Beranda / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 86. Makan Siang Bersama

Share

86. Makan Siang Bersama

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-18 10:08:02

Albert tengah duduk di kursi meeting itu seorang diri dengan ekspresi datar, makanan tersaji di hadapannya, dan sekretaris wanitanya membantu menyajikan pesanan makanan itu satu per satu.

Ketika mendengar pintu terbuka, Albert menoleh dan terkejut melihat Sophia berada di sana. Albert lantas bangkit dan berjalan menghampiri wanita itu.

“Sophie, aku tidak tahu kalau kau akan datang,” kata Albert, benar-benar masih tidak menyangka kalau istrinya itu ada di hadapannya. Albert melihat Sophia memeluk erat sebuah tas berbentuk persegi di dadanya.

“Apa itu?” tanya Albert, menatap Sophia yang tidak kunjung bersuara.

Sophia tadinya sedikit kecewa ketika melihat bahwa Albert ternyata hendak makan siang. Dan disajikan sendiri oleh sekretaris wanitanya yang Sophia tidak terlalu suka. Wanita itu bahkan secara terang-terangan menatapnya sinis di belakang Albert. Sophia yakin, kalau Albert berbalik sekarang, wanita bermuka dua itu pasti akan tersenyum manis tanpa dosa.

“Aku kan sudah bilang akan me
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Terpendam Suamiku   87. Bertemu Kakak Laki-laki

    Café itu cukup sepi oleh pengunjung. Ketika Sophia muncul di pintu, seorang pelayan datang dengan ramah menghampiri dan mempersilakan mereka masuk, lalu menuntun mereka berdua menuju ruang VIP. Sophia rasa Luke sudah memesan tempat terlebih dahulu. Café ini berinterior mewah sekaligus klasik. Pelayanannya pun setara dengan restoran berbintang lima.Saat pintu VIP terbuka, Sophia mengedarkan pandang dan tidak menemukan pengunjung lain selain kakaknya yang duduk seorang diri di meja yang terletak di tengah ruangan. Saat mata mereka bertemu, Sophia bisa melihat senyum di bibir lelaki itu, atau itu hanya khayalannya saja? Karena tepat setelah mata Luke melihat ke arah Albert, ekspresinya berubah masam.Sophia dan Albert pun melangkah mendekati meja Luke dan duduk di hadapan lelaki itu.“Kau tidak bilang akan mengajaknya,” ujar Luke menatap Sophia.“Kau juga tidak bilang padanya untuk datang sendiri,” sahut Albert dengan senyum datar.Sophia memandang keduanya bergantian lalu berdeham. So

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Hasrat Terpendam Suamiku   88. Undangan Tidak Terduga

    “Sophie! Wah, ini benar-benar kebetulan yang tidak disangka,” kata Daniel sesaat setelah dia sampai di hadapan Sophia, menatap Sophia dan Albert bergantian.Sophia tersenyum sedikit. “Benar, kebe—”“Lalu kenapa?” Albert tiba-tiba menyela.Sophia memiringkan kepalanya bertanya apa yang lelaki itu maksud.Albert kemudian menatap Sophia. “Kenapa memangnya kalau ini hanya kebetulan? Tidak ada artinya. Ayo, cepat, kita harus segera membeli bahan-bahan sebelum waktu makan malam lewat,” kata Albert dengan wajah memberengut.Sophia pun menyadari alasan kenapa Albert bersikap seperti itu, dia menyahut cepat, “Kau benar, kita harus cepat.” Tapi Sophia tentu saja tidak berniat untuk mengabaikan Daniel begitu saja. “Kau sudah makan malam?” bisik Daniel di saamping Sophia. Suaranya cukup besar untuk didengar oleh Albert, tapi Albert tidak mengatakan apapun.Sophia menggeleng. “Kami berbelanja untuk memasak makan malam,” jawabnya.“Ah begitu.” Daniel mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Ketika

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Hasrat Terpendam Suamiku   89. Rencana Honeymoon

