Beranda / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 87. Bertemu Kakak Laki-laki

Share

87. Bertemu Kakak Laki-laki

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-18 10:10:09

Café itu cukup sepi oleh pengunjung. Ketika Sophia muncul di pintu, seorang pelayan datang dengan ramah menghampiri dan mempersilakan mereka masuk, lalu menuntun mereka berdua menuju ruang VIP. Sophia rasa Luke sudah memesan tempat terlebih dahulu. Café ini berinterior mewah sekaligus klasik. Pelayanannya pun setara dengan restoran berbintang lima.

Saat pintu VIP terbuka, Sophia mengedarkan pandang dan tidak menemukan pengunjung lain selain kakaknya yang duduk seorang diri di meja yang terletak di tengah ruangan.

Saat mata mereka bertemu, Sophia bisa melihat senyum di bibir lelaki itu, atau itu hanya khayalannya saja? Karena tepat setelah mata Luke melihat ke arah Albert, ekspresinya berubah masam.

Sophia dan Albert pun melangkah mendekati meja Luke dan duduk di hadapan lelaki itu.

“Kau tidak bilang akan mengajaknya,” ujar Luke menatap Sophia.

“Kau juga tidak bilang padanya untuk datang sendiri,” sahut Albert dengan senyum datar.

Sophia memandang keduanya bergantian lalu berdeham. So
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Terpendam Suamiku   88. Undangan Tidak Terduga

    “Sophie! Wah, ini benar-benar kebetulan yang tidak disangka,” kata Daniel sesaat setelah dia sampai di hadapan Sophia, menatap Sophia dan Albert bergantian.Sophia tersenyum sedikit. “Benar, kebe—”“Lalu kenapa?” Albert tiba-tiba menyela.Sophia memiringkan kepalanya bertanya apa yang lelaki itu maksud.Albert kemudian menatap Sophia. “Kenapa memangnya kalau ini hanya kebetulan? Tidak ada artinya. Ayo, cepat, kita harus segera membeli bahan-bahan sebelum waktu makan malam lewat,” kata Albert dengan wajah memberengut.Sophia pun menyadari alasan kenapa Albert bersikap seperti itu, dia menyahut cepat, “Kau benar, kita harus cepat.” Tapi Sophia tentu saja tidak berniat untuk mengabaikan Daniel begitu saja. “Kau sudah makan malam?” bisik Daniel di saamping Sophia. Suaranya cukup besar untuk didengar oleh Albert, tapi Albert tidak mengatakan apapun.Sophia menggeleng. “Kami berbelanja untuk memasak makan malam,” jawabnya.“Ah begitu.” Daniel mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Ketika

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Hasrat Terpendam Suamiku   89. Rencana Honeymoon

    “Apa Daniel gay?”“Sophie—”Sophia terkesiap. “Bagaimana kalau sebenarnya yang selama ini dia incar itu kau, bukan aku? Kau, Albert!” Sophia menutup mulutnya tidak percaya. Yang dibalas Albert dengan tatapan tajam juga dingin.Sophia lalu terkekeh. “Aku hanya bercanda. Aku yakin Daniel juga tidak serius.”Albert tersenyum miring. “Dari mana kau bisa yakin?”Sophia menelengkan kepalanya ke samping. Yang diucapkan Daniel tadi itu mungkin saja benar, tapi Sophia juga tidak yakin. “Daniel pernah jatuh cinta sebelumnya. Dan kata Daniel diacantik.”Tadinya Albert tidak mau peduli lagi, tapi setelah mendengar istrinya mengatakan itu, Albert lantas menoleh.Mendapat tatapan seperti itu dari Albert, membuat Sophia sedikit gugup. “Oh! Kau tahu Daniel, dia banyak berbicara.”“Aku tidak tahu,” sahut Albert datar.“Kau tidak tahu? Well… ya sudah, kalau begitu.”Mereka kemudian sama-sama terdiam. Sophia mengalihkan pandangannya ke jendela dan melihat mobil serta lampu-lampu jalan bergerak melewati

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Hasrat Terpendam Suamiku   90. Kesukaanmu

