama, berjalan terlalu jauh. Lelaki itu menjadi begitu konyol pada beberapa hal. Walau Sophia tahu itu hanya bentuk kekhawatirannya yang berlebihan saja.Setiap malam saat waktunya tidur, Albert akan terjaga sampai dia memastikan Sophia sudah tertidur lelap. Lalu paginya, Sophia harus bangun dalam pelukan pria itu, atau setidaknya Sophia harus di sana saat Albert membuka mata. Kalau tidak, Albert akan tampak panik dengan mata liar

  • Hasrat Terpendam Suamiku   169. Selamanya (END)

    Sophia akan kembali pada Albert.Itulah yang dia inginkan, yang selalu dia inginkan, tapi lebih sering dia tutup-tutupi dengan berbagai macam alasan di kepalanya karena rasa takut untuk tersakiti kembali. Namun kini, entah perasaan ini datang dari mana, Sophia merasa yakin. Terlebih ketika dia teringat pada ucapan menohok yang Daniel katakan siang tadi.“Pastikan bahwa kau tidak akan menyesal di kemudian hari karena keegoisanmu ini, Sophia. Bayi di dalam kandunganmu … membutuhkan ayahnya. Kau tidak akan mau dia berakhir sepertimu, ‘kan?”Kalimat itu bergema dalam telinga Sophia, menguasai benaknya. Dia terlahir tanpa figur ayah, dia tahu bagaimana rasanya. Dan ketika dia memiliki sosok ayah itu, ekspektasinya dijatuhkan oleh kehadiran ibu dan saudara-saudara yang tidak dia kenal. Sophia tidak ingin hal itu terjadi pada anaknya.Mungkin tidak apa-apa kalau memang suatu hari nanti hubungannya dengan Albert tidak berjal

  • Hasrat Terpendam Suamiku   168. Jangan Pergi

    Sophia terkikik-kikik geli oleh respon yang diberikan suaminya. Dia lantas berjinjit, lalu mengecup belakang telinga Albert yang tengah memerah.Sesaat setelah melakukan itu, tubuh Sophia tiba-tiba saja didorong ke belakang dan berhenti saat punggungnya menyentuh meja pantri. Dia pikir akan merasakan sakit akibat benturan tersebut, namun ternyata Albert menahan punggungnya dengan tangan pria itu sendiri, seolah bersikap melindungi Sophia.Perlakuan kecil itu saja sudah membuat jantung Sophia berdetak kencang, terlebih ketika dia mendongak ke atas dan melihat mata pria di hadapannya yang menatapnya dengan tatapan liar. Sejenak, Sophia merasa menyesal telah menggoda Albert. Tadinya dia hendak lari ke kamar sesaat setelah mengecup pria itu, namun ternyata Albert memiliki pikiran lain. Dan pikiran lelaki itu sungguh berbahaya bagi kinerja jantung Sophia saat ini.Albert mendekatkan wajahnya pada sang istri, menghirup aroma manis buah anggur yang tadi disantapnya seb

  • Hasrat Terpendam Suamiku   167. Daddy

    “Apa kau pernah mendengar sebelumnya seorang ayah yang mengidam ketika istrinya hamil?” kata Sophia.Albert mengernyit, menaikkan sebelah alisnya skeptis, lalu menunduk ke arah perut Sophia. Seketika, ekspresinya berubah datar.Sophia lantas terkekeh geli. “Kau pasti terkejut. Ya tuhan, pantas saja aku sudah tidak lagi mengalami mual-mual, rupanya masalah itu sudah dilimpahkan padamu.” Sophia benar-benar tertawa dengan senang.Albert yang tadinya hendak menggoda istrinya itu mendadak tercenung oleh suara tawa Sophia yang rasanya sudah lama tidak dia dengar. Albert memandang wajah cantik istrinya itu yang tampak berseri-seri, cerah, dan begitu terhibur. Albert merasa dia tidak akan bisa lagi mengalihkan pandangnya dari apa yang kini ada di hadapannya.Namun, karena keterdiaman Albert itu, Sophia langsung sadar dan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan. “Maaf, tidak seharusnya aku bersikap seperti tadi,” kata Sophia de

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status