    “Apa Daniel gay?”“Sophie—”Sophia terkesiap. “Bagaimana kalau sebenarnya yang selama ini dia incar itu kau, bukan aku? Kau, Albert!” Sophia menutup mulutnya tidak percaya. Yang dibalas Albert dengan tatapan tajam juga dingin.Sophia lalu terkekeh. “Aku hanya bercanda. Aku yakin Daniel juga tidak serius.”Albert tersenyum miring. “Dari mana kau bisa yakin?”Sophia menelengkan kepalanya ke samping. Yang diucapkan Daniel tadi itu mungkin saja benar, tapi Sophia juga tidak yakin. “Daniel pernah jatuh cinta sebelumnya. Dan kata Daniel diacantik.”Tadinya Albert tidak mau peduli lagi, tapi setelah mendengar istrinya mengatakan itu, Albert lantas menoleh.Mendapat tatapan seperti itu dari Albert, membuat Sophia sedikit gugup. “Oh! Kau tahu Daniel, dia banyak berbicara.”“Aku tidak tahu,” sahut Albert datar.“Kau tidak tahu? Well… ya sudah, kalau begitu.”Mereka kemudian sama-sama terdiam. Sophia mengalihkan pandangannya ke jendela dan melihat mobil serta lampu-lampu jalan bergerak melewati

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Hasrat Terpendam Suamiku   90. Kesukaanmu

    “Kenapa kita ke sini?” tanya Sophia bingung selagi melihat Albert memencet kata sandi pada pintu unit apartemennya.Albert tidak mengatakan apapun dan mempersilakan Sophia untuk masuk.Sophia ragu-ragu, menatap garis pintu dan lorong dengan tatapan rumit. Ini adalah pertama kalinya dia pergi ke apartemen Albert. Sebelumnya Sophia tidak pernah tertarik untuk datang. Baginya, tempat ini adalah privasi Albert. Tempat lelaki itu melepas penat dan juga… Sophia menggeleng, mengenyahkan pikiran buruk itu dari kepalanya.Dia pun kemudian melangkahkan kakinya masuk.Albert menyalakan lampu dan seketika tempat itu dipenuhi cahaya.Sophia melihat interiornya yang cukup elegan dan… biasa saja. Biasa saja karena tempat itu tampak kosong. Tidak banyak furnitur yang terisi di dalamnya. Sophia kemudian menoleh pada Albert yang berdiri di belakangnya dan tengah memerhatikannya.“Aku sengaja tidak mengisi terlalu banyak furnitur, terutama yang tidak aku perlukan,” kata Albert seolah bisa menebak pertan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Hasrat Terpendam Suamiku   91. Apartemen Albert (1)

    Seperti tersiram air es, tubuh Sophia langsung terdiam setelah mendengar pengakuan itu. Jadi selama ini, Albert selalu memasak dan memesan steak setiap makan malam berdua karena Sophia menyukainya? Bukan karena Albert menyukai makanan itu sendiri?Tapi kapan Sophia pernah bilang kalau dia menyukai steak?“Kau tidak suka steak?” tanya Albert kemudian, karena Sophia terus terdiam dan tidak kunjung membuka suara.“A-aku… suka,” jawab Sophia, masih dengan perasaan tidak percaya.Sophia tidak pernah terlalu memikirkan apa makanan kesukaannya. Dia suka semua makanan yang enak. Satu-satunya makanan yang dia akui sebagai favorite-nya adalah tomat. Sedangkan steak… Sophia tidak tahu. Karena enak, makanya Sophia makan.Namun kini setelah mendengar perkataan Albert itu, Sophia memutuskan bahwa mulai saat ini steak adalah makanan favorite-nya.“Dari mana kau… tahu?” tanya Sophia pelan.Albert selesai memotong daging di piringnya lalu menatap Sophia. “Karena kau memesan steak di makan malam pertama

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Hasrat Terpendam Suamiku   92. Apartemen Albert (2)

    “Boleh kah aku meminta sesuatu?” kata Sophia, mendongak menatap Albert yang baru saja selesai mandi dan hendak masuk ke dalam walk-in-closet.“Hm. Apa itu?” sahut Albert.“Aku ingin kau mengenakan pakaian saat tidur malam ini,” jawab Sophia, yang sontak membuat langkah Albert terhenti.“Apa kau bilang?” beonya, berharap pendengarannya salah.“Kau…” Sophia menunduk, “mengenakan pakaian saat tidur.”Keheningan langsung terjadi setelah itu. Sampai sebuah senyum terbit di bibir Albert.“Kenapa memangnya?” tanya Albert, dengan nada menggoda, sembari menyandarkan bahunya di ambang pintu.Sophia yang tengah duduk di atas ranjang sengaja berpura-pura fokus dengan ponselnya. Lalu diam-diam tatapannya turun menatap pakaian yang ia kenakan. Tidak seperti di rumah di mana Sophia mengenakan pakaian tidur tertutup, di sini dia hanya mengenakan sehelai kemeja yang menutupi pakaian dalamnya saja.“Karena itu berbahaya,” jawab Sophia, tersenyum seolah apa yang dia katakan itu bukanlah apa-apa.Albert