    “Kenapa kita ke sini?” tanya Sophia bingung selagi melihat Albert memencet kata sandi pada pintu unit apartemennya.Albert tidak mengatakan apapun dan mempersilakan Sophia untuk masuk.Sophia ragu-ragu, menatap garis pintu dan lorong dengan tatapan rumit. Ini adalah pertama kalinya dia pergi ke apartemen Albert. Sebelumnya Sophia tidak pernah tertarik untuk datang. Baginya, tempat ini adalah privasi Albert. Tempat lelaki itu melepas penat dan juga… Sophia menggeleng, mengenyahkan pikiran buruk itu dari kepalanya.Dia pun kemudian melangkahkan kakinya masuk.Albert menyalakan lampu dan seketika tempat itu dipenuhi cahaya.Sophia melihat interiornya yang cukup elegan dan… biasa saja. Biasa saja karena tempat itu tampak kosong. Tidak banyak furnitur yang terisi di dalamnya. Sophia kemudian menoleh pada Albert yang berdiri di belakangnya dan tengah memerhatikannya.“Aku sengaja tidak mengisi terlalu banyak furnitur, terutama yang tidak aku perlukan,” kata Albert seolah bisa menebak pertan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Hasrat Terpendam Suamiku   91. Apartemen Albert (1)

    Seperti tersiram air es, tubuh Sophia langsung terdiam setelah mendengar pengakuan itu. Jadi selama ini, Albert selalu memasak dan memesan steak setiap makan malam berdua karena Sophia menyukainya? Bukan karena Albert menyukai makanan itu sendiri?Tapi kapan Sophia pernah bilang kalau dia menyukai steak?“Kau tidak suka steak?” tanya Albert kemudian, karena Sophia terus terdiam dan tidak kunjung membuka suara.“A-aku… suka,” jawab Sophia, masih dengan perasaan tidak percaya.Sophia tidak pernah terlalu memikirkan apa makanan kesukaannya. Dia suka semua makanan yang enak. Satu-satunya makanan yang dia akui sebagai favorite-nya adalah tomat. Sedangkan steak… Sophia tidak tahu. Karena enak, makanya Sophia makan.Namun kini setelah mendengar perkataan Albert itu, Sophia memutuskan bahwa mulai saat ini steak adalah makanan favorite-nya.“Dari mana kau… tahu?” tanya Sophia pelan.Albert selesai memotong daging di piringnya lalu menatap Sophia. “Karena kau memesan steak di makan malam pertama

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Hasrat Terpendam Suamiku   92. Apartemen Albert (2)

    “Boleh kah aku meminta sesuatu?” kata Sophia, mendongak menatap Albert yang baru saja selesai mandi dan hendak masuk ke dalam walk-in-closet.“Hm. Apa itu?” sahut Albert.“Aku ingin kau mengenakan pakaian saat tidur malam ini,” jawab Sophia, yang sontak membuat langkah Albert terhenti.“Apa kau bilang?” beonya, berharap pendengarannya salah.“Kau…” Sophia menunduk, “mengenakan pakaian saat tidur.”Keheningan langsung terjadi setelah itu. Sampai sebuah senyum terbit di bibir Albert.“Kenapa memangnya?” tanya Albert, dengan nada menggoda, sembari menyandarkan bahunya di ambang pintu.Sophia yang tengah duduk di atas ranjang sengaja berpura-pura fokus dengan ponselnya. Lalu diam-diam tatapannya turun menatap pakaian yang ia kenakan. Tidak seperti di rumah di mana Sophia mengenakan pakaian tidur tertutup, di sini dia hanya mengenakan sehelai kemeja yang menutupi pakaian dalamnya saja.“Karena itu berbahaya,” jawab Sophia, tersenyum seolah apa yang dia katakan itu bukanlah apa-apa.Albert

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Hasrat Terpendam Suamiku   93. Kesalahpahaman (1)

    Albert dibasahi keringat. Napasnya masih sedikit ngos-ngosan saat dia masuk dan mendekati sang istri.“Kupikir kau di mana,” katanya diikuti senyum lega.Sophia menyingkirkan perasaan yang tadi dirasakannya ke pojok ruang di hatinya dan balas menatap Albert dengan senyuman tipis.“Kau habis lari pagi?” tanya Sophia. “Hm,” jawab Albert sebelum matanya memandang tubuh Sophia dari atas sampai bawah. “Kenapa kau mengenakan bajumu yang kemarin?”Rasanya semakin susah bagi Sophia untuk menahan senyumnya tampak tulus. “Karena… aku mau pulang.”“Pulang? Kalau begitu….” Albert membuka lemari kayu itu, yang Sophia harap tidak pernah dia lihat lagi. “Gunakanlah pakaian ini,” kata Albert.Senyum di bibir Sophia hilang sepenuhnya. Perasaan yang sempat dia pendam tadi membludak ke luar.“Kau serius menyuruhku mengenakan itu?” tanya Sophia.“Ya,” jawab Albert, lalu tersadar pada nada suara Sophia yang terdengar dingin. “Ah, baju-baju ini memang lama, tapi setidaknya lebih baik dari pada harus menge

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Hasrat Terpendam Suamiku   94. Kesalahpahaman (2)

    “Pakaian-pakaian itu… milik siapa?” tanya Sophia.Albert langsung terdiam. “Aku mengerti sekarang,” ucapnya.Sophia mengernyit. Dari respon Albert saja Sophia sudah memiliki firasat bahwa dia tidak akan menyukai jawabannya.“Kau berpikir itu milik mantan wanita-wanitaku?”Pertahanan diri Sophia untuk tidak menunjukkan perasaannya yang sebenarnya kini semakin menipis. “Bukan kah memang begitu?”Albert terkekeh sumbang. “Aku mengerti kenapa kau berpikir seperti itu. Tapi untuk langsung kabur seperti tadi tanpa mencoba mencari kebenarannya terlebih dahulu dariku adalah tindakan yang salah, Sophie,” kata Albert.Sophia dibuat sedikit kesal karena kesannya Albert malah menyalahkannya, tapi Sophia menahan diri. “Sudahlah, kalau kau tidak mau menjawab pertanyaanku, aku akan pergi saja.”Albert segera menghalangi Sophia lagi.“Albert, aku ingin menenangkan diri. Saat ini aku tahu bahwa aku sedang tidak berpikir secara rasional jadi aku mohon… biarkan aku pergi.” Suara Sophia terdengar memelas

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Hasrat Terpendam Suamiku   95. Apakah Kau Peri?

    Aroma yang begitu khas tercium setiap kali Sophia menarik napas dalam-dalam. Udara terasa sejuk juga hangat menerpa kulitnya. Suara gemerisik dedaunan dan ranting patah terdengar bersamaan dengan cicit burung yang saling bersahutan. Sophia naik ke salah satu dahan pohon ek yang paling rendah lalu duduk di sana. Tekstur kasar dan berlumut pada kulit pohon membuat gaunnya kotor, tapi Sophia sama sekali tidak menaruh peduli.Sekembalinya dari apartemen Albert, Sophia langsung berganti baju dan hendak pergi ke luar. Namun ketika melihat Jordy, supir pribadi Albert, menunggunya di ruang tamu, Sophia mengurungkan niat. Albert pasti sudah berpesan pada Jordy untuk mengantar Sophia ke mana pun Sophia hendak pergi. Padahal Sophia ingin pergi seorang diri, tujuannya adalah Richmond Park atay Hyde Park, tempat mana pun yang berdekatan dengan alam.Sophia mengurungkan niatnya untuk pergi, dan di sinilah dia, di bawah pohon ek tempatnya dan Albert piknik saat itu.Sekarang Sophia datang ke tempat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 1 - Apologize

    Rasanya dingin.Sekujur tubuh dan ulu hatinya seolah membeku. Jalanan yang ramai tidak berhasil menepis rasa kesepian dan keputusasaan yang dia rasakan di dalam. Ucapan wanita itu terus terngiang dalam benaknya.Sophia Raymond.Apakah ini karma? pikir Cecilia.Sekarang, setelah dia tahu bahwa anak di dalam perutnya bukanlah anaknya bersama Albert, rasanya sedikit menyakitkan dan sulit dipercaya. Tapi kalau bukan Albert, siapa? Cecilia tahu bahwa dia telah bersikap seperti wanita murahan ketika memutuskan untuk mendekati Albert Raymond, namun pesona pria itu tidak bisa dia bantah, dan ayahnya saat itu begitu bangga ketika tahu Cecilia memiliki hubungan dekat dengan seorang seperti Albert.Cecilia merasa bahwa dia tidak bisa kehilangan lelaki itu, apapun alasannya, karena itu artinya dia akan kehilangan perhatian keluarganya juga. Sebab hanya dengan bersama Albert, dia akan dianggap berguna oleh ayahnya yang serakah.Namun kini, saat Cecilia s