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Hasrat Terpendam Suamiku   93. Kesalahpahaman (1)

    Albert dibasahi keringat. Napasnya masih sedikit ngos-ngosan saat dia masuk dan mendekati sang istri.“Kupikir kau di mana,” katanya diikuti senyum lega.Sophia menyingkirkan perasaan yang tadi dirasakannya ke pojok ruang di hatinya dan balas menatap Albert dengan senyuman tipis.“Kau habis lari pagi?” tanya Sophia. “Hm,” jawab Albert sebelum matanya memandang tubuh Sophia dari atas sampai bawah. “Kenapa kau mengenakan bajumu yang kemarin?”Rasanya semakin susah bagi Sophia untuk menahan senyumnya tampak tulus. “Karena… aku mau pulang.”“Pulang? Kalau begitu….” Albert membuka lemari kayu itu, yang Sophia harap tidak pernah dia lihat lagi. “Gunakanlah pakaian ini,” kata Albert.Senyum di bibir Sophia hilang sepenuhnya. Perasaan yang sempat dia pendam tadi membludak ke luar.“Kau serius menyuruhku mengenakan itu?” tanya Sophia.“Ya,” jawab Albert, lalu tersadar pada nada suara Sophia yang terdengar dingin. “Ah, baju-baju ini memang lama, tapi setidaknya lebih baik dari pada harus menge

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Hasrat Terpendam Suamiku   94. Kesalahpahaman (2)

    “Pakaian-pakaian itu… milik siapa?” tanya Sophia.Albert langsung terdiam. “Aku mengerti sekarang,” ucapnya.Sophia mengernyit. Dari respon Albert saja Sophia sudah memiliki firasat bahwa dia tidak akan menyukai jawabannya.“Kau berpikir itu milik mantan wanita-wanitaku?”Pertahanan diri Sophia untuk tidak menunjukkan perasaannya yang sebenarnya kini semakin menipis. “Bukan kah memang begitu?”Albert terkekeh sumbang. “Aku mengerti kenapa kau berpikir seperti itu. Tapi untuk langsung kabur seperti tadi tanpa mencoba mencari kebenarannya terlebih dahulu dariku adalah tindakan yang salah, Sophie,” kata Albert.Sophia dibuat sedikit kesal karena kesannya Albert malah menyalahkannya, tapi Sophia menahan diri. “Sudahlah, kalau kau tidak mau menjawab pertanyaanku, aku akan pergi saja.”Albert segera menghalangi Sophia lagi.“Albert, aku ingin menenangkan diri. Saat ini aku tahu bahwa aku sedang tidak berpikir secara rasional jadi aku mohon… biarkan aku pergi.” Suara Sophia terdengar memelas

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Bab 6 - Family ( END)

    Matahari pagi menerpa wajahnya, memberikan ilusi seolah sinar suci keluar dari pori-porinya. Dan semua anak rambutnya yang berantakan di kepala dan sekitar wajah nya, berwarna keemasan alih-alih cokelat gelap.Albert tersenyum, menatap Sophia dengan mata teduh. Kebiasaan yang sudah dimilikinya sejak lama; bangun pagi-pagi supaya bisa menyisihkan waktu setidaknya setengah jam untuk berpuas diri menatap wajah istrinya itu.Anak pertama mereka sudah lahir, putra bermahkota yang membawa pesan baik; Istvanzino Raymond.Perhatian keduanya jadi terbagi antara satu sama lain dengan anak mereka yang baru berusia satu tahun. Tidak banyak waktu yang Albert habiskan bersama Sophia, begitu pun sebaliknya. Tapi itu tidak apa, karena dia menyayangi putranya lebih dari apapun, dia akan mengorbankan segalanya. Dan Albert tidak ragu bahwa Sophia juga pasti akan melakukan hal yang sama.Hanya pada waktu pagi hari, beberapa saat sebelum Istvanzino terbangun, Albert memiliki

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 5 - Something Very Valuable

    “Albert.”Albert yang tengah memusatkan tatapannya pada layar laptop menoleh pada Sophia yang berdiri di hadapannya sembari berkacak pinggang. Perutnya yang telah membesar mengintip keluar dari kaus polos yang dia kenakan, dan pemandangan itu benar-benar menggemaskan, sukses mengalihkan fokus Albert seketika.“Ada apa, Sophie?”Kening wanita itu berkerut-kerut dalam. Albert mengernyit, kemudian bertanya dengan nada cemas. “Kenapa? Apa perutmu sakit?”Sophia menggeleng.“Lalu?”“Apa kau ingat dengan kalung yang … dulu aku berikan padamu?”“Kalung yang mana?”Tatapan mata Sophia tampak gelisah. Dia mencoba untuk menjelaskan sesuatu yang tampaknya sulit untuk dia jelaskan.“Kalung … yang dulu sering aku kenakan,” ucapnya.Albert mencoba untuk mengingat-ingat, tidak butuh lama dia pun langsung teringat. Tapi keberadaan benda tersebut memang benar-benar telah Albert lupakan.“Ya, kenapa dengan kalung itu?” tanya

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 4 - In a Sunny Day

    Bulan-bulan berlalu begitu saja.Musim dingin telah berganti menjadi musim semi, kemudian matahari terasa semakin tinggi dan musim panas pun datang. Usia kandungan Sophia sudah menginjak minggu ke dua puluh enam, atau sekitar tujuh bulan.Semuanya masih terasa sama, kecuali tubuhnya yang membesar dan keposesifan suaminya yang semakin menjadi. Selain perut yang membuncit, Sophia tidak mengalami perubahan signifikan pada area tubuhnya yang lain, tapi justru Albert yang mengalami perubahan-perubahan itu.Selama tiga minggu terakhir, Albert merutinkan olahraga untuk menjaga kondisi tubuhnya dalam bentuk yang ideal. Dia telah memakan makanan yang seharusnya Sophia makan, dia melakukan hal-hal yang seharusnya Sophia ingin lakukan. Dia juga masih sangat sensitif pada aroma dan masing sering muntah-muntah.Sophia tidak mengerti kenapa justru Albert yang mengalami semua itu. Bukankah seharusnya dirinya sebagai ibu yang mengandung? Tapi Dokter mengatakan bahwa itu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 3 - Sweet Honey (19)

    Siang yang mendung ini Sophia bangun dengan perasaan ringan di dadanya. Dia menggeliat sekaligus menguap untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku. Saat melirik pada jendela yang gordennya telah terbuka, salju turun dari langit dan semuanya nyaris tampak berwarna putih.Sophia pun bangkit duduk sembari menahan selimut untuk menutupi dadanya. Dia mengusap leher ketika mengingat aktivitasnya semalam dengan sang suami, Sophia nyaris merasa bahwa sentuhan pria itu masih tertinggal di kulitnya.Saat menoleh ke samping, dia tidak menemukan Albert di sana, dan seprai terasa dingin yang artinya Albert sudah bangun cukup lama. Sophia lantas bangkit, lalu dilepasnya selimut yang tadi menutupi tubuhnya, kemudian berjalan tanpa sehelai benang pun menuju tempat lilin aroma terapi masih menyala, Sophia meniupnya.Dia membutuhkan benda itu, karena ada begitu banyak lukisan di kamarnya ini sekarang. Aroma cat minyak masih tercium dari lukisan-lukisan yang belum sepenuhnya kering,

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 2 - Unexpected Encounter

    Suara deburan ombak memecah kesunyian malam. Semilir angin kencang bertiup, membawa aroma laut yang khas, menerbangkan embun air asin ke bibir pantai. Paula yakin kalau dia berdiri lebih lama di sana dia mungkin akan kembali ke kamar hotelnya dengan pakaian basah.Di akhir tahun yang terasa dingin di Inggris, membuat Paula memutuskan untuk berlibur ke Miami. Dia tidak pernah menyukai musim dingin. Baginya fashion di musim dingin itu terlalu membosankan, dia punya segudang pakaian untuk dipadupadankan di lemarinya.Namun jauh di dalam, alasan mengapa Paula pergi adalah bukan karena itu. Melainkan sesuatu yang mengganggu sikap rasionalnya akhir-akhir ini.Alexander Harrison. Pria yang dia pikir akan benar-benar memberinya cincin pertunangan, pergi meninggalkannya, sama seperti pria-pria sebelumnya.Melihat bagaimana Sophia, adik bungsunya yang kaku itu, bahagia dengan curahan cinta dari seorang pria, membuat Paula iri. Terlebih, pria itu adalah Albert Raymo