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 5

    Setelah menceritakannya pada Sophia, Albert bertanya, “Kenapa kau tidak mengangkat teleponku atau membaca pesanku?”Sophia menatap Albert dengan pelototan tajam dan juga balas bertanya, “Kenapa kau mematikan ponselmu?”“Baterainya habis.”Sophia lantas mengangguk paham. “Ponselku tertinggal di mobil Daniel saat tadi aku mencoba menghubungimu berulang kali. Mom jatuh sakit lagi jadi Daniel ingin aku datang menemaninya sementara dia memiliki urusan penting di kantor yang harus diurus. Aku mengobrol dengan Mom dan baru selesai satu jam lalu. Kemudian aku bangun karena pemanas di kamarku tidak berfungsi dengan baik.”Helaan napas lega menyahut penjelasannya.Tersenyum tenang, Albert menidurkan kepalanya lagi dan membawa Sophia bersamanya.Dia melirik setelan pakaian kerjanya yang teronggok di atas karpet. “Seharusnya kau melepas milikmu juga,” ucapnya berbisik.Sophia menggumam.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 4

    Sophia menarik selimut semakin rapat menutupi tubuhnya. Kamar ini memiliki penghangat ruangan yang buruk, mungkin karena sudah bertahun-tahun tidak digunakan. Sophia bersumpah bahwa dia akan berbicara pada Daniel mengenai hal ini besok. Dan oleh rasa dingin itulah Sophia terbangun dari tidurnya.Langsung diliriknya jam di atas nakas, ternyata dia baru terlelap selama satu jam. Setelah menemani ibunya di kamar sampai wanita itu terlelap, Sophia langsung ke kamarnya sendiri dan berbaring, tidak berniat untuk tidur, tapi kemudian jatuh tertidur.Sophia pun bangkit berdiri, dia butuh air hangat atau sesuatu yang mampu menepis rasa dingin itu. Sophia bangkit dan mencari ponselnya, lalu kemudian tersadar bahwa benda itu tertinggal di mobil Daniel.Dia belum memberi tahu Albert. Jadi Sophia memakai jubah tidurnya dan pergi ke luar kamar dengan tergesa, untuk pergi ke telepon rumah dan segera menghubungi suaminya itu. Albert pasti khawatir saat pulang ke apartemen dan t

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 3

    Kemudian, sebuah deringan membuyarkan lamunan Sophia. Wanita itu sejenak mengedarkan pandang dan sadar bahwa dirinya tengah duduk di sofa, di dalam apartemen yang sepi, seorang diri. Kejadian tadi pagi masih begitu lekat dalam ingatannya.Sophia pun menghela napas.Pagi tadi, Albert hanya memberikannya satu pelepasan dengan permainan jarinya, bersikeras bahwa mereka harus menemui dokter terlebih dahulu untuk melakukan lebih dari itu. Kemudian Albert melesat ke kamar mandi, berada di sana cukup lama dan berangkat kerja setelahnya.Sophia menatap langit yang kini sudah gelap, lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering dan melihat nama Daniel tertera di sana. Sophia mengangkatnya.“Daniel.”“Sophie, kau di mana?”“Aku masih di apartemen Albert,” jawab Sophia. Dia sudah memberi tahu Daniel dan Luke beberapa hari lalu mengenai akhir dari permasalahan rumah tangganya. Mereka terdengar lega, tapi sekalig

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 2

    Sophia mengernyit, kemudian membelalak dan refleks menepis tangan Albert dari wajahnya. Dia memelototi pria itu dengan tatapan tajam.“Jangan berkata seolah kau juga tidak!” seru Sophia. Wajahnya memerah karena malu, seolah dia diingatkan tentang sebuah ketidaksenonohan dari semua undangan-undangan terbuka yang dia lakukan beberapa malam ini secara berturut-turut pada Albert, dan secara berturut-turut juga Albert menolaknya.Dituduh seperti itu, Sophia merasa langsung kehilangan wajahnya sendiri. Dia lantas berbalik dan memunggungi Albert ke jendela.Apakah aku sudah bertindak keterlaluan? pikirnya. Padahal dia hanya senang menggoda Albert, melihat wajah lelaki itu tersiksa oleh kekeraskepalaannya sendiri adalah sebuah hiburan baru bagi Sophia. Tapi dia juga tidak bisa menampik hasrat yang timbul bersamaan dengan kesenangan itu.Namun Sophia tidak suka akan bagaimana Albert mengatakannya sekarang seolah hanya Sophia yang menginginkannya.