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 1 - Apologize

    Rasanya dingin.Sekujur tubuh dan ulu hatinya seolah membeku. Jalanan yang ramai tidak berhasil menepis rasa kesepian dan keputusasaan yang dia rasakan di dalam. Ucapan wanita itu terus terngiang dalam benaknya.Sophia Raymond.Apakah ini karma? pikir Cecilia.Sekarang, setelah dia tahu bahwa anak di dalam perutnya bukanlah anaknya bersama Albert, rasanya sedikit menyakitkan dan sulit dipercaya. Tapi kalau bukan Albert, siapa? Cecilia tahu bahwa dia telah bersikap seperti wanita murahan ketika memutuskan untuk mendekati Albert Raymond, namun pesona pria itu tidak bisa dia bantah, dan ayahnya saat itu begitu bangga ketika tahu Cecilia memiliki hubungan dekat dengan seorang seperti Albert.Cecilia merasa bahwa dia tidak bisa kehilangan lelaki itu, apapun alasannya, karena itu artinya dia akan kehilangan perhatian keluarganya juga. Sebab hanya dengan bersama Albert, dia akan dianggap berguna oleh ayahnya yang serakah.Namun kini, saat Cecilia s

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 5

    Setelah menceritakannya pada Sophia, Albert bertanya, “Kenapa kau tidak mengangkat teleponku atau membaca pesanku?”Sophia menatap Albert dengan pelototan tajam dan juga balas bertanya, “Kenapa kau mematikan ponselmu?”“Baterainya habis.”Sophia lantas mengangguk paham. “Ponselku tertinggal di mobil Daniel saat tadi aku mencoba menghubungimu berulang kali. Mom jatuh sakit lagi jadi Daniel ingin aku datang menemaninya sementara dia memiliki urusan penting di kantor yang harus diurus. Aku mengobrol dengan Mom dan baru selesai satu jam lalu. Kemudian aku bangun karena pemanas di kamarku tidak berfungsi dengan baik.”Helaan napas lega menyahut penjelasannya.Tersenyum tenang, Albert menidurkan kepalanya lagi dan membawa Sophia bersamanya.Dia melirik setelan pakaian kerjanya yang teronggok di atas karpet. “Seharusnya kau melepas milikmu juga,” ucapnya berbisik.Sophia menggumam.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 4

    Sophia menarik selimut semakin rapat menutupi tubuhnya. Kamar ini memiliki penghangat ruangan yang buruk, mungkin karena sudah bertahun-tahun tidak digunakan. Sophia bersumpah bahwa dia akan berbicara pada Daniel mengenai hal ini besok. Dan oleh rasa dingin itulah Sophia terbangun dari tidurnya.Langsung diliriknya jam di atas nakas, ternyata dia baru terlelap selama satu jam. Setelah menemani ibunya di kamar sampai wanita itu terlelap, Sophia langsung ke kamarnya sendiri dan berbaring, tidak berniat untuk tidur, tapi kemudian jatuh tertidur.Sophia pun bangkit berdiri, dia butuh air hangat atau sesuatu yang mampu menepis rasa dingin itu. Sophia bangkit dan mencari ponselnya, lalu kemudian tersadar bahwa benda itu tertinggal di mobil Daniel.Dia belum memberi tahu Albert. Jadi Sophia memakai jubah tidurnya dan pergi ke luar kamar dengan tergesa, untuk pergi ke telepon rumah dan segera menghubungi suaminya itu. Albert pasti khawatir saat pulang ke apartemen dan t

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 3

    Kemudian, sebuah deringan membuyarkan lamunan Sophia. Wanita itu sejenak mengedarkan pandang dan sadar bahwa dirinya tengah duduk di sofa, di dalam apartemen yang sepi, seorang diri. Kejadian tadi pagi masih begitu lekat dalam ingatannya.Sophia pun menghela napas.Pagi tadi, Albert hanya memberikannya satu pelepasan dengan permainan jarinya, bersikeras bahwa mereka harus menemui dokter terlebih dahulu untuk melakukan lebih dari itu. Kemudian Albert melesat ke kamar mandi, berada di sana cukup lama dan berangkat kerja setelahnya.Sophia menatap langit yang kini sudah gelap, lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering dan melihat nama Daniel tertera di sana. Sophia mengangkatnya.“Daniel.”“Sophie, kau di mana?”“Aku masih di apartemen Albert,” jawab Sophia. Dia sudah memberi tahu Daniel dan Luke beberapa hari lalu mengenai akhir dari permasalahan rumah tangganya. Mereka terdengar lega, tapi sekalig

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status