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Alternative Ending 1

    Langit gelap perlahan turun dari jendela, yang selama setengah jam lalu Sophia tatap dengan mata menerawang. Tangannya terlipat di atas sandaran sofa dan dagunya terpaku di sana dengan mata yang setengah terutup.Bosan, itulah yang Sophia rasakan. Hampir satu minggu sudah dia tinggal di apartemen Albert ini dan tidak pernah keluar kemana pun. Sementara Albert bekerja, Sophia ditinggalkan sendiri tanpa aktivitas apapun.Albert melarangnya melakukan banyak hal; memasak, bersih-bersih, mengangkat barang-barang berat, atau berdiri terlalu lama, berjalan terlalu jauh. Lelaki itu menjadi begitu konyol pada beberapa hal. Walau Sophia tahu itu hanya bentuk kekhawatirannya yang berlebihan saja.Setiap malam saat waktunya tidur, Albert akan terjaga sampai dia memastikan Sophia sudah tertidur lelap. Lalu paginya, Sophia harus bangun dalam pelukan pria itu, atau setidaknya Sophia harus di sana saat Albert membuka mata. Kalau tidak, Albert akan tampak panik dengan mata liar

  • Hasrat Terpendam Suamiku   169. Selamanya (END)

    Sophia akan kembali pada Albert.Itulah yang dia inginkan, yang selalu dia inginkan, tapi lebih sering dia tutup-tutupi dengan berbagai macam alasan di kepalanya karena rasa takut untuk tersakiti kembali. Namun kini, entah perasaan ini datang dari mana, Sophia merasa yakin. Terlebih ketika dia teringat pada ucapan menohok yang Daniel katakan siang tadi.“Pastikan bahwa kau tidak akan menyesal di kemudian hari karena keegoisanmu ini, Sophia. Bayi di dalam kandunganmu … membutuhkan ayahnya. Kau tidak akan mau dia berakhir sepertimu, ‘kan?”Kalimat itu bergema dalam telinga Sophia, menguasai benaknya. Dia terlahir tanpa figur ayah, dia tahu bagaimana rasanya. Dan ketika dia memiliki sosok ayah itu, ekspektasinya dijatuhkan oleh kehadiran ibu dan saudara-saudara yang tidak dia kenal. Sophia tidak ingin hal itu terjadi pada anaknya.Mungkin tidak apa-apa kalau memang suatu hari nanti hubungannya dengan Albert tidak berjal

  • Hasrat Terpendam Suamiku   168. Jangan Pergi

    Sophia terkikik-kikik geli oleh respon yang diberikan suaminya. Dia lantas berjinjit, lalu mengecup belakang telinga Albert yang tengah memerah.Sesaat setelah melakukan itu, tubuh Sophia tiba-tiba saja didorong ke belakang dan berhenti saat punggungnya menyentuh meja pantri. Dia pikir akan merasakan sakit akibat benturan tersebut, namun ternyata Albert menahan punggungnya dengan tangan pria itu sendiri, seolah bersikap melindungi Sophia.Perlakuan kecil itu saja sudah membuat jantung Sophia berdetak kencang, terlebih ketika dia mendongak ke atas dan melihat mata pria di hadapannya yang menatapnya dengan tatapan liar. Sejenak, Sophia merasa menyesal telah menggoda Albert. Tadinya dia hendak lari ke kamar sesaat setelah mengecup pria itu, namun ternyata Albert memiliki pikiran lain. Dan pikiran lelaki itu sungguh berbahaya bagi kinerja jantung Sophia saat ini.Albert mendekatkan wajahnya pada sang istri, menghirup aroma manis buah anggur yang tadi disantapnya seb

  • Hasrat Terpendam Suamiku   167. Daddy

    “Apa kau pernah mendengar sebelumnya seorang ayah yang mengidam ketika istrinya hamil?” kata Sophia.Albert mengernyit, menaikkan sebelah alisnya skeptis, lalu menunduk ke arah perut Sophia. Seketika, ekspresinya berubah datar.Sophia lantas terkekeh geli. “Kau pasti terkejut. Ya tuhan, pantas saja aku sudah tidak lagi mengalami mual-mual, rupanya masalah itu sudah dilimpahkan padamu.” Sophia benar-benar tertawa dengan senang.Albert yang tadinya hendak menggoda istrinya itu mendadak tercenung oleh suara tawa Sophia yang rasanya sudah lama tidak dia dengar. Albert memandang wajah cantik istrinya itu yang tampak berseri-seri, cerah, dan begitu terhibur. Albert merasa dia tidak akan bisa lagi mengalihkan pandangnya dari apa yang kini ada di hadapannya.Namun, karena keterdiaman Albert itu, Sophia langsung sadar dan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan. “Maaf, tidak seharusnya aku bersikap seperti tadi,” kata Sophia de

